Razia Pekat Bak Jenggot Tumbuh Didagu
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 28 November 2019 10:46:29 WIB
Oleh Yal Aziz
KADANGKALA kita tak habis pikir dengan prilaku pemimpin di Ranah Minang, khususnya Kota Padang. Kenapa? Karena terkesan cuek dan tak peduli dengan pratek maksiat di beberapa cafe yang leluasa menjual minuman beralkohol, serta menyediaan pelayan seksi yang bisa diajak macam-macam, sesuai selera dan nafsu iblis biadap.
Meskipun ada razia dan penggeladahan, diberbagai cafe yang dinilai melanggar nilai moral agama dan adat istiadat, itu hanya sebagai sandiwara belaka, panjawek tanyo keresahan tokoh masyarakat yang bermoral. Bahkan yang ironisnya lagi, sudah ada protes melalui surat yang ditujukan kepada Kapolda Sumbar, namun harapan tokoh masyarakat dikelurahan Belakang Pondok Kota Padang, Kecamatan Padang Selatan tersebut, tak juga membuahkan hasil penertiban. Aneh dan hebat.
Padahal sebagai masyarakat Minang yang bergama dan beradat, so pasti tak ada yang setuju dengan kehidpan malam di berbagai cafe tersebut. Soalnya, selain cafe tersebut menyediakan minuman beralkohol, juga suasan ruangan yang remang-remang.
Yang anehnya, aparat keamanan dengan satuan SK4 selalu mengadakan razia dan penangkapan terhadap para wanita yang lagi berada ditempat iblis tersebut, namun dampaknya hanya sebatas penangkapan dan penertiban sesaat.
Yang ironisnya lagi, kasus penggeledahan dan penangkapan wanita-wanita di tempat cafe-cafe tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, namun dampaknya, ya seperti itu ke itu saja. Ditangkap kemudian dilepas lagi dan kemudian si wanita berkeliaraan lagi di cafe-cafe ajang maksiat tersebut.
Kedepan, tentu kita berharap kepada tokoh mahasiswa, yang hanya pandai mendemo masalah plitik saja, tapi juga pedul dengan kehidupan maksiat melalui cafe-cafe yang menjamur di Kota Padang, Solok dan Kota Payakumbuh.
Begitu juga dengan para mubaliq dan ninik mamak yang tahu jo adat, untuk bersuara lantang menentang menjamurnya kehiduan malam dengan ajang maksiat di berbagai tempat dan khususnya cafe-cafe.
Sedangkan kepada pemimpin, ta tentu hanya bisa berharap, seoga terbuka pintu hatinya melidungi remaja dan generasi muda dari damak kehidupan malam yang berbauk sek dan maksiat.
Begitu juga dengan para intektual kampus, agar ikut bersuara lantang menentang kehudpan maksiat di Kota Padang, Solok dan Payakumuh, termasuk Dhamasraya, yang juga kehidupan malamnya penuh ajang dosa.
Kini sudah saatnya mengatakan tidak tidak dengan kehdupan penuh maksiat dan sekaligus bereaksi menentang dan menerjang para pialang-pialang yang telah malang melintang di dunia maksiat. Semoga? (penulis wartawan tabloidbijak.com dan ketua smsi Sumbar).