Perkembangan Wisata Halal

Perkembangan Wisata Halal

Artikel () 26 April 2019 20:41:04 WIB


Koran Sindo edisi 10 April 2019 di headlinenya memuat berita dengan judul “RI Wisata Halal Terbaik”. Akhirnya Indonesia ada di urutan teratas indeks wisata muslim global (Global Muslim Travel Index, GMTI). Indonesia mencatat nilai tertinggi mengungguli 130 negara lainnya sebesar 78. Koran Sindo mencatat, posisi Indonesia dalam GMTI selama 2015-2018 mengalami peningkatan, dari posisi enam, empat, tiga, dua. Dan akhirnya pada 2019 di posisi pertama. Ini merupakan pencapaian yang patut diapresiasi oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk juga masyarakat Indonesia yang mendapatkan manfaat positif dari perkembangan pariwisata yang dicanangkan pemerintah. 

Adapun yang masuk ke dalam top 10 GMTI adalah Indonesia, Malaysia, Turki, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Maroko, Bahrain, Oman, Brunei. Koran Sindo juga menulis 10 top destinasi wisata halal di Indonesia yaitu Lombok, Aceh, Riau, Kepri, Jakarta, Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta dan Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Sementara jika mengacu kepada negara non OKI yang masuk ke dalam top 10 negara pasar wisata halal 2019 adalah China, Prancis, Jerman, India, Italia, Rusia, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, dan Inggris. Empat indikator utama yang dinilai dalam GMTI adalah, akses, komunikasi, lingkungan dan pelayanan. 

Sementara itu, Kompas edisi 9 April 2019 dalam salah satu halamannya menulis berita dengan judul “Lima Destinasi Penuhi Standar Wisata Halal”.  Di berita ini disebutkan bahwa Kementerian Pariwisata mengumumkan lima destinasi wisata yang memenuhi standar Indeks Wisata Halal Indonesia 2019 yaitu Lombok, Aceh, Kepulauan Riau, Jakarta, dan Sumatera Barat. 

Kata lain dari indeks wisata halal Indonesia adalah Indonesia muslim travel index (IMTI). IMTI mengacu kepada GMTI. Acuannya pun sama yaitu akses, komunikasi, lingkungan, dan pelayanan. Kementerian Pariwisata menargetkan 5 juta wisatawan mancanegara muslim datang ke Indonesia pada 2019, di mana pada 2018 (per November) jumlah wisatawan muslim yang datang berjumlah 2,6 juta.  

Dengan melihat data dan angka di atas, nampak bahwa peluang Sumbar cukup besar untuk menerima kedatangan wisatawan mancanegara muslim maupun wisatawan muslim dari Indonesia. Pemerintah provinsi, kabupaten/kota juga sudah melakukan berbagai langkah dan kebijakan untuk meningkatkan sektor pariwisata. Demikian juga berbagai organisasi terkait, seperti organisasi biro perjalanan, organisasi penginapan, organisasi rumah makan dan juga berbagai komunitas lainnya, juga sudah melakukan persiapan menyambut datangnya wisatawan mancanegara muslim. Tinggal  lagi masyarakat yang terlibat di dalamnya, harus mengambil peluang ini sebaik mungkin dengan melakukan berbagai peningkatan. Karena sekaranglah saat yang tepat untuk memajukan pariwisata Sumbar sehingga berdampak positif kepada perekonomian. Jangan sampai peluang yang bagus ini justru lebih cepat diambil oleh daerah lain karena kesiapan mereka yang sudah dilakukan sebelumnya. 

Adapun 4 indikator utama seperti akses, komunikasi, lingkungan dan pelayanan, harus terus menerus diperbaiki agar wisatawan semakin banyak yang datang ke Sumbar.   

 

Referensi: 

Kompas, 9 April 2019

Koran Sindo, 10 April 2019

Ilustrasi: shuterstock dot com