Rohana Kudus dan Emansipati Wanita

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 13 November 2019 00:00:00 WIB



Oleh Yal Aziz

SEBAGAI orang Minang, so pasti akan bangga dan senang dengan penganugerahan  gelar Pahlawan Nasional, kepada Rohana Kudus, 8 November 2019 lalu. Bahkan, yang menerima penghargaan dari Presiden RI Joko Widodo, adalah cucunya, Janydy.

Rasanya wajar,  jika ada generasi muda Minang yang bertanya, siapakah Rohana Kudus?. Untuk itu ada baiknya juga kita tentang sosok dan rekan jejak Rohana Kudus. Berdasarkan data dari wikipedia.org, Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat, 20 Desember 1884  dan meninggal di Jakarta, 17 Agustus 1972 dalam usia 87 tahun.

Sebagai wanita Minang, 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang. Kemudian Rohana Kudus aktif juga di bidang pendidikan yang disenanginya dan Rohana Kudus pun aktif menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia yang kemudian media itu dibredel pemerintah Belanda. Namun semangat menulisnya tak padam dan akhirnya Rohana Ludus berinisiatif mendirikan surat kabar, yang diberi nama Sunting Melayu, yang tercatat sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

Dari silsilah keturunannya, Rohana Kudus lahir dari ayahnya yang bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan ibunya bernama Kiam. Rohana Kudus pun merupakan kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia yang pertama dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar.

Kemudian, Rohana Kudus juga sepupu dari H. Agus Salim. Secara historis, Rohana Kudus hidup pada zaman yang sama dengan R A Kartini, ketika akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.

Sebagaimana R A Kartini, sosok Rohana Kudus seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama untuk kaum perempuan. Pada zamannya Rohana termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan adalah tindakan semena-semena dan harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta perjuangannya Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan.

Jadi sangat wajarlah, jika Pemerintah di Era Presiden Joko Widodo ini memberikan penghargaan Pahlawan Nasional kepada Rohana Kudus. Fakta ini merupakan catatan sejarah panjang kehadiran, serta peran dan peranan  masyarakat Sumatera Barat di kancah nasional.  

Kedepan, tentu kita berharap kepada perempuan Sumatera Barat untuk terus berkarier untuk bangsa dan negara sebagaimana yang telah dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa yang tak kenal kata menyerah demi pendidikan dan kemerdekaan.

Hanya saja kita berharap, agar perempuan Sumatera Barat jangan samai salah kaprah dalam memahami atau mengartikan tentang arti dan makna emansipasi. Tujuannya, agar perempuan Minangkabau tetap berada dalam kodrat dan fitrahnya. (Penulis wartawan tabloidbijak.com dan Ketua SMSI Sumbar).