OLAHRAGA DAN TIGA ORANG GILA

Artikel () 12 September 2013 06:57:18 WIB


PADANG Bicara olahraga ,tujuan akhirnya pasti prestasi, olahraga cabang apapun tanpa prestasi seperti sayur tanpa garam, tidak ada rasa, hambar untuk diperbincangkan, bila olahraga segudang prestasinya, dari kota sampai desa dan dari orang tua sampai anak-anak, akan terus menjadikannya topik pembicaraan, ibarat sayur tadi ‘’ taraso garamnyo ’’ dengan kata lain masyarakat akan bangga apa bila prestasi olahraga daerahnya bagus .

Sedangkan Bicara tentang orang gila, pasti pikiran kita akan merespon kearah yang negatif, apalagi membicarakan tiga orang gila ,akan jadi apakah kegaduhan yang timbul nantinya, satu orang gila saja sudah bisa membuat orang kelimpungan dan sibuk mengatasinya, apa lagi tiga orang gila bergabung, butuh berapa orang untuk mengawasinya, pertanyaan seperti ini pasti akan muncul dalam pikiran kita.

Lalu adakah hubungan Olahraga dan tiga orang gila? secara hirarki jelas sangat berjauhan. Dunia olahraga sport sportif, jujur dan fair play. Paling tidak itulah slogan yang diusung setiap kali game diseantero Dunia. Sebuah permainan yang menuntut kejujuran dan sportifitas nyata. sementara dunia orang gila adalah dunia orang yang kurang normal, dunia tanpa aturan .

Tetapi apa bila kita berpikir secara positif, olahraga memang membutuhkan tiga orang gila tadi, untuk meraih prestasi yang tinggi, namun apabila satu saja dari tiga orang gila tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan yang secara otomatis akan sulit menggapai prestasi tersebut. Masih ingat dipikiran saya, kata-kata almarhum da’i kondang kita, Zainudin. MZ pada satu ceramahnya menyampaikan ‘’ satu orang penakut tambah satu orang penakut akan menjadi dua orang pemberani’’ intinya apabila kita bersatu hasilnya akan menjadi maximal. Begitu juga dengan olahraga ‘’ satu orang gila tambah satu orang gila dan tambah satu orang gila lagi, maka akan menjadi tiga orang normal, tiga orang normal yang tangguh, yang akan saling mengisi satu sama lain dalam menggapai dan meraih prestasi yang tinggi .  

Adapun tiga oang gila yang dimaksud disini adalah, Pertama Atlet yang gila latihan, tiada hari tanpa latihan dan setiap materi latihan selalu dijalani dengan semangat. Kedua, pelatih yang gila melatih tanpa ada rasa jenuh untuk memberikan ilmu kepada atlet yang dilatihnya. Ketiga, pemerintah (penyandang dana) yang gila, yang selalu siap sedia memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Bisa kita bayangkan Atlet dan pelatih tanpa dukungan dari pemerintah ( penyandang dana ) akan menjadi apa nantinya. Memang uang bukan segala-galanya tetapi harus kita akui, segala-galanya butuh uang, makan butuh uang, beli minyak butuh uang dan lain-lainnya butuh uang, maka secara otomatis atlet dan pelatih tanpa dukungan pemerintah ( penyandang dana) tidak akan bisa meraih prestasi, begitu juga sebaliknya, artinya ketiga orang gila tadi tidak bisa di pisah satu sama yang lainnya, karena mereka merupakan satu mata rantai yang saling mengikat dan saling membutuhkan .

Memang olahraga bukan hitungan diatas Koran atau lembaran layar monitor computer, tetapi adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri olahraga memang membutuhkan tiga orang gila tadi untuk meraih prestasi. Rasanya sudah terlalu lama kita menunggu prestai tersebut, kita butuh obat untuk menyembuhkan penantian itu. Akankah muncul tiga orang gila ditengah-tengah kehidupan olahraga kita Sumatra Barat khususnya dan Indonesia umumnya, untuk mengobati kerinduan akan sebuah prestasi? Kita tunggu . ( Mulyadi )

Penulis adalah humas Dispora Sumbar