Piala Kapolda Sumbar dan Dayung Palinggam
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 08 Oktober 2018 13:30:30 WIB
BAGI masyarakat Kota Padang, lirik lagu Dayung Palinggam sudah tak asing lagi. Bahkan, lirik lagu Dayung Palinggam ini punya makna yang penuh arti bagi masyarakat yang tinggal atau berdomisili di sepanjang sungai Batang Arau. Kenapa? Karena perlombaan dayung bagi masyarakat Palinggam sudah merupakan kegaiatan tahunan mereka.
Khusus masalah lagu Dayung Palinggam, punya makna tersendiri bagi masyarakat Palinggam, Kenapa? Karena lirik lagu Dayuang Palinggam merupakan nasehat bagi orang-orang yang pergi merantau. Bahkan, dalam syair lagu Dayung Palinggam ini ada pesan;"Dimana bumi diinjak di situ langit dijunjung". Artinya dalam lirik lagu Dayung Palinggam tersebut, para perantauan di negeri orang sangatlah wajib berperilaku baik, sopan, dan santun terhadap semua orang. Jangan berbuat kesalahan baik dalam berkata dan berperilaku demi kebaikan diri sendiri di perantauan.
Kemudian, Nazar Tanjung salah seorang ninik mamak di Palinggam mengatakan, kalau tradisi lomba Dayung Palinggam sudah ada sejak 1940-an lalu dan tapi sayangnya hanya bertahan hingga 2008.
Sedangkan sejarahnya Dayung Palinggam konon khabarnya berasal dari kebiasaan anak muda Palinggam yang berlomba-lomba saat mendayung sampan saat mencari pasir untuk membangun rumahnya.
Bertitik tolak dengan kebiasaan itu, munculah gagasan untuk melaksanakan kejuaraan loma perahu. Ternyata ide dan gagasan anak remaja tersebut terealisasi, karena lomba perahu benar-benar dilombakan.
Semula, lomba dayung hanya hanya empat orang. Berlahan tradisi itu berkembang dan pendayung bertambah menjadi enam dan terakhir menjadi 12 orang pendayung.
Diakui, lomba Dayung Palinggam beberapa waktu terakhir, telah meredup. Pelaksanaannya tidak lagi semeriah pada dekade 70 hingga 90-an. Bahkan, pada 2002, pamor tradisi itu berangsur mulai dikalahkan oleh iven perahu naga(dragon boat), yang kemudian dikenal hingga dunia internasional. Padahal, dragon boat itu terinspirasi dari dayung Palinggam juga. Bahkan, pada pelaksanaan pertama kali dragon boat itu dilaksanakan di Batang Arau, tempat dayung palinggam biasa digelar.
Selanjutnya dragon boat pelaksanaannya dialihkan ke banjir kanal di kawasan GOR Agus Salim Padang, maka dragon boat makin dikenal oleh masyarakat, tidak saja di Sumbar tetapi hingga dunia internasional.
Sementara dayung Palinggam makin terlupakan, bahkan setelah 2008, dayung Palinggam tidak pernah lagi digelar. Salah satunya karena aliran sungai yang semakin dangkal.
Tapi kini muncul gagasan untuk menghidupkan kembali tradisi lomba Dayung Palinggam tersebut dan konon sudah terbentuk panitia pelaksana. Konon kabarnya, Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Fahkrizal yang merupakan rang sumando bagi masyarakat Palingam, yang punya hasrat dan keinginan untuk mengebrak dan sekaligus menghidupakan lagi tradisi masyarakat Palinggam tersebut.
Caranya, dengan melaksanakan kejuaraan dayung dengan nama Lomba Dayung Palinggam memperebutkan Piala Kapolda, serta hadiah jutaan rupiah. Bahkan, panitia kejuaraan tersebut telah dibentuk dan pelaksanaannya semula direncanakan, minggu akhir Desember 2018, ditunda Februari, 2019 mendatang.
Adapun alasan penundaan ada kaitannya dengan mendangkalnya Batang Arau dan Kapolda Sumbar ingin, sungai Batang Arau dikeruk lagi, sehinggga suasana perlombaan jadi kian meriah. Semoga saja semangat masyarakat Palinggam dan masyarakat yang berdomisili di sepanjang Batang Arau bisa terealisasi dengan kejuaran Dayung Palinggam Memperebutkan Piala Kapolda. Semoga. (Penulis Wartawan tabloidbijak dan padangpos.com)