Hoaks Seputar Covid-19

Artikel () 31 Maret 2020 18:28:27 WIB


Wabah virus Corona atau Covid-19 yang sudah menjadi pandemic ternyata memunculkan info hoaks yang menyebar ke seluruh dunia. Harian Kompas edisi 31 Maret 2020 dalam salah satu halamannya menulis dengan judul, “Upaya Melawan Hoaks Covid-19”. 

Ada beberapa info hoaks yang sudah menyebar luas di masyarakat. Pertama, adanya jalan tol di Jakarta yang ditutup  (muncul 29 Maret 2020). Faktanya, jalan tol masih beroperasi normal. Kedua, info imbauan tidak keluar rumah pada 28 Maret 2020 karena pada tanggal tersebut adalah puncak penyebaran Covid-19 (muncul pada 28 Maret 2020). Faktanya, info tersebut tidak benar dan momentum masa inkubasi dianggap tidak masuk akal. 

Ketiga, Jakarta lockdown mulai 28 Maret (muncul pada 28 Maret 2020). Diklarifikasi oleh Kadis Kominfo dan Statistik DKI bahwa itu tidak benar. Keempat, foto peti mati warga Italia yang meninggal karena virus Corona (26 Maret). Ternyata itu peti mati untuk sekelompok migran yang meninggal di sebuah bandara di Italia pada Oktober 2013 setelah kapal mereka tenggelam di lepas pantai Italia. 

Kelima, berjemur bisa membunuh virus Corona. Unicef meminta masyarakat tidak percaya informasi ini. Unicef membantah pernah meyarankan orang berjemur untuk membunuh virus Corona. 

Keenam, Vladimir Putin menurunkan 800 harimau dan singa agar warga tinggal di rumah (muncul 22 Maret 2020). Ternyata foto yang beredar adalah foto singa berjalan di jalanan Braamfontein kota Johannesburg, Afrika Selatan, 11 April 2016. 

Kompas memuat lebih banyak contoh-contoh info hoaks dalam tulisannya tersebut. Di atas hanya sebagian saja yang saya kutip. Jika melihat hoaks tiap daerah, akan lebih banyak lagi. Termasuk di sini untuk Sumbar atau Kota Padang. Yang lebih berbahaya, info hoaks yang menyebut nama orang dan ternyata salah. Selain infonya hoaks, nama orang bisa rusak karena sebagian orang percaya terhadap info hoaks tersebut. 

Misalnya, beredar nama seseorang yang terkena atau positif Covid-19 melalui media sosial. Ternyata nama yang dimaksud tidak terkena Covid-19. Anggota keluarganya yang lain yang terkena. Atau ternyata namanya mirip tapi untuk lembaga atau institusi yang berbeda. 

Oleh karena itu, di masa wabah Corona ini sebaiknya kita menyaring informasi dan tidak cepat menyebarkannya. Jangan sampai kita sakit akibat menerima banyaknya info hoaks tentang wabah Corona. Padahal kita bisa menguatkan badan kita dengan menyaring informasi dan mengurangi interaksi dengan media sosial. (efs)