SATU DESEMBER HARI AIDS SEDUNIA

SATU DESEMBER HARI AIDS SEDUNIA

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 02 Desember 2019 00:18:27 WIB


SATU DESEMBER HARI AIDS SEDUNIA

Hari Aids Sedumia atau World AIDS Day adalah hari internasional yang ditetapkan untuk meningkatkan kesadaran terhadap pandemik AIDS yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Hari AIDS Sedunia diperingati tiap tahunnya pada tanggal 1 Desember. Pertama dicetuskan pada 1988 dan penggagasnya adalah James W. Bunn dan Thomas Netter yang bekerja di bagian informasi Global Programme World Health Organization (WHO).

Hari Aids ini diperingati agar menambah kesadaran penting dalam berjuang melawan virus penyebab AIDS, yakni HIV, sekaligus memberikan support pada pengidap AIDS dan mengenang para korban penyakit tersebut.

Tidak hanya meningkatkan kesadaran akan AIDS, peringatan ini juga dilakukan untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit ini. Saat ini, Hari AIDS Sedunia diperingati oleh semua negara yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

 Data HIV/AIDS di Sumbar cukup mengejutkan dimana terdapat 10.376 kasus HIV AIDs baru pada Tahun 2018, menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, mungkin saja di Tahun 2019 , jumlah ini telah bertambah. Dan salah satu faktor penyebab penyakit ini adalah perilaku sex bebas dan menyimpang, seperti lelaki sex lelaki (gay). Paling rawan perpindahan penyakit ini melalui pergaulan bebas atau berhubungan badan secara bebas, kumpul kebo, penggunaan narkoba dengan jarum suntik, dan sejumlah faktor lainnya.

                Yang mengkhawatirkan, dilema ini bisa menjangkiti daerah-daerah kecil melalui penderita HIV/AIDS yang pulang ke daerahnya. Penderita kembali ke keluarganya dan beraktivitas yang membuka risiko penularan sementara keluarga tidak mengetahui bahwa suami atau anaknya menderita HIV/AIDS. Terus meroketnya kasus HIV/AIDS namun tidak semua yang tercatat. Salah satunya disebabkan aktivitas penularan yang dilakukan penderita yang sudah terjangkiti HIV masih berada pada window period atau masa jendela. Masa jendela merupakan rentang waktu yang menunjukkan bahwasanya virus HIV sudah menginfeksi penderita namun pemeriksaan antibodi HIV menunjukkan negatif. Keluhan fisik pada tahap ini masih ringan seperti infeksi virus lainnya atau bisa saja tidak ada keluhan, sehingga luput dari perhatian. Sementara penderita beraktivitas yang berisiko terjadinya penularan virus HIV seperti hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bergantian, kontak melalui darah. Selain itu, penderita HIV yang tidak memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan, dan dana yang masih kurang untuk menelusuri rantai penyebaran virus HIV/AIDS, dll. Oleh karena itu sering kita dengar kasus ini ibarat fenomena gunung es. Yang nampak sedikit padahal dibawahnya sangat banyak.

            Jika sudah terkena, tentu sesal kemudian tiada berguna. Saatnya untuk bertaubat sambil terus berjuang mengobati penyakitnya untuk bertahan hidup. Bagaimana dengan kita yang tidak kena penyakit ini? Disamping terus waspada, tentu harus ada upaya preventif agar diri dan keluarga kita tidak terjangkiti penyakit yang mematikan ini.

            Salah satu upayanya adalah menjaga diri dan keluarga dari perilaku sex bebas, ataupun narkoba dan penggunaan jarum suntik bekas penderita HIV AIDs. Menguatkan pondasi agama dalam keluarga sehingga tidak jatuh pada maksiat yang menjerumuskan. Bukankah sedia payung sebelum hujan dan mencegah itu lebih baik daripada mengobati....Wallahu a’lam.