MENGALAH UNTUK KEHARMONISAN

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 02 Maret 2020 23:30:27 WIB


"MENGALAH UNTUK KEHARMONISAN"

Oleh :Siti Zakiah,SP (Sekretaris P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang Sumbar)

Memiliki keluarga yang harmonis, damai dan hidup rukun merupakan dambaan setiap orang. Namun, pada kenyataannya dalam suatu ikatan tidak akan terlepas dari pertengkaran dan konflik. Hal ini dikarenakan karakter, latar belakang, dan budaya dua individu yang berbeda. Bahkan Rasulullah SAW sebagai suri tauladan juga pernah melewati fase tersebut.

Dalam riwayat Muslim, dikisahkan bahwa Rasulullah pernah ada perasaan marah kepada Aisyah ra dikarenakan terus-menerus cemburu pada Khadijah ra (istri pertama Rasulullah yang telah wafat). Kemudian Rasulullah menyuruh Aisyah untuk mendekat dan menutup matanya. Maka Aisyah pun menutup matanya. Ketika sudah mendekat, Rasulullah memeluk Aisyah sambil berkata "Ya Humairahku, marahku telah pergi setelah aku memelukmu"

Pada dasarnya konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk hubungan antar pribadi. Banyak kalangan memandang konflik adalah faktor yang merusak hubungan, sehingga harus dicegah dan dihindari. Padahal, rusaknya hubungan antar pribadi sesungguhnya bukan disebabkan karena adanya konflik itu sendiri, melainkan oleh kegagalan dalam mengelola serta memecahkan konflik secara bijak.

Jika antar individu dalam suatu hubungan keluarga, mampu mengelola konflik secara bijak, maka konflik tersebut dapat memberikan manfaat positif bagi hubungannya. Dari kisah Rasulullah SAW sebelumnya dapat kita ketahui bahwa tidak selamanya konflik berkonotasi negatif, tetapi bisa juga menjadi positif. Konflik dianggap sebagai bumbu atau pemanis dalam suatu hubungan rumah tangga. Sebab jika pasutri dapat menghadapi sebuah konflik dengan bijak, maka kebahagiaan yang baru akan dirasakan.

Beberapa waktu lalu,kami di kantor P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Limpapeh Rumah Nan Gadang Sumbar, didatangi seorang ibu dan anaknya untuk konsultasi karena mengalami KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga). Sungguh memilukan, sering persoalan sepele dan kecil memicu pertengkaran suami-istri, dan wajah sang istri kerap diludahi oleh sang suami, juga tak terhitung tamparan serta pukulan ke badan istrinya dilakukan dihadapan kedua anaknya. Hal ini membuat kedua anaknya trauma,bahkan putri tertuanya berujar bahwa dia benci sang Bapak yang telah menyakiti Ibunya,dan mungkin tidak mau kelak menikah.

Sungguh beban psikis yg berat bagi sang istri dan anak mereka.Apa solusi bagi permasalahan ini?tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.Karena ada beberapa faktor perlu dilihat sebagai akar penyebabnya.

Walaupun Undang-Undang RI No .23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,memberi ruang hukuman penjara bagi si pelaku kekerasan (dalam hal ini suaminya),tetapi sang istri masih berpikir untuk berdamai dan tidak melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Begitupun sa'at ditanyakan apakah ada niat bercerai?syukurnya sang istri tidak mau langkah perceraian diambil karena mempertimbangkan keutuhan keluarga dan perasaan anak-anaknya.

Ada beberapa saran dalam penyelesaian konflik antar pasutri. Pertama; Menghindari konflik berlanjut, dengan selalu mengingat Allah SWT dan beristighfar.Saat pembicaraan pasutri sudah mulai mengarah pada konflik, maka salah satu darinya mencoba mengalihkan pembicaraan kepada tema yang lain. Sehingga suasana keluarga tetap nyaman dan tenang.

Kedua; Model mengalah. Dalam metode ini diperlukan kesediaan untuk menurunkan ego dan mengalah demi kebaikan keluarga. Tetapi harus dalam kesepakatan bahwa sikap mengalah tersebut tidak dimanfaatkan untuk mengulang kesalahan yang sama. Metode ini tepat digunakan untuk menyelesaikan konflik terkait persoalan pribadi, seperti ketersinggungan, prasangka buruk, komunikasi yang tidak nyaman dan lain sebaginya. Yang lebih penting adalah bahwa mengalah tidak akan menyebabkan wibawa seseorang jatuh.

Ketiga; Model diskusi. Biasanya model ini sangat tepat untuk menyelesaikan konflik yang berjangka panjang. Seperti, pendidikan anak, memilih tempat tinggal, dan prinsip keluarga. Pada model ini, pasutri berdiskusi dalam suasana yang tepat dan nyaman. Keduanya harus mencari alternatif penyelesaian yang paling diterima oleh keduanya dan keluarga.

Keempat; Saling Memaafkan.Masalah tidak akan selesai jika pasangan suami istri sama-sama keras kepala dan tidak mau meminta maaf duluan. Cobalah bersikap saling memaafkan. Toh, manusia tidak ada yang lepas dari kesalahan. Memaafkan tidak berarti menjatuhkan harga diri. Memaafkan itu lebih disenangi oleh Allah Ta’ala. Dan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain maka baginya balasan yang indah di sisi Allah Ta’ala.

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah : 263)

Kelima; Bermusyawarah.Daripada menguatkan pendapat pribadi, lebih baik Anda mencoba bermusyawarah untuk mendapatkan keputusan yang adil dan mufakat. Bermusyawarah ini sangat penting. Sebab dengan saling menukar pikiran maka proses pemecahan masalah akan jadi lebih mudah.

Perintah musyawarah juga dijelaskan dalam Al-Quran:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 159)

Keenam; Mengendalikan Emosi.Menghadapi masalah juga tidak boleh selalu menuruti emosi. Seseorang yang bisa mengontrol amarahnya lebih disukai oleh Allah Ta’ala. Orang-orang yang sabar biasanya lebih banyak teman, bawaanya berwibawa dan orang yang tidak suka marah juga dijanjikan surga oleh Allah Ta’ala.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah k akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai.” (HR.Ahmad, Dawud, Tirmidzi, dan Ibu Majah)

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR. At-Thabrani)

Ketujuh; Menjaga Komunikasi.Komunikasi yang lancar perlu dijaga untuk menghindari ataupun mengatasi masalah rumah tangga. Dengan berkomunikasi maka salah paham bisa dihindari. Perkara apapun itu, besar kecil sebaiknya selalu dikomunikasikan dengan pasangan.

Kedelapan; Saling Percaya.Untuk mengatasi masalah rumah tangga juga diperlukan sikap saling percaya. Apabila kepercayaan sudah hilang maka apapun yang dilakukan pasangan pasti dianggap salah. Sebisa mungkin hindari sikap suudzon atau prasangka buruk karena itu bisa menyesatkan hati.

Allah Ta’ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12)

Kesembilan; Belajar dari Pengalaman. Masalah yang datang di kehidupan keluarga wajib diselesaikan. Setelah itu, Anda harus bisa mengambil pelajaran dari masalah tersebut. Sehingga bisa dihindari agar tidak terulang kembali.

Kesepuluh; Menerima Perbedaan Pendapat.Perbedaan pendapat dalam rumah tangga adalah sesuatu yang biasa. Tidak mungkin juga kita selalu menyamakan pendapat dengan pasangan. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah mencari jalan tengah dan berusaha menerima perbedaan tersebut.

Sangat penting bagi pasutri untuk menyamakan sikap saat menghadapi konflik. Mereka tidak boleh menganggap "itu kan masalahmu" atau "itu bukan urusanku". Tetapi mereka harus menyatakan "kita hadapi bersama". Masalah atau konflik seberat apapun akan lebih ringan jika pasutri mampu menjaga sikap "kami hadapi bersama". Karena dengan sebuah konflik, sebuah keluarga bisa menjadi lebih hancur atau malah lebih bahagia.Semoga kita dapat menjaga keharmonisan dalam keluarga sehingga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warahmah.Aamiin Ya Rabbal'alamiin.