Hijrah dan Manajemen SDM 

Hijrah dan Manajemen SDM 

Artikel () 11 September 2018 22:19:10 WIB


Satu hal yang muncul dari momentum hijrah Nabi Muhammad Saw beserta seluruh kaum muslimin dari Mekah ke Madinah adalah pertanyaan tentang niat. Dalam sebuah kisah, ternyata ada salah seorang yang ikut hijrah bersama Nabi Saw karena ingin menikahi wanita yang dicintainya yang ternyata ikut hijrah ke Madinah. 

Hadis tentang niat ini kemudian menjadi hadis yang ditempatkan di awal kitab yang disusun oleh berbagai imam pada zamannya. Di antaranya oleh Imam Nawawi yang menyusun kumpulan 40 hadis maupun Imam Bukhari. . Rasulullah Saw bersabda yang artinya, “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan RasulNya maka hijrahnya untuk Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.”. (HR. Bukhari Muslim). 

Jika kita ambil kalimat pertama dalam hadis tersebut yaitu, “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan”, maka ini merupakan dasar dari manajemen SDM. Karena dalam dunia kerja, cepat atau lambat seorang pegawai dalam perilaku kesehariannya di tempat kerja akan menunjukkan niat yang ia miliki. 

Sebagai contoh, seorang calon pegawai ketika diwawancara ia memberikan jawaban yang memuaskan calon atasannya. Tapi setelah ia diterima, awalnya memang mampu menyembunyikan perilaku buruknya. Namun lama kelamaan ia memperlihatkan karakter asli dirinya. Disangkanya kemampuan menipunya bisa mengelabui atasannya. Ternyata perilaku buruknyalah yang menuntun atasannya lambat laun mengetahui niat buruk bawahannya. 

Kesalahan demi kesalahan yang diperbuat sang bawahan awalnya dimaafkan karena terlihat seolah-olah menyesali perbuatannya dengan menyampaikan permohonan maaf. Tapi lama-kelamaan akhirnya hal itu tidak lain hanya tipuan belaka dari sang bawahan yang ternyata ingin meguasai kantor. Staf yang lain yang juga sudah tahu bahwa ada niat buruk yang dilakukan sang bawahan untuk menguasai kantor untuk sementara tidak melaporkan kepada sang atasan. Tapi pada suatu titik, sang atasan dan staf yang lain salin bercerita tentang bagaimana usaha yang dilakukan sang bawahan agar bisa menguasai kantor dengan cara-cara buruk dan kasar. Dan akhirnya sang bawahan tiba-tiba dari arah yang tidak disangka-sangka datangnya berhenti dari kantor tersebut. Usahanya gagal. 

Dari contoh di atas, bisa dibuktikan kebenaran hadis yang berbicara tentang niat. Bahwa perilaku orang akan memperlihatkan apa yang ia niatkan. Jika hal ini disadari oleh mereka yang berada di jajaran pimpinan, maupun yang memiliki anak buah, bisa menjadikan hadis tentang niat tersebut untuk mengetahui niat dari para bawahan atau anak buahnya. Caranya, dengan mengamati terus menerus dan mencatat berbagai perilaku aneh, menyimpang atau negative lainnya. Dan bisa dilakukan sendiri atau mengorek informasi dari pihak ketiga. 

Hal tersebut akan sangat membantu pimpinan meningkatkan kinerjanya dan mencapai tujuan atau visi dan misi perusahaan atau organisasi. Maka tak salah jika ada Imam besar pada zamannya yang menempatkan hadis tentang niat yang muncul ketika terjadi persitiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Madinah. (efs) 

ilustrasi: freefoto.com