Sekilas Sejarah PON dan Harga Diri Orang Minang

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 06 Maret 2020 11:16:21 WIB



Olah Yal Aziz
BAGI masyarakat olahraga Sumatera Barat, Ranah Minang, Pekan Olahraga Nasional (PON) punya catatan hitam dan kelam. Kenapa? Karena pada PON XV Tahun 2000 yang dilaksanaan di Kota Surabaya, Jawa Timur, kontingen Sumatera Barat berada di nomor buncik alias nomor terakhir, karena tak satu pun atlet yang berhasil meraih medali emas. 

Fakta dan petaka kegagalan di PON XV 2000 tersebut, membuat para atlet dan pelatih bangkit dan didukung sarjana olahraga dari Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Padang, posisi Sumbar di PON XVI 2004 yang dilaksanakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan, posisi Sumatra Barat berada di posisi ke 21 dengan perolahan  6 emas,  10 perak, 25 perunggu dengan totasl medali 41 buah. 

Singkat cerita di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jawa Barat yang berlangsung 17-28 September 2016 lalu, kontngen Sumatera Barat berada di peringat 11 dari 34 provinsi dengan perolehan 44 medali dengan rincian 14 medali emas, 10 perak, dan 20 perunggu. Hasil ini memang masih dibawah target KONI Sumbar yang mematok 16 medali emas.

Walau begitu, capaian medali emas Sumbar 2016 ini meningkat dari PON XVIII 2012 Riau, dimana Sumbar mengantongi 12 medali emas, 12 perak, dan 25 perunggu. Ini juga capaian tertinggi medali emas Sumbar sejak PON XV 2000 di Surabaya, yang saat itu Sumbar pulang tanpa medali emas dan berada di posisi juru kunci.

Untuk wilayah Sumatra, Sumbar menempati peringkat tiga dibawah Riau dan Sumatra Utara. Sedangkan untuk peringkat klasemen provinsi luar Jawa, Sumbar berada di peringkat enam dibawah Kalimantan Timur, Bali, Riau, Papua, dan Sumatra Utara. Itu dulu.

Kini tentu kita berharap di PON Papua, 2020 ini, posisi Sumatera Barat diharapkan lebih baik dari PON sebelumnya. Caranya tentu dengan memilah dan memilih atlet yang punya prestasi baik ditingkat nasional. 

Khusus menghadapi PON Papua, 2020 ini KONI Sumbar telah membuat aturan tegas dengan ketentuan atlet yang akan dibawa ke PON apua yang lolos atau masuk empat besar. Untuk itu KONI Sumbar juga harus komitmen dengan ketentuan yang telah dibuatnya, meskipun ketentuan tersebut konon kabarnya tidak melalui hasil musyawarah KONI dengan induk organisasi.

Diakui, pelaksanaan PON 2020 Papua, memang sangat memerlukan biaya dan dana sangat besar untuk memberangkatkan atlet. Tapi itulah resiko biaya yang harus dipikul KONI Sumbar, sebgai penangungjawab keberngkatan kontingen.

Kini mumpung waktu pelaksanaan PON masih panjang, selain KONI Sumbar melakukan evaluasi terhadap persiapan atlet yang akan berlaga, juga membahas masalah anggaran biaya untuk memberangkatkan atlet ke PON Papua sesuai dengan yang telah diputuskan. Maksudnya, setiap cabang olahraga ang lolos empat besar, mau tidak mau harus diberangkatnya, meskipun memerlukan dana sangat besar terutama terhadap cabang olahraga beregu, seperti sepakbola, basket dan dayung.

Khusus olaraga dayung dengan berbagai nomor lombanya, yang membutuhkan dana sangat besat adalah memberangkatkan altenya untuk nomor dragon boat yang jumlah atletnya sekitar 42 orang putra/putri ditambah pelatih dan ofesial. 

Agar jangan sampai terjadi aksi demo atau protes, ada baiknya KONI Sumbar membawa persoalan atlet dayung ini ke gubernur dan anggota DPRD Sumbar. Tujuannya tentu agar ada penambahan biaya untuk memberangkatan atlet dayung.

Kita berharap tak ada aksi demo dan protes dari pengurus PODSI Sumbar yang nota bene dipimpin politisi dan diurus para serjana olahraga dan didukung jurnalis. (penulis wartawan tabloidbijak.com dan plt ketua JMSI Sumbar).