JANGAN EMOSI

JANGAN EMOSI

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 30 April 2020 15:47:22 WIB


JANGAN EMOSI

Anda pernah kesal?marah dan jengkel akan sesuatu yang tidak menyenangkan, malah menyusahkan? Lalu emosi rasa membakar dalam dada. Mari ikuti kisah berhikmah berikut :

Seorang santri di sebuah pesantren, diminta gurunya mengambil air di dekat sumur dibelakang asrama pesantrennya. Santri ini pun pergi ke sumur dan mencoba untuk menimba sumur dengan ember. Tetapi yang didapatkannya adalah ember kosong tanpa ada airnya. Semakin ditimba semakin sia-sia usaha mendapatkan air, dan santri ini menjadi emosi , semakin marah, kesal dan jengkel, sumur itu tetap tidak memberikan air.

Ia tidak percaya dan mengintip ke dalam sumur. Sumur itu sangat dalam dan terlihat gelap sampai ke dasar, hampir dipastikan tidak dapat terlihat apa yang ada di dalam sumur. Semakin ia berusaha , semakin emosi dan kesal. Perasaan kesal yang ada malah membuatnya semakin berkeringat membasahi tubuh.

Tiba-tiba gurunya datang. Lalu santri itu komplain sama gurunya, "Mengapa Guru tidak berkata bila sumur ini kosong, mengapa saya harus menimbanya?"

Sang Guru balik bertanya, "Berapa kali kamu menimba?"

Santri  menjawab,"Sudah banyak kali dan sudah emosi jiwa"

Guru; "Bila sudah tahu kosong, mengapa harus menimba? Mengapa harus emosi dan mengapa menutup indra kesadaranmu?" ("Plakk"). Pinggul santri itu dipukul dengan tongkat.

"Lihat ke samping sumur itu, di sana ada keran air dari pompa sumur, tinggal dibuka kerannya, air pun mengalir. Aku suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba sumur!"

Seketika wajah santri itu merah padam.Buang-buang energi dan emosi...

Hanya karena tidak ada usaha untuk membuka 'kesadaran'

Akhirnya ia pun mendapat ‘Pencerahan’.

Sering kita marah tanpa alasan, emosi jiwa, padahal duduk persoalannya disebabkan oleh karena kita sok tahu, sok yakin benar dan tidak mau tahu. Akhirnya menyalahkan kondisi yang ada, padahal yang perlu diperbaiki adalah pikiran kita. Kalau buntu menghadapi suatu masalah, buka mata hati, cari berbagai solusi lain, jangan hanya terpaku pada anggapan hanya satu solusi . Tapi memang kadang-kadang harus "plakk" baru ada pencerahan. Dikagetkan dulu oleh ‘sesuatu ‘, yang kadang agak menyakitkan, sehingga muncul pemikiran untuk bertahan atau keluar dari persoalan yang ada. Semua tergantung pada bagaimana kita dengan tenang ,jangan emosi, dan bijaksana menghadapi berbagai persoalan hidup. Wallahu a’lam