Saluang, Alat Musik Tradisional Minangkabau

Saluang, Alat Musik Tradisional Minangkabau

Artikel Masrizal, S.Sos(Dinas Kebudayaan) 24 Oktober 2017 18:30:42 WIB


Secara etimologis, nama saluang diambil dari nama seruling panjang yang kerap kali menjadi alat musik pengiring dalam pertunjukan musik Saluang jo Dendang-Saluang. Saluang terbuat dari talang atau bambu tipis dalam bahasa latin bernama Schizostachyum brachycladum Kurz. Talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut disungai dipercaya oleh orang Minangkabau sebagai bahan yang bagus untuk membuat saluang.

Hal yang utama dalam memainkan saluang ini adalah cara meniup dan menarik nafas secara bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal sampai akhir lagu tanpa putus (circular breathing). Teknik yang dinamakan manyisiah angok ini dapat dikuasai dengan latihan yang berkesinambungan.

Permainan musik ini dapat dinikmati pada acara perkawinan, batagak rumah (Mendirikan Rumah), batagak pangulu, dan lain-lain. Apabila ingin menikmati permainan saluang ini, hendaknya datang ke acara tersebut setelah salat Isya dan baru akan berakhir menjelang subuh.

Dendangan para dara-dara cantik Minang bisa menjadi daya tarik tersendiri selain kelihaian para pemainnya. Dendangan saluang sendiri berisikan pesan, sindiran, dan juga kritikan halus.Dendangan tersebut dapat mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun terhadap kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.

Selain keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian dan alat musik ini, ada satu hal yang tak kalah uniknya, yaitu gaya memainkan saluang ternyata berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersendiri dalam hal meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang.

Gaya Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok menjadi gaya yang paling sedih di telinga. Ada pun judul-judul lagu saluang yang banyak dikenal di masyarakat Minangkabau, antara lain: Padang Magek, Ratok Koto Tuo, Ratok Solok, Muaro Labuah, Lubuak Sao, Ambun Pagi dan lain-lain.

Seperti yang telah disebutkan bahwa alat musik ini tergolong alat musik seruling. Namun berbeda dengan jenis alat musik seruling lainnya, saluang ‘lebih rumit’ pembuatannya. Menurut Kasi Adat dan Nilai-nilai Tradisi Dinas Kebudayaan, Saparman, SH, pembuatan saluang lebih rumit dari pembuatan seruling pada umumnya, hanya orang yang ahli memainkan saluang sajalah yang bisa membuat saluang ini karena ada tata cara tersendiri dalam membuatnya.

"Untuk membuat satu lubang saluang sangat sakral dan biasanya untuk membuatnya dilakukan pada hari jum'at dan  dibutuhkan waktu sampai satu minggu dan ada juga pembuatan lubang saluang dilakukan ketika ada orang yang meninggal," tuturnya.

Sumber:Wacana dengan editan dari redaksi