LGBT Harus "Ditendang" di Ranah Minang
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 08 Oktober 2018 13:31:02 WIB
SEBAGAI masyarakat yang punya filosifi Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah, sudah barang tentu persoalan penyakit masyarakat yang popler dengan sebutan, LGBT (lesbian, guy, biseksual dan Transgender) harus dicegah tumbuh dan berkembang di Ranah Minang. Kenapa? Karena prilaku sek menyimpang tersebut, tak hanya dilarang oleh agama, tetapi juga merusak tatanan adat istiadat.
Secara historis, maraknya fenomena LGBT ini, merupakan dampak negatif dari dengan tren negara-negara liberal yang memberikan pengakuan dan tempat bagi penyandang LGBT di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, di negara liberal tersebut, prilaku LGBT sudah mereka anggap sebagai bagian life style masyarakat modern yang menganggap pandangan heteroseksualitas sebagai konservatif dan tidak berlaku bagi semua orang.
Yang ironisnya, lebih dari 11 negara, diantaranya Belanda, Belgia, Spanyol, Swedia, yang telah melegalkan perkawinan sejenis dan bahkan negara-negara libiral tersebut sudah menjadi surga bagi pengidap penyakit LGBT untuk menunjukan eksistensi sosialnya, sekaligus menyalurkan hasrat seksual. Kebebasan dan hak asasi kemudian menjadi dalih atas kebijakan tersebut.
Meskipun begitu, persoalan LGBT juga masih terjadi pergolakan di negara-negara Barat, terutama kelompok konservatif yang memegang teguh nilai-nilai keluarga dan teologis yang secara gigih menentang praktek penyimpangan seksual tersebut. Lihat saja sikap pemimpin Gereja Katolik Perancis, Kardinal Phillipe Barbarin yang menyebut bahwa legalisasi atas pernikahan sejenis akan meruntuhkan tatanan hidup masyarakat.
Di Amerika Serikat sendiri hanya sekitar empat negara bagian yang menyetujui pengakuan terhadap pernikahan sejenis. Penolakan juga muncul dari kalangan profesional, Brendan Eich, CEO Mozilla yang mengundurkan diri secara tegas menolak pernikahan sejenis di negara bagian California. Bahkan, Brendan Eich menyatakan apresiasinya terhadap gerakan anti LGBT di Indonesia dengan kultur timur yang menjunjung religiusitas.
Penolakan yang sama juga terjadi di Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Bahkan, masyarakat Kota Payakumbuh bersama Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit telah mendeklarasikan diri untuk menolak dan anti kehidupan free sex, Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT). Termasuk penyakit lainnya seperti judi, minuman keras dan narkoba.
Ada hal yang perlu kita sikapi dengan komentar Wakil Gubernur Sumatera Barat ketika menghadiri hari Pangan Se Dunia, Selasa, 11 November 2018 lalu di Nagari Sungai Dua, Kabupaten Dharmas Raya.
Waktu itu, Wakil Gubernur Sumatera Barat berkomentar dengan menyebutkan data tentang dari tim konselor tentang penelitian dan perkembangan penyakit HIV. Kini, di Sumatera Barat, ada sekitar 19.000 orang yang mengalami prilaku sex menyimpang LGBT. Jujur angka ini, cukup memprihatinkan dengan nilai-nilai budaya Sumatera Barat yang berfilosofikan Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah.
Berdasarkan kajain, LGBT dan sek bebas menjadi penyebab utama, berkembangnya penyakit HIV yang sangat membunuh manusia. Bahkan, sampai belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Aids dan HIV. Jadi, jika sudah sudah terkena penyakit akibat sex bebas tersebut, hanya menunggu waktu kematian.
Kajian lain, LGBT, sek bebas, narkorba, judi adalah perbuatan yang sangat merugi dan amat dibenci Allah Subhanahu Wa Ta'alla. Dan LGBT itu dilarang karena merusak, Pertama tidak ada lagi keturunan umat manusia, kedua lahir generasi yang tidak bertanggung jawab tak berkepribadian, ketiga timbulnya penyakit Aids/HIV dan keempat akan menimbulkan azab Allah SWT amat dahsyat yang tak diduga-duga datangnya.
Kini, untuk kejayaan dan kebaikan masa depan generasi muda bangsa, serta nama baik Ranah Minang, mari kta nytakan sikap untuk berperang dengan sebaal bentuk kemaksiatan. Caranya, bentengi anak-anak dalam rumah tangga dan dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat dari bahasa sex bebas, narkoba dan judi.
Kemudian, tugas dan tangungjawab memerangi LGBT, sex bebas, narkoba dan judi harus menjadi program utama dalam membangun Ranah Minang yang kita cintai ini, berdasarkan Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah. Carinya, kita harus gencar mengkampanyekan No Sex, No Drag. Semoga. (Penulis wartawan tabloidbijak.com dan padangpos.com)