MAHAKARYA RANDAI WE’E SI PONO

MAHAKARYA RANDAI WE’E SI PONO

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 30 Maret 2020 00:25:10 WIB


MAHAKARYA RANDAI WE’E SI PONO

            Kisah Perjuangan Syekh Burhanuddin, Ulakan Pariaman, Karya Sastri Bakry ditampilkan pada event Mahakarya Randai We’e si Pono, pada Sabtu, 7 Maret 2020 di Gedung Pusat Perfileman H. Usmar Ismail, Kuningan Jakarta Selatan. Mahakarya Randai We'e si Pono , adalah event yang  digelar oleh Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Wanita Karya (DPP HWK) . Dimana Randai We’e si Pono, yang naskahnya ditulis oleh Ibu Sastri Bakry, Sastrawan Nasional asal Sumatera Barat, diangkat dari kisah perjuangan Syekh Burhanuddin dalam menyebarkan ajaran Islam di Sumatera Barat, berlatar kisah di tiga daerah, Pariaman, Tanahdatar, dan Aceh Singkil. Mahakarya Randai yang  disutradarai penyair Jose Rizal Manua dan Joharsen, melibatkan 60 anak-anak muda profesional yang kesehariannya sibuk berjuang meraih kehidupan di rantau, namun tetap mencintai seni budaya Minang.

Sebagai Anggota DPR RI Perwakilan Sumatera Barat, Ibu Nevi Zuairina memberikan apresiasi positif dan mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Ibu Nevi mengatakan, "Ini adalah hasil karya dari seorang perempuan dari Sumatera Barat yang memiliki bakat seni dan budaya, ditampilkan di Jakarta sebagai ibukota negara dan tentu kita akan banyak kedatangan tamu dari berbagai provinsi. Bahwa kita memiliki seni tradisi dan budaya yang memiliki daya saing yang cukup baik di tingkat nasional dan internasional, itulah randai. Silat yang dibawakan secara menari."

Kita sadari seiring perkembangan zaman yang terus berjalan secara dinamis, dengan masuknya era globalisasi ini perkembangan teknologi dapat mengikis budaya yang ada. Sebagai generasi muda sudah seharusnya berpartisipasi aktif dalam membangun dan melestarikan budaya, kita akan meneruskan, membangun,melestarikan dan menjaga budaya-budaya serta adat istiadat yang ada di daerah kita ini. Dengan cara mempelajari kesenian-kesenian daerah, seperti ( seni tari, seni musik, dan seni-seni lainnya yang ada di daerah kita ).

"Kita memiliki filosofi 'Adat bersandi syarak, syarak bersandi Kitabullah', tentu kita sangat mendukung segala sesuatu yang bernuansa Islam. bernuansa religi, kita pasti mendukung. Filosofi ini dari nenek moyang kita yang sudah diterapkan secara turun temurun. Masyarakat Sumatera Barat kental agamanya dengan filosofi tersebut sehinga kita sangat mendukung kegiatan ini," kata Ibu Nevi.

Ibu Nevi juga mengatakan, "Keberadaan HWK Sumbar selama ini sangat mendorong perempuan-perempuan di Sumatera Barat untuk memiliki karya-karya, produk-produk, hasil pemikiran, dan ide-ide langsung ke action. Dari nama organisasinya sudah membawakan aura bahwa perempuan-perempuan Sumatera Barat itu harus berprestasi. Karena zaman sekarang ini, orang-orang yang memiliki kapasitas, kapabilitas, interkualitas, yang akan jadi terhormat bagi masyarakat," kata Nevi.

Selain randai, event Mahakarya Randai We'e si Pono juga akan dimeriahkan oleh serangkaian acara lainnya. HWK Sumbar juga ikut tampil mengisi rangkaian acara tersebut. Zusneli Zubir, Ketua DPD HWK Sumbar jadi salah seorang Narasumber pada talkshow-nya.

Pada event ini selain pertunjukan juga ada peragaan busana Minangkabau, ota lapau serta di ajang mahakarya ini ada pameran barang antik Minangkabau lama, yang sudah berusia ratusan tahun serta kuliner Minangkabau.

Semoga dengan rangkaian kegiatan ini dapat mengenalkan pakaian tradisi Minangkabau di tingkat nasional. Selain itu untuk menjaga kelestariannya, agar para perempuan Minangkabau di perantauan makin tahu, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penerapan nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran Islam saat mengenakannya.