LEGENDARIS SEGITIGA CINTA

LEGENDARIS SEGITIGA CINTA

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 24 Oktober 2018 21:46:45 WIB


LEGENDARIS SEGITIGA CINTA

Jatuh cinta...berjuta rasanya...ini adalah petikan lagu legendaris Titik Puspa. Anda pernah mendengarnya? Juga mengalaminya? Lumrah , siapapun punya pengalaman pribadi yang bisa juga melegenda dan tak terlupa walau dimakan usia renta.

Ingin agar kisah Anda dengan suami/istri seromantis legenda Romeo dan Juliet? Bagus saja sih, hanya harus diingat: Cinta Romeo dan Juliet itu rapuh. Kenapa? Karena mereka hanya saling bersandar satu sama lain. Romeo dan Juliet terlalu fokus pada diri mereka sendiri, sehingga ketika yang satu mati, yang lain pun ikut menuju kematian. Padahal cinta keluarga mereka masih ada.

  Mungkin Anda juga ingin agar hubungan Anda dengan suami/istri begitu menghanyutkan layaknya kisah “Laila Majnun”? Boleh saja sih, kisah cinta Qais pada Laila memang membawa hanyut perasaan alias bikin baper berat. Bayangkan, sampai Qais berkata, “Setitik debu di terompah yang dipakai Laila lebih aku sukai daripada dunia dan seluruh isinya!” Apa ada istri yang tidak senang bila suaminya bersikap seperti itu padanya?

Tetapi ternyata cinta mereka juga tidak kokoh. Kok bisa? Sebab mereka juga tidak berbagi dukungan pada pihak yang lain. Qais hanya bersandar penuh pada Laila, itulah sebabnya saat cintanya terhambat, jiwanya terhuyung-huyung karena tempat bersandarnya hilang. Maka Qais pun dijuluki orang “Laila Majnun” (Tergila-gila pada Laila).

Cinta indah dan romantis yang ditunjukkan novel-novel klasik atau drama-drama serta film adalah cinta yang semu. Kenapa ya begitu? Karena cinta indah dan romantis versi mereka bersandar pada bentuk fisik yang sempurna.

Apa ada tokoh dalam drama Korea yang fisiknya di bawah standar? Tentu tidak ada. Dalam novel karya Shakespeare, gambaran Romeo dan Juliet pun dimulai dari bayangan fisik mereka sebagai remaja yang sempurna.

Karena kebanyakan kita dianugerahi fisik yang standar-standar saja, tentu tak mungkin mengejar keromantisan seindah yang ada di novel atau layar drama. Inilah yang menipu anak-anak alay. Mereka mengejar standar keindahan yang tinggi tanpa mengukur diri. Jadinya bila cintanya dirasa mentok, ekspresi putus asanya pun jadi lebay banget. Cermin mana cermin?

Jadi cinta yang dianggap romantis oleh kebanyakan kita punya 2 kelemahan: sandarannya rapuh dan standarnya tidak terjangkau. Jadi bagaimana ya cara memiliki cinta yang kokoh tetapi juga romantis secara nyata, bukan semu?

Jawabannya: libatkan pihak ketiga.Tentu bukan Cinta Segitiga! Yang dimaksud adalah Segitiga Cinta.

Cinta yang kokoh tidak bisa hanya dimiliki antara suami dan istri berdua saja. Ibarat menara besi, ia tidak akan kokoh dan tinggi bila hanya memiliki 2 kaki. Menara besi akan lebih kokoh bila mempunyai 3 kaki. Jadi, cinta sejati yang kokoh itu harus berbentuk segitiga. Siapa pihak ketiga yang harus dilibatkan? Jawabannya akan membuat hati orang beriman bergetar tapi diremehkan orang yang tak dalam imannya. Pihak ketiga yang harus dilibatkan adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bila hujan lebat datang menimpa cinta sepasang suami istri, Allah lah yang menjadi payungnya. Bila ombak besar datang menghempas cinta suami dan istri gelombang demi gelombang, Allah lah yang menjadi pelabuhan pelindungnya. Bila cinta suami dan istri mulai kabur karena banyaknya air mata kesedihan, Allah yang mencerahkannya lagi, seperti bulan purnama yang muncul berkilau selepas awan berlalu.

Bila Setan mulai menguasai mata seorang suami dengan berkata, “Lihat istrimu, ia sudah tak secantik dulu. Perutnya sudah tak lagi langsing, kulitnya mulai keriput dan rambutnya memutih,” Allah lah yang akan membuat sang suami merespon balik, “Benar begitu, tetapi tahukah engkau kemana semua kecantikannya dulu pergi? Semuanya telah masuk ke dalam hatiku dan menetap selamanya. Beserta semua kecantikan dan kemudaannya dulu lah ia menemaniku berjuang meraih impian kami. Kerasnya perjuangan membuatnya lelah dan kecantikannya memudar. Tetapi senyum dan mata indahnya dulu tetap mekar di hatiku tak lekang oleh waktu. Bila kini ia telah lemah dan terkuras, yang terasa di hatiku adalah rasa kasih dan sayang yang bertambah besar padanya.”

Saat Setan mulai menggoda hati seorang istri dengan berkata, “Menyesal lah engkau telah memilih dia. Waktu mudamu habis dan kecantikanmu pudar hanya demi seorang laki-laki yang tak mampu menyenangkan hatimu dengan harta dan perhiasan walau sekadarnya,” Allah lah yang akan membuat istri balas membisik, “Aku memang menyesal telah bersamanya begitu singkat. Betapa inginnya aku menemaninya berjuang selamanya. Keringat dan debu di dahinya yang kubersihkan setiap kali ia tiba di rumah kami yang sederhana adalah harta dan perhiasan terbesarku dalam hidup ini. Tak ada kebahagiaan yang lebih besar bagiku selain membiarkan wajahnya yang kelelahan terlelap di pangkuanku sambil tersenyum ridha padaku.”

Bila Allah yang menjadi tempat bersandar dan menjadi standar cinta kita pada suami/istri, romantisme dan keindahan cinta menjadi mudah dan terjangkau. Tidak selalu kisah Romeo-Juliet, Qais-Laila dan tokoh-tokoh drama Korea yang romantis.

Tetapi kisah seorang nenek yang menyambut tubuh renta suaminya di sore hari sepulang menarik becak. Memberinya handuk lusuh untuk membersihkan diri, menyuguhkan sepiring nasi dibubuhi garam hasil belanja hemat sepagian, juga sesungguhnya adalah kisah cinta yang sangat indah dan romantis.

Jadi ,libatkan Allah dalam cinta Anda kepada pasangan. Maka bila dituliskan, kisah cinta Anda akan seindah dan seromantis kisah-kisah cinta paling legendaris di dunia.Wallahu a’lam bishowab.