Bantuan Sosial dan Penurunan Kemiskinan
Artikel () 13 Desember 2018 03:05:31 WIB
Harian Kontan edisi 12 Desember 2018 dalam satu halamannya memuat berita dengan judul, “Bersiaplah, Kucuran Bantuan Sosial Kian Deras”. Kemudian di baris bawahnya, masih bagian dari judul ditulis, “DIPA APBN 2019 diserahkan, instansi pemerintah bisa segera membelanjakan anggaran”.
Jika melihat data grafis yang dibuat Kontan, jumlah bantuan sosial dalam APBN 2019 jumlahnya mencapai 200,8 triliun rupiah. Naik dibanding APBN 2018 yang berjumlah 161.543 triliun rupiah. Dan di 2017 angkanya 148,9 triliun rupiah. Di 2016 137,7 triliun rupiah. Di 2015 140 triliun rupiah. Dan di 2014 120,3 triliun rupiah. Terlihat terjadi kenaikandari 2014 hingga 2019.
Angka kemiskinan pada Maret 2018 yang berada di bawah dua digit yaitu 9,82% merupakan sebuah pencapaian tersendiri. Dan nampaknya secara sekilas ada hubungan dengan kenaikan anggaran bantuan sosial dalam APBN.
Jika melihat angka bantuan atau perlindungan sosial 2018 dibandingkan 2019, terjadi kenaikan yang persentasenya 24,3%. Dari 200 triliun dana perlindungan sosial tahun 2019, 38 triliun di antaranya adalah untuk Program Keluarga Harapan (PKH). Naik dua kali lipat dibanding tahun 2018 yang berjumlah 19 triliun rupiah.
Keseriusan pemerintah dalam membantu orang miskin ini patut diapresiasi. Dengan dana yang berjumlah besar ini maka pastinya dituntut untuk benar-benar sampai kepada masyarakat sasaran. Sehingga hasilnya efektif terhadap nasib orang miskin.
Dengan angka kemiskinan yang sudah di bawah dua digit, maka kenaikan dana perlindungan sosial mudah-mudahan menjadi instrument efektif pengurangan angka kemiskinan. Karena di sisi lain, ada pula masalah yang harus dihadapi masyarakat dengan pendapatan level bawah, yaitu tarif listrik dan harga BBM non subsidi yang cenderung naik.
Antrean untuk mendapatkan premium bahkan tidak hanya dihadapi pengguna kendaraan bermotor, bahkan mereka yang memiliki kendaraan roda empat pun beralih ke premium setelah harga pertalite terus naik seiring pelemahan rupioah terhadap dolar AS.
Kini, rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS. Mudah-mudahan harga BBM non subsidi juga bisa turun. Karena sebelumnya sudah banyak orang beralih dari premium ke pertalite ketika harga pertalite dianggap terjangkau. Namun seiring pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang menyebabkan kenaikan harga pertalite, maka orang berlaih lagi ke premium. Bagi orang yang tidak mampu dan memiliki motor, selisih harga pertalite dengan premium yang sekitar 1500 rupiah tentu sangat berharga. Karena bensin diisi berbilang harian. Masih banyak orang yang tidak mampu mengisi bensin motornya dengan sekali isi hanya 10.000 rupiah, bahkan kabarnya ada yang 5.000 rupiah. Ini menunjukkan betapa selisih pertalite dengan premium sangat mempengaruhi orang beralih ke premium.
Dan dengan adanya bantuan sosial dari pemerintah, mudah-mudahan mampu mendongkrak ekonomi masyarakat bawah sehingga mereka juga bisa menikmati kehidupannya. (efs)
Referensi: Harian Kontan 12 Desember 2018
ilustrasi: freefoto.com