Yok Pakai Baju Batik Tanah Liek Khas Minangkabau 

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 03 Oktober 2019 11:09:32 WIB



Oleh Yal Aziz

SETIAP, 2 Oktober, diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Penetapan ini berdasarkan pengakuan UNESCO yang memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya tak Benda Warisan Manusia. Pengakuan ini merupakan Pengakuan Internasional terhadap Budaya Indonesia. 

Khusus batik tanah liek, khas batik Minangkabau, ternyata masyarakat Nagari Periangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, sumber utamanya. Bahkan, Nagari Pariangan merupakan tempat asal-usul masyarakat Minangkabau mengenal pola batik. Kemudian nagari Pariangan dinobatkan sebagai desa terindah di dunia. Asal-usul batik Sumatera Barat, yang terungkap, 2017.

Penetapan ini berdasarkan kajian dan penelitian Irwan Malin Basa, salah seorang akademisi di salah satu perguruan tinggi di Sumbar. Katanya, masyarakat Minangkabau sudah mengenal teknik memindahkan warna pada kain sejak 1730. Tidak hanya batik, masyarakat Minangkabau pada tahun yang sama juga sudah mengenal teknik menenun dan songket. Faktanya, ada 127 buah manuskrip yang tersimpan di Surau Tarekat Satariyah milik ayah, Irwan Malin Basa. 

Selanjutnya, selain mengkaji sejarah batik, Irwan Malin Basa dalam hasil manuskrip juga disebutkan jika ada proses design atau corak dan pewarnaan yang dilakukan masyarakat Minangkabau. Pada 1730 tersebut, terdapat 15 macam tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna batik oleh masyarakat.

Secara umum kini, batik tanah liek atau yang disebut juga dengan batik tanah liat, merupakan batik khas Minangkabau. Kenapa disebut batik tanah liat?  Karena cara membuatnya memakai tanah liat sebagai pewarnanya. Maksudnya, kain terlebih dahulu direndam selama kurang lebih sekitar seminggu dengan tanah liat. Selanjutnya dicuci serta diberi pewarna alami yang berasal dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan misalnya kulit manggis, kulit kayu maupun kulit rambutan.
 
Sedangkan motif batik tanah liek biasanya dipakai, pucuk rebung, kaluak paku, siku-siku baragi, dan juga motif geometrik khas dari Sumatera Barat ini. Kemudian melalui warnanya, batik tanah liek mempunya ciri khas sendiri.

Sebelumnya,  batik memang sangat lekat sekali dengan masyarakat di Pulau Jawa. Tetapi sejak awal tahun 2000-an, batik mulai berkembang ke daerah-daerah lain. Banyak daerah yang ingin mengembangkan batik dengan cita rasanya masing-masing, tentu dengan motif yang terinspirasi dari ornamen asli daerah asal. Salah satunya, Sumatera Barat. Bahkan, Nevi Zuairina,  Istri Gubernur Sumatera Barat mengatakan, batik Minang mulai digemari karena motifnya yang unik.

Selanjutnya, istri Gubernur Sumbar ini meminta masyarakat untuk dapat mengembangkan desain batik Minang karena membawa ilmu-ilmu baru, baik dari segi pemilihan jenis bahan, pengaplikasian motif di atas busana, hingga pemilihan warna. 

Saat ini terdapat 11 motif yang sudah berhasil dikembangkan menjadi batik khas Sumatera Barat. 

Pertama, motif Tantadu Manyasok Bungo Jo Buah Nibuang (ulat tantadu mengisap bunga dengan buah nibuang). Motif ini memiliki makna filosofis kemakmuran dan keindahan dalam kehidupan.

Motif kedua adalah motif yang diberi nama Paruah Enggang, atau paruh burung Enggang yang kokoh, indah, dan anggun. 

Ketiga, motif Sikambang Manih (bunga yang indah). Motif ini menggambarkan anak perempuan yang sudah berumur 15 tahun lebih itu seperti bunga yang sedang mengembang. 

Empat, Kaluak Pakukacang Balimbing motif ini mengandung makna filosofi tanggung jawab seorang laki-laki di Minangkabau. 

Kelima, motif Bungo Duo Tangkai Jo Buah Pinang-Pinang motif ini mengangkat dua ciptaan Tuhan yang berpasangan, seiring dan sejalan.

Keenam, motif Daun Bodi yang melambangkan akhlak dan budi pekerti. 

Tujuh, motif daun Puluik-Puluik, bermakna kesuburan, pendirian yang kuat, hidup subur, indah, dan makmur.

Delapan, Sirih Gadang. Diilhami dari bentuk daun sirih, baik yang bertangkai, maupun yang disusun di carano.

Sembilan, motif Bada Mudiak, atau ikan beriringan ke hulu. Terinspirasi dari ikan yang beriringan ke hulu, searah, tiada yang mendului. 

Sepuluh, motif Ukir Pucuak Rabuang. Motif ini biasa digunakan sebagai ukiran rumah gadang. Motif terakhir adalah motif yang dinamakan Buah Palo Bapatuh. Motif ini memiliki makna cita-cita luhur. (Penulis wartawan tabloidbijak.com dengan inspirasi berbagai sumber).