Geliatkan Pariwisata di Tanah Minang Part II
Artikel () 30 September 2014 02:00:08 WIB
Sementara jalan merupakan infrastruktur pendukung utama untuk akses ke destinasi pariwisata yang tersebar di Kab/Kota di Sumbar. Melalui Tour de Singkarak, maka 18 Kab/Kota akan mendapat kesempatan berpromosi secara langsung yang diliput oleh media cetak dan elektronik, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
"Melalui Tour de Singkarak upaya mengedukasi masyarakat tentang kepariwisataan dapat dilaksanakan secara terpadu oleh semua elemen masyarakat. Dimana pelaksanaan Tour de Singkarak juga diselenggarakan secara terpadu antara kementerian pariwisata, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Pemerintah Kab/Kota, sebuah sinergitas dan keterpaduan kerja yang sangat baik di era Otonomi Daerah," ujar Burhasman.
Ia melanjutkan, kami juga melaksanakan berbagai event pasar wisata yang mengundang buyers dan sellers, baik dalam dan luar negeri. Tahun 2013 lalu, Sumatera Bararat menjadi tuan rumah pasar wisata Tourism Indonesia Mart and Expo (TIME) dan pada tahun 2014, Sumbar juga menjadi tuan rumah Indonesia Coorporate Meeting and Incentive Travel Mart (ICMITM).
"Karena itu, kami juga mengajukan diri kepada Menteri Parekraf, agar di tahun 2015 berkenan menjadikan Sumbar sebagai tuan rumah International Ecotourism Business Forum,"harap Burhasman. Hal ini terkait dengan potensi ekonomi dan agro wisata Sumbar yang cukup besar.
Dalam membangun sektor pariwisata di Sumbar, Burhasman juga meng-atakan, Pemerintah Kab/Kota yang berada di Provinsi Sumbar juga aktif melaksanakan berbagai kegiatan dan event promosi yang berdampak pada citra positif pariwisata Sumbar. Salah satu diantaranya, sharing Pendanaan Pembangunan Destinasi Pariwisata antara Pemerintah Provinsi Sumbar dengan Pemerintah Kab/Kota.
Hal ini sesuai dengan regulasi tentang kewenangan pembangunan di era otonomi ini, dimana pemerintah Provinsi tidak bisa lagi secara langsung ikut membangun aset pariwisata yang menjadi milik Kab/Kota. Maka Pemprov Sumbar melakukan kerja sama dalam bentuk MoU dan Kesepakatan Kerja sama dengan Kab/Kota dalam pembangunan destinasi pariwisata dan promosi. Dimana sharing dana Provinsi sebesar 40% dan Kab/ Kota sebesar 60%, dengan demikian akan terjadi akselerasi pembangunan destinasi dan promosi wisata di Sumbar.
Dinas Pariwisata Sumatera Barat mempunyai kiat dalam mendatangkan wisatawan nusantara maupun mancanegara, Membuat berbagai kegiatan dan kebijakan di bidang kepariwisataan yang telah dilakukan selama ini. Untuk itu, lanjut Burhasman, Disbudpar Sumbar sedang menata obyek pariwisata yang dipadu dengan atraksiatraksi wisata agar tidak monoton.
"Kami ingin lebih lagi, supaya sektor usaha wisata tidak hanya alam pemandangan, harus ada atraksi parawisata. Kalau ada sungai, ada arung jeramnya, misalnya. Kalau hanya view, dua-tiga kali orang bosan," katanya.
Beberapa hasil positif yang dirasakan Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar. Data BPS Sumbar tentang kunjungan Wisman priode Januari - Juni 2013 dibandingkan dengan priode yang sama tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 18,9 %.
"Pada tahun 2014 ini kami juga melakukan penyempurnaan dan penajaman pada aspek kelembagaan, baru saja ditetapkan Perda tentang perubahan numenklatur Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar menjadi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif," tutur Burhasman.
Kajian ekonomi dan keuangan Regional Provinsi Sumbar Triwulan (TW) IV tahun 2013 yang dikeluarkan Bank Indonesia Wilayah VIII (Sumbar) menyatakan bahwa (1) pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran meningkat dari 6,4 % (pertumbuhan TW II ke TW III/ 2013) menjadi 7 % pada TW IV/ 2013, (2) Total Wisman TW IV/2013 meningkat 46,3% dibandingkan TW III/2013 yang hanya tumbuh 24%, (3) Kunjungan Wisman dan Wisnu berdampak pada sub sektor restoran dan rumah makan, dimana pada TW III/ 2013 tumbuh 9,4% sedanghkan pada TW IV/2013 tumbuh 10,59%. Semakin tumbuhnya kepercayaan investor sektor pariwisata di Sumbar yang ditandai dengan pertumbuhan hotel dan kamar dimana tahun 2012 tercatat 300 hotel dengan 6.338 kamar yang tumbuh di tahun 2013 menjadi 312 hotel dengan 7.503 kamar (halmana menggambarkan pertumbuhan luar biasa jika dibandingkan dengan hancurnya infrastruktur pariwisata Sumbar waktu Gempa 30 September 2009).
Investasi lain untuk sektor pariwisata adalah masuknya Taxi Blue Bird, Kosti dan Express di Kota Padang yang saat ini sudah beroperasi dan melayani penumpang dari dan ke Bandara International Minangkabau. Disamping adanya pengusaha Taxi lokal, ini merupakan indikasi positif investasi kepariwisataan di Sumbar, disamping tingginya tingkat ocupasi hotel dan flight yang datang ke Padang.
Terkait target wisatawan baik mancanegara dan nusantara, Pemprov Sumbar hanya menargetkan tumbuhnya 10% setiap tahun. Ia mengatakan, sedikit mengalami kesulitan dalam menghitung jumlah Wisman yang datang ke Sumbar, karena dari sistem yang ada BPS hanya menghitung Wisman yang masuk melalui pintu imigrasi yaitu direct flight luar negeri sementara wisman yang masuk melalui flight domestik lebih banyak, untuk itu kami melakukan survey tersendiri untuk itu.
Burhasman sangat bersyukur atas perjuangan pengembangan pariwisata yang dilakukan Sumatera Barat dinilai positif oleh masyarakat Sumbar maupun pimpinan instansi terkait. "Kami hanya berusaha melakukan apa yang terbaik untuk Sumbar dan bisa kami lakukan sesuai sumber daya yang ada," ujarnya.
Burhasman menambahkan, Sumbar secara sumber daya alam memang tidak banyak, kami hanya melihat sektor pariwisata sebagai potensi untuk tumbuh dan berkembang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Untuk itu, kami sangat butuh bimbingan dan fasilitasi dari Kemenparekraf untuk lebih mendayagunakan potensi kepariwisataan Sumbar ini," pungkas Burhasman. • TRIAS Politika