Damai Setelah Pilpres dan Pileg

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 15 Mei 2019 10:17:54 WIB


RABU, 17 April 2019 merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa indonesia. Kanapa? Karena, 17 April tersebut seluruh anak bangsa yang telah punya hak pilih akan menentukan sikapnya untuk memilih calon presiden antara Jokowidodo-Makruf Amin, dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.  

Selain memilih presiden, rakyat Indonesia juga akan memilih para anggota Dewan Perakilan Rakyat, baik untuk pusat, provinsi dan kabupaten dan kota.  Kemudian juga akan memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah DPD).

Khusus untuk pemilihan presiden, siapapun yang akan menang atau  berhasil, apakah Jokowidodo-Makruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, yang jelas kedua kandidat tersebut sama-sama anak bangsa Indonesia yang baik dan berkualitas.

Sebagai anak bangsa yang baik juga, kita tentu berharap, agar pemilihan presiden dan para anggota dewan, baik DPR RI, DPRD  provinis, maupun kabupaten dan kota berlangsung dengan sukses dan tanpa ada prahara. Kenapa? Karena prahara hanya akan merugikan bangsa ini. 

Kemudian, siapapun yang akan terpilih sabagai presiden, apakah Jokowidodo-Makruf Amin atau Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, mari sama-sama kita dukung dan syukuri, karena yang menang itulah yang mendapat legitimasi rakyat Indonesia, serta restu dari Ilahi.

Yang namanya pemilihan sudah barang tentu ada yang menang dan ada yang kalah dan fakta itu memamng sudah menjadi aturan main yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap proses pemilihan tersebut.

Kita juga harus memahami, dukungan yang diberikan anak bangsa ini kepada calon presidennya, so parti sudah merupakan kehendak hatinya masing-masing dan partai. Kemudian, kalah dan menang, memang sudah perupakan aturan main dari pesta demokrasi tersebut.

Bagi calon presiden yang menang, hendaknya tidak memeriahkan kemanangan secara berlebihan, sehingga memancing emosi pasangan dan pendukung calon presiden yang kalah. Soalnya, bagaimanapun kedua kandidat calon presiden tersebut, sama-sama anak bangsa Indonesia yang didukung oleh partai pendukungnya.

Kemudian, wajar saja kita berharap kepada presiden yang menang atau terpilih, agar melaksanakan janji disaat berkampanye. Maksudnya, jangan sampai janji-janji yang diumbar saat kampanye hanya digunakan untuk mempengaruhi rakyat untuk memilihnya. Jangan ada dusta antara presiden dengan rakyatnya. 

Begitu juga dengan para anggota dewan yang terhormat, baik untuk tingkat pusat (DPR RI), DPRD provinsi dan kota, maupun anggota Dewan Perwakilan Daerah yang kita kenal juga dengan istilah para senator.

Khusus untuk para timses, terimalah kekalahan dengan legowo dan lapang dada dan jangan sampai memancing diar keruh dengan mengompori rakyat dengan hal-hal yang memicu terjadinya persiteruan seusai pilpres.

Yang tak kalah pentingnya, juga diharapkan kepada para anggota dewan yang terhormat yang berhasil terpilih, jangan juga terlalu eforia berlebihan, sehingga memancing kejengkelan bagi calon anggota dewan yang kalah dengan masa pendukungnya.

Kalah menang dalam suatu proses pemilihan sudah  merupakan hal yang lumrah dan wajar-wajar saja. Ada yang menang tentu ada juga yang kalah, baik untuk pilpres maupun pileg. 
 
Untuk itu, kepada para pemilih hendaknya cermat dan berhati-hati dalam menentukan pilihan. Soalnya, sekali salah dalam menetukan pilihan, baik  terhadap calon presiden dan anggota dewan yang terhormat, implikasinya akan terasa hingga beberapa tahun ke depan.

Kini mari kita ciptakan susana damai seusai  pemilihan presiden, maupun pemilihan anggota dewan yang terheormat. Selamat memilih. (Penulis wartawan tabloidbijak.com)