Ketika Konsumen Makin Pesimistis

Ketika Konsumen Makin Pesimistis

Artikel () 06 November 2019 20:42:50 WIB


Harian Kontan edisi 1 November 2019 dalam salah satu halamannya menulis berita dengan judul “Oktober 2019, Konsumen Makin Pesimistis”. Tulisan ini berisi tentang hasil survei Danareksa Research Institute (DRI) pada bulan Oktober 2019 tentang Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). 

IKK September 2019 98,9 dan IKK Oktober 2019 turun menjadi 97,7. Kontan menyatakan bahwa IKK Oktober 2019 adalah yang terendah sejak Agustus 2018. Menurut salah seorang ekonom, angka IKK di bawah 100 mencerminkan pesimisme konsumen terhadap perekonomian dalam negeri dan harus waspada. 

DRI menyebut bahwa Indeks Situasi Sekarang (ISS) turun sebesar 3,1% menjadi 80,7. Di samping itu Indeks Ekspektasi (IE) juga turun 0,2% menjadi 110,4. 

Danareksa menyebut bahwa konsumen kurang optimis terhadap prospek ke depan. Penilaian konsumen terhadap kondisi ekonomi nasional, ekonomi lokal, dan ketenagakerjaan memburuk. Mereka juga kurang optimis terhadap pendapatan keluarga selama 6 bulan ke depan. 

Konsumen juga khawatir terhadap tingginya harga bahan makanan, angkanya meningkat dari 43,8% menjadi 62,9%. Jika kekhawatiran konsumen semakin tinggi, akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Salah seorang ekonom memperkirakan pertumbuhan mungkin akan di bawah 5% jika konsumen pesimis. Jika dilihat sejak 2015, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5%. Selain itu, indeks penjualan riil Juli-September juga menunjukkan penurunan. Padahal inflasi sudah rendah. Sementara daya saing Indonesia turun 5 peringkat di tahun 2019. 

Kepesimisan ini memang wajar jika melihat kondisi ekonomi global dan ekonomi domestik. Perang dagang Amerika dengan China adalah salah satu pemicu akan terjadinya resesi global. Dan akan mempengaruhi ekonomi Indonesia. 

Di Harian Kontan edisi 11 Oktober 2019, dalam headline ditulis judul “Ekonomi Kian Melambat Butuh Stimulus Kongkret, disebutkan di situ bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi beberapa lembaga seperti IMF, World Bank, ADB, OECD pada tahun 2019 adalah 5-5,2 %. Dan di 2020 akan tetap 5% atau bertambah 0,1%. Satu lembaga yang memproyeksikan di bawah 5% pada 2019 dan 2020 adalah Moody’s. 

Beberapa informasi yang sudah beredar di media sepertinya turut mempengaruhi pikiran masyarakat. Di antaranya adalah kenaikan iuran BPJS, dan pencabutan subsidi listrik. 

Antisipasi yang harus dilakukan adalah berhemat dan harus ada yang diprioritaskan, seperti pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan dan makanan. Semoga di tahun 2020 kondisinya bisa membaik, sehingga ekonomi bergerak meningkat dan tidak terjadi apa yang dikhawatirkan, meskipun iuran BPJS naik dan subsidi listrik dicabut. (efs)

ilustrasi: freefoto dotcom

 

Referensi: 

Harian Kontan 1 November 2019    

Harian Kontan 11 Oktober 2019