Memahami Tajuk Rencana Media Massa
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 08 Oktober 2018 13:29:00 WIB
SETIAP media cetak yang terbit setiap hari, selalu ada tajuk rencana atau yang dikenal juga dengan sebutan editorial. Secara tioritis, tajuk rencana atau editorial merupakan opini dari media yang bersangkutan. Biasanya, tajuk rencana ditulis oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana atau redaktur bidang, sesuai dengan struktur dari jajaran redaksi media yang bersangkutan.
Sebagai sebuah tulisan, tajuk rencana berisi pendapat dan pandangan sebuah media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang lagi berkembang ditengah masyarakat.
Kemudian, tajuk rencana tersebut bisa dikatakan pendapat atau sikap resmi dari media cetak terhadap persoalan yang sedang jadi kosumsi berita dihalam satunya. Bahkan, bisa juga diasumsikan tajuk rencana mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
Sebagai sebuah tulisan, tajuk rencana mempunyai sifat dan ciri khas, karena tulisan tersebut menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya.
Kemudian, tajuk rencana memiliki karakter atau konsistensi yang teratur kepada para pembacanya terkait sikap dari medianya terhadap masalah yang dibahas dan kupasnya, serta memberikan solusi, bagaimana pembaca ikut menilai dan mempersoalkan masalah yang jadi topik dari medianya.
Kata lainnya, tajuk rencana ada kaitannya dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kenapa? Karena setiap media sudah barang tentu mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
Khusus tulisan berbentuk tajuk rencana, tidak dicatumkan siapa penulisnya, seperti tulisan feture. Tulisan tajuk hanya diberikan kode dengan tanda bintang. Kalau bintangnya tiga berarti ditulis oleh pemimpin radaksi, bintang dua oleh radaktur pelaksana dan bintang satu oleh redaktur bidang.
Tajuk rencana yang idealnya, merupakan pekerjaan penulis yang merangkum pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi, sebelum membuat tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan.
Dari hasil dialog akan muncul berbagai pokok- pokok pikiran para redaktur dengan pemimpin redaksi atau yang diwakili oleh redaktur pelaksananya. Dari dialog para redaktur tersebut akan muncul berbagai pendapat terhadap masalah yang akan dijadikan tulisan berbentuk tajuk rencana tersebut.
Bagi media yang terbit harian, biasanya ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas.
Tajuk rencana sebuah media cetak, bisa juga dikatakan karakter dan kepribadian pers terhadap masalah yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Bahkan, tajuk rencana bisa dikatakan cerminan dari media tersebut.
Bagi media besar seperti Harian Kompas, Media Indonesia dan Harian Republika, tajuk rencana yang mereka sajikan selalu menunjukan kualitas medianya. Biasanya, media yang sudah punya nama tersebut selalu menulis tajuk rencana dengan sikap hati-hati, normatif, cendrung koservatif, serta selalu punya pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis.
Sedangkan bagi media degan pembaca menengah ke bawah, penulisan tajuk rencananya punya ciri seperti, lebih berani, atraktif, progresif, dan lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis.
Perbedaan yang cukup tajam ini karena perusahaan pers papan atas biasanya memiliki kepentingan yang jauh lebih kompleks daripada pers menengah ke bawah. Kepentingan yang sifatnya jauh lebih kompleks itulah yang mendorong pers papan atas untuk lebih akomodatif dan konservatif, baik itu dalam kebijakan pemberitaan, serta pernyataan pendapat dan sikap resmi dalam tajuk rencana yang dibuatnya.
Jadi, itulah konsekuensi logis pers modern sebagai industri padat modal sekaligus padat karya. Kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh pers baik papan atas maupun papan bawah ini juga berlaku universal hampir di semua negara, yang memiliki latar belakang ideology serta kepentingan yang berbeda-beda. (Penulis Yal Aziz wartawan tabloidbijak dan dari berbagai sumber).