MENGENAL AURA JIWA MANUSIA
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 24 Maret 2019 00:25:50 WIB
MENGENAL AURA JIWA MANUSIA
Jiwa manusia adalah ciptaan Allah SWT Yang Maha Mengetahui. Idealnya jiwa manusia berjalan sesuai aturan yang telah digariskan-Nya. Sehingga, pemiliknya bisa sampai pada kondisi yang penuh kebaikan dan ketenteraman, serta mampu menapaki jalan terang-benderang yang di ujungnya terdapat surga sebagai hadiahnya.
Rasulullah SAW menjelaskan peran qalb (hati) dalam jiwa manusia. Menurut beliau, aspek penentu hakekat manusia adalah segumpal darah (mudghah), yang disebut qalb (hati). Gumpalan itulah yang menjadi penentu kesalehan dan kejahatan jasad manusia (HR. Sahih Bukhari). Karena begitu menentukannya fungsi hati itulah Allah hanya melihat hati manusia dan tidak melihat penampilan dan hartanya. (HR. Ahmad ibn Hanbal). Hati yang penuh dengan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan akan menuntun manusia menjadi orang baik.
Orang baik cenderung lebih banyak tersenyum. Percaya atau tidak, kebaikan seseorang bisa ditunjukkan dari cara dia tersenyum. Mengapa? karena semakin banyak orang tersenyum, maka hawa positif akan bertebaran disekitarnya. Selain itu, dengan tersenyum, orang akan terkesan lebih ramah dan bisa dipercaya. Pikiran-pikiran negatif seperti iri hati dan dengki jarang menghinggapi orang baik.
Orang baik akan selalu menanamkan pikiran positif dalam hidupnya. Bahkan saat dia mengalami masa-masa sulit sekalipun sehingga akan menyebarkan suasana nyaman. Orang baik biasanya lebih sering menyapa duluan. Orang baik tidak akan keberatan untuk menyapa semua orang, bahkan terhadap orang yang berbuat jahat padanya sekalipun. Orang baik selalu terhindar dari rasa menjadi orang penting, ingin dicari dan dibutuhkan. Dia biasanya tidak membutuhkan pengakuan orang atas kinerjanya selama ini. Orang baik tidak ingin menunjukkan bahwa dia baik. Tapi orang jahat akan selalu membangun citra baik untuk kekurangan dirinya.
Orang baik selalu pintar mengendalikan emosi. Mereka terlihat sangat sabar dan toleran. Tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri. Orang baik akan bercerita atau membagikan hal-hal yang bermanfaat dengan tujuan memberi tahu. Bukan untuk menggiring opini publik bahwa hanya dirinyalah yg benar. Orang baik selalu menghafal tiga kata sakti dan santun yaitu maaf, tolong, dan terima kasih. Orang baik tidak akan keberatan untuk mengakui kelebihan orang lain. Apalagi jika dia merasa bersalah. Mereka tidak akan segan-segan untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahan. Berbeda dengan orang jahat yang memiliki gengsi tinggi dan menganggap dirinya selalu benar. Jangankan mengaku salah, menganggap orang lain berprestasi saja gengsi, ada saja alasan untuk mencari kesalahan serta untuk menjatuhkan orang lain. Semoga kita bisa melatih diri menjadi orang sabar dalam menghadapi setiap kejahatan dan perilaku orang jahat. Memang baik menjadi orang penting, tetapi jauh lebih penting menjadi orang yg baik.
Perang melawan nafsu jahat untuk menjadi orang baik banyak caranya. Sahabat Rasulullah SAW, bernama Yahya ibn Mu’adh al Razi memberikan tipsnya. Ada empat pedang untuk memerangi nafsu jahat: makanlah sedikit, tidurlah sedikit, bicaralah sedikit dan sabarlah ketika orang melukaimu, maka nafs atau ego itu akan menuruti jalan ketaatan, seperti penunggang kuda dalam medan perang. Dan memerangi nafsu jahat ini menurut Rasulullah SAW adalah jihad, karena butuh perjuangan untuk merdeka dari buah kejahatannya. Wallahu a’lam.