MENGISI KEMERDEKAAN DENGAN NILAI-NILAI QURBAN
Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 30 Agustus 2018 09:09:14 WIB
Datangnya bulan Agustus pada setiap tahun diajadikan momentum untuk mengingat kembali peristiwa yang amat penting, yaitu hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itu, Ir.Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan.
Peristiwa itu dikenang oleh bangsa Indonesia secara mendalam, karena merupakan puncak dari serentetan perjuangan yang luar biasa, yang dilakukan oleh bangsa Indonesia selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Berbagai pengorbanan baik berupa jiwa, harta dan bahkan raga sekalipun diberikan untuk meraih kemerdekaan itu. Hingga sampai proklamasi dikumandangkan, sudah tidak terhitung lagi jumlah harta, jiwa dan raga yang harus dibayarkan.
Para pemimpin dan pejuang bangsa ini merebut status kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan kemudian juga Jepang untuk meraih cita-citanya, yaitu menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Mereka telah menyadari, betapa berat penderitaan yang dirasakan oleh rakyat dengan status terjajah. Kekayaan ekonominya dirampas, harkat dan martabatnya ditindas, dan tidak diperlakukan sebagai layaknya manusia yang memiliki hak-hak kehidupan.
Atas dasar kenyataan itu maka kemerdekaan dirasakan sebagai kekayaan yang tidak ada taranya. Demikian pula peristiwa itu dipandang sebagai hasil perjuangan dan pengorbanan dari semua pihak, yang kemudian mendapatkan karunia Tuhan yang luar biasa besarnya. Juga selalu dikenang dan diperingati dengan berbagai bentuk dan caranya sendiri sebagai ungkapan rasa syukur yang mendalam.
Setidaknya ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan tatkala sedang memperingati hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Ketiga hal tersebut harus dijadikan sebagai sumber kekuatan dan sekaligus pedoman dalam upaya meraih cita-cita proklamasi bangsa Indonesia ini.
Pertama, bahwa peringatan hari kemerdekaan RI harus mampu mengingatkan kembali nama-nama besar para pemimpin dan pejuang itu. Mereka telah memberikan apa saja yang dimiliki, baik pikiran, harta, dan bahkan nyawanya sekalipun. Selain itu, yang juga harus berhasil diingat kembali adalah gerakan rakyat dalam membela dan mendukung para pemimpinnya itu. Semua menyatu dan tergabung dalam tekad bersama, yaitu untuk merdeka.
Nama-nama besar seperti Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Patimura, Bung Tomo, dan lain-lain yang tidak mungkin disebutkan satu demi satu, perlu dikenang semangat dan tekadnya untuk membela bangsanya. Demikian pula, gerakan selanjutnya berupa berbagai diplomasi lewat organisasi sosial, politik, maupun keagamaan hingga muncul nama-nama seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir dan lain-lain, semua itu bertekad membela dan menyelamatkan bangsanya yang sedang menderita karena dijajah.
Kedua, para pejuang tersebut juga telah berhasil mewariskan konsep, prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang seharusnya dijadikan pegangan dalam membangun bangsa dan negara yang diinginkan itu. Bahwa negara Indonesia adalah berbentuk kesatuan, dengan semboyan bhineka tunggal ika. Para pejuang tersebut telah menyadari bahwa keadaan rakyat Indonesia adalah terdiri atas berbagai suku, golongan, bahasa daerah, adat istiadat dan agama yang berbeda-beda. Namun, mereka tetap satu, ialah bangsa Indonesia.
Konsep dan prinsip tersebut telah dirumuskan dan disepakati hingga menjadi dasar negara, yaitu berupa UUD 1945 dan Pancasila. Melalui konsep ini maka bangsa Indonesia yang menempati wilayah yang demikian luas, terdiri atas berbagai pulau besar maupun kecil dan lautan yang luas, dari Sabang hingga Merauke, berhasil dipersatukan. Mereka terhimpun dalam gerakan perjuangan itu. Itulah komitmen mereka tatkala awal membangun bangsa dan negara ini.
Ketiga, bahwa hal yang tidak kalah pentingnya lagi, sesuatu yang harus diwarisi oleh generasi pelanjut adalah nilai-nilai perjuangan para pejuang kemerdekaan itu. Di antaranya adalah, bahwa perjuangan harus dilakukan secara total atau sepenuhnya. Setiap perjuangan harus disempurnakan dengan kerelaan berkorban. Para pejuang terdahulu telah memberikan pikiran, tenaga, dan bahkan nyawanya sekalipun secara ikhlas. Itulah perjuangan secara total. Selain itu yang penting untuk dicatat, bahwa para pemimpin bangsa ini telah membangun jiwa besar. Mereka selalu mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar, unggul dan bermartabat, yaitu sama dengan bangsa-bangsa besar lain di dunia. Ir.Soekarno selalu mengemukakan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa tempe, dan sebaliknya adalah bangsa besar yang mampu berdikari dan tidak mau tergantung pada bangsa lain di muka bumi ini.
Bulan Agustus tahun 2018 ini menjadi istimewa, karena Hari Kemerdekaan RI berbarengan dengan Hari Raya Idul Adha 1439 H.Idul Adha merupakan momentum yang sangat tepat untuk menghidupkan kembali jiwa pengorbanan dan kepahlawanan dalam diri setiap ummat Muslim.Karena bagi yang mampu diharapkan dapat berkurban dengan seekor sapi atau kambing.Nilai-nilai Qurban ini seiring sejalan dengan nilai positif mengisi kemerdekaan. Dengan berqurban, jiwa kita dididik untuk ikut berempati akan kesusahan orang lain,berbagi dengan sesama. Rasa nasionalisme dan patriotisme pun tumbuh sejalan dengan nilai-nilai qurban.
Sayangnya, saat ini kian banyak generasi muda kita yang memudar nasionalisme dan patriotismenya. Banyak kaum muda yang lebih bangga jika memakai produk luar negeri, bangga dengan budaya, tokoh dan panutan dari luar negeri yang acap kali tidak sesuai dengan nilai luhur budaya dan agama kita. Karena itu, orang tua selaku ujung tombak panutan dalam keluarga, penting untuk membimbing anak-anaknya, sehingga rasa kebangsaaan dan nasionalisme dapat ditumbuhkan ditengah keluarga.
Ada beberapa penyebab memudarnya nasionalisme dan patriotisme dikalangan anak- anak kita . Dari Faktor Internal, yaitu :
- Sikap keluarga dan lingkungan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme, sehingga para anak meniru sikap tersebut. Anak-anak merupakan peniru yang baik terhadap lingkungan sekitarnya.
- Demokratisasi yang melewati batas etika dan sopan santun dan maraknya unjuk rasa, telah menimbulkan frustasi di kalangan anak dan hilangnya optimisme, sehingga yang ada hanya sifat malas, egois dan emosional.
- Tertinggalnya Indonesia dari Negara-negara lain dalam beberapa aspek kehidupan, membuat para pemuda tidak bangga lagi menjadi bangsa Indonesia.
- Timbulnya egosentrisme yang menganggap sukunya lebih baik dari suku-suku lainnya, membuat anak lebih mengagungkan daerah atau sukunya daripada persatuan bangsa.
Dari Faktor Eksternal, yaitu :
- Cepatnya arus globalisasi yang berimbas pada moral pemuda. mereka lebih memilih kebudayaan negara lain, dibandingkan dengan kebudayaanya sendiri, sebagai contohnya para pemuda lebih memilih memakai pakaian minim yang mencerminkan budaya barat dibandingkan memakai batik atau baju yang sopan yang mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Para pemuda kini dikuasai oleh narkoba dan minuman keras, sehingga sangat merusak martabat bangsa Indonesia
- Paham liberalisme yang dianut oleh negara-negara barat yang memberikan dampak pada kehidupan anak bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme,seperti sikap individualisme yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh pada pemerintahan.
Karena itu perlu ada upaya kita untuk menumbuhkan kembali rasa nasionalisme yang sudah pudar ini, terutama pada anak-anak kita, yaitu :
1].Tetap Melaksanakan Upacara Bendera secara rutin di Sekolah. Rasa Cinta Tanah Air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini dengan upacara sederhana setiap hari Senin yang di lakukan di sekolah dengan menghormat bendera Merah Putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan penuh bangga, dan mengucapkan Pancasila dengan semangat. Kegiatan seperti ini bisa diarahkan pada aspek sikap perilaku, melalui cerita bisa menghargai dan mencintai Bendera Merah Putih, mengenal cara mencintai Bendera Merah Putih dengan merawat dan menyimpan dengan baik, menghormati bendera ketika dikibarkan.
2].Melatih Siswa Untuk Aktif Dalam Berorganisasi. Anak yang melibatkan dirinya dalam organisasi, akan berusaha menjadi pribadi yang berguna. Inilah sebabnya, anak menjadi pribadi yang berinisiatif tinggi karena ia merasa diperlukan oleh organisasinya. Anak yang berorganisasi juga cenderung lebih obyektif dalam menilai sesuatu. Ia terbiasa dengan perbedaan dan lebih mudah menerimanya. Anak juga lebih mudah menerima konflik yang biasa terjadi dalam organisasi.
- Melalui Acara Memperingati Hari Besar Nasional. Dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan menunjukkan miniatur candi dan menceritakannya, gambar rumah dan pakaian adat, mengenakan pakaian adat pada hari Kartini, serta mengunjungi museum terdekat, mengenal para pahlawan melalui bercerita atau bermain peran.
- Melalui Lagu-Lagu Nasional.Dengan menyanyi apalagi jika diiringi dengan musik, anak akan merasa senang, gembira, serta lebih mudah hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan guru. Jika lagu wajib nasional dianggap masih terlalu sulit untuk anak, maka guru bisa menciptakan lagu sendiri yang sesuai untuk anak usia dini.
Guru diberikan kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya di sekolah termasuk dalam menciptakan lagu. Lagu untuk anak usia dini biasanya dengan kalimat yang sederhana, mudah diucapkan, mudah dipahami dan dihafalkan. Lagu sebaiknya yang bernada riang gembira, karena hal ini akan merangsang perkembangan otak anak, anak terbiasa untuk selalu riang dalam bekerja, cepat dalam menghadapi dan memutuskan masalah, tidak cepat putus asa. - Memberikan Pendidikan Moral. Membentuk moral anak bisa dilakukan lewat story telling (dongeng). Kegiatan membaca dongeng dan berdiskusi antara guru dan anak, ini dapat dilakukan di sekolah maupun di rumah.Anak tentu saja menjadi anugerah terindah bagi setiap orangtua. Namun, ketika sang buah hati beranjak remaja atau dewasa, bisa jadi anak yang telah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, mnjadi anak yang tidak mengerti nilai moral dalam kehidupan.
- Memberikan pelajaran tentang pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan.
Pancasila adalah jati diri bangsa indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa indonesia yang majemuk.
Demikianlah, semoga di HUT RI ke-73 Tahun ini,Bangsa Indonesia semakin jaya dan generasi mudanya dapat mengisi kemerdekaan dengan karya yang bermanfaat dan membanggakan...Merdeka!