Penulis Barat Saja Mengakui Keteladan Nabi Muhammad SAW
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 02 Desember 2019 10:48:00 WIB
Oleh Yal Aziz
Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya, “The 100, a Rangking of The Most Influential Persons in History”, mengakui dengan jujur dan obyektif, serta menempatkan Nabi SAW sebagai manusia paling berpengaruh dalam sejarah peradapan manusia.
Alasannya dengan menunjukkan bahwa Nabi SAW memiliki kecerdasan manajerial yang tinggi dalam mengelola, mengatur, dan menempatkan anggota masyarakatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuannya, sehingga dapat mencapai tujuan utama, yaitu membangun masyarakat madani yang berlandaskan nilai-nilai Ilahi.
Penilaian Michael Hart tersebut karena dirinya mengamati sosok Nabi Muhammada dalam menjalankan kepemimpinannya, selalu mengedepankan akhlak mulia. Penilaian Michael Hart ini juga diakui oleh Husain bin Ali sebagai cucu Nabi Muhammada SAW. Katanya, Nabi Muhammad merupakan pribadi yang menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.
Bahkan, orang-orang yang bersikap obyektif dari kalangan non-muslim pun mengakuinya keteladani Nabi Muhammad, sepert Washington Irfing, seorang orientalis dan salah seorang penulis besar Amerika yang menjadi kebanggaan Amerika Serikat dan negara lain di abad sembilan belas Masehi, lahir tahun 1832 M di Kota Washington dan meninggal, 1892 M. Katanya, ”Muhammad adalah penutup para nabi, rasul paling agung yang diutus oleh Allah SWT untuk menyeru manusia kepada penyembahan kepada Allah.”
Kemudian George Bernard Shaw, seorang Filosof Inggris dan penulis alur cerita film di Inggris yang terkenal, lahir di Irlandia, meraih Nobel di bidang sastra tahun 1920 M. Katanya;"Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, berkali-kali dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia.”
Sebagaimana kita ketahui, Nabi SAW memiliki rasa empati dalam memimpin. Bahkan, Nabi Muhammad tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Kemudian, kalau Nabi Muhammad berbicara, yang lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa yang diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya.
Berdasarkan beberapa ungkapan tersebut, sudah saat juga kita konsekwen dan berkomitmen meneladani Nabi Muhammad SAW dan kehidupan ini, agar kita termasuk umat manusia yang beruntung.
Jadi peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad hendaknya jangan bersifat serimonial belaka dengan berbagai bentuk kemeriahan, tapi kita tak pernah mau meneladi kehidupannya di dunia ini.
Kini, mari kita sebagai manusia dan ASN diberbagai kantor dengan kesibakukan yang bermacam dan beragam, untuk konsekwen dan berkomitmen meneladani sosok Nabi Muhammad dengan perbuatan yang terpuji. Semoga. (Penulis waratawan tabloidbijak.com dan ketua smsi sumbar).