Tauladan Ikhlas dari Siti Hajar

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 31 Agustus 2018 19:45:11 WIB


TAULADAN IKHLAS DARI SITI HAJAR

Hari Raya Idul Adha, baru saja kita rayakan.Dan masih di Bulan Zulhijjah ini, kita perlu merenungi bahwa banyak hikmah dan pelajaran dari perikehidupan Nabi Ibrahim AS sekeluarga. Khususnya yang dialami oleh istri keduanya, yaitu Siti Hajar. Sungguh ujian kesabaran yang sangat tinggi, telah dilampaui serta menjadi tauladan bagi kita. Dalam pikiran Siti Hajar, seketika Nabi Ibrahim membawanya ke suatu Negeri yang gersang, timbul keheranan. Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail anaknya yang masih kecil di padang pasir yang tak bertuan ? Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberinya putra. Siti Hajar mengejar Nabi Ibrahim AS, suaminya, dan berteriak :"Mengapa engkau tega meninggalkan kami disini, bagaimana kami bisa bertahan hidup..? Tetapi Nabi Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian pada Yang Maha Kuasa dan pembiaran. Sementara, Siti Hajar masih terus mengejar sambil terus menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit. "Wahai suamiku, ayahanda Ismail, Apakah ini Perintah Tuhanmu ?" Kali ini Nabi Ibrahim AS, Sang Khalilulloh, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Nabi Ibrahim AS. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Siti Hajar membuat semuanya terkesiap. Nabi Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata : "Iya, ini perintah Tuhanku !" Siti Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam.Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua Malaikat, serta menggusarkan butir pasir dan angin. "Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah wahai suamiku. Tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, Allah akan menjaga kami." Nabi Ibrahim AS pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. Ini sebuah Pengabdian, atas nama Perintah Allah, bukan pembiaran. Peristiwa Siti Hajar dan Nabi Ibrahim AS adalah sebuah ROMANTISME KEBERKAHAN... *Itulah IKHLAS...* *IKHLAS adalah wujud sebuah Keyakinan Mutlak, pada Sang Maha Mutlak.* *Ikhlas adalah Kepasrahan, bukan mengalah apalagi menyerah kalah. *Ikhlas itu adalah ketika engkau sanggup utk berlari, mampu utk melawan dan kuat utk mengejar, namun.. engkau memilih utk patuh dan tunduk. *Ikhlas adalah sebuah kekuatan utk menundukkan diri sendiri, dan semua yang engkau cintai. *Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. *Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir. *Ikhlas tak pernah berhitung,tak pernah pula menepuk dada. *Ikhlas itu Tangga menuju-Nya. *Mendengar Perintah-Nya, dan Mentaati-Nya. *IIKHLAS adalah IKHLAS itu sendiri. Murni tanpa embel-embel kepamrihan apapun. Suci bersih 100 persen, hanya karenaNya dan mengikuti KehendakNya, tidak yang lain..!!!* Belum cukupkah Kita memahami apa itu ikhlas dari perginya Nabi Ibrahim dan diamnya Siti Hajar..? Marilah kita.. Sudah saatnya kita tertunduk pasrah bersama malaikat, butir pasir dan angin.. Wallahu a'lam.. Semoga kita menjadi lebih baik dan bermanfaat, penuh keikhlasan hanya berharap ridho Allah... *Robbana Taqobbal Minna* Ya Allah terimalah dari kami amalan kami.Aamiin Ya Rabbal'alamiin