Pemahaman Generasi Minang Terhadap Nilai Adat Kian Lemah

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 16 Mei 2020 13:36:22 WIB


Oleh Yal Aziz

KINI bisa dikatakan pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai adat Minangkabau kian lemah. Akibatnya terjadi perubahan perilaku dalam memahami nilai – nilai adat adat itu sendiri. Kedepan, bukan tak mungkin generasi muda Minang tak tahu atau tak paham lagi dengan nilai budaya leluhurnya.

Untuk itu, kita berharap kepada tokoh adat atau pemangku adat untuk lebih berperan meluruskan apa-apa bentuk dari prilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai adat tersebut. Kedepan diharakan para tokoh adat untuk mendorong pemerintah serius dalam melestarikan nilai adat. Kenapa? Karena sebagaimana kita ketahui, bagi orang Minang, Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah.

Nilai adat dan agama bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat di Sumatera Barat, sebagai upaya mencegah gesekan sosial yang bersifat negatif dengan identitas dan hak – hak tradisional sesuai amanat konstitusi yang dikaitkan dengan hak azazi Manusia.

Yang jelas dengan memperkuat dan merevitalisasi nilai-nilai adat dan agama dapat membendung berbagai pengaruh yang bertentangan dengan nilai adat istiadat kita sebagai orang Minang.

Kini, ada beberapa ancaman yang akan melanda Ranah Minang, seperti narkoba, sex bebas dan prilaku buruk dengan menghirup lem, yang telah merusak generasi muda Minang. Bahkan, berdasarkan data, pemakai narkoba di Sumatera Barat sudah pada kondisi darurat memprihatinkan, yakni sudah mencapai lebih kurang, 200.000-an. Fakta ini paling banyak terdapat di Kota Padang, Kota Pariaman, Payakumbuh dan Kabupaten Pesisir Selatan.

Selain narkoba, ada juga ancaman dari prilaku menyimpang LGBT, yang tidak sesuai dengan ajaran agama dan adat budaya Minang ABS-SBK. Kondisi ini setiap tahunnya terjadi peningkatan yang sudah sangat memprihatinkan.

Untuk itu kini, tentu kita berharap kepada tokoh lembaga adat nagari, untuk besinergi dengan pemerintah untuk bekerjasama dengan tujuan mencegah terjadinya prilaku negatif para remaja Minang dari LGBT.

Caranya, bisa saja dengan mengaktifkan kembali remaja mesjid dan didikan subuh di semua RT disetiap kelurahan atau nagari. Selain itu, remaja Minang juga dibimbing lagi untuk belajar dan memahami adat istiadat Minang.  

Tanpa kerjasama antara tokoh adat dan pemerintah, jelas pekerjaan yang berat ini sulit dilaksanakan. Selanjutnya kita juga berharap eran serta anggota dewan yang terhormat untuk membahas persoalan adat ini dengan mengalokasikan dana APBD untu mendukung suksesnya program kembali ka nagari. Semoga (Penulis wartawan tabloidbijak.com)