Wakil Rakyat Harus Merakyat

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 18 Juli 2018 10:19:28 WIB


Penyanyi yang sekaligus pencipta lagu Iwan Fals, termasuk legendaris artis musik nasional yang disenangi dan dikagumi masyarakat penggemar musik pop. Bahkan sampai sekarang sosok Iwan Fals masih saja dikagumi dan disenangi penggemarnya.
Dari sekian banyak lagu yang dilantunkan Iwan Fals tersebut, maka lagu Surat Buat  Wakil Rakyat, termasuk lagu yang populer. Bahkan lagu yang dilantunkannya, 1987 tersebut berada diurutan kedua dari sepuluh tangga lagu secara nasional waktu itu.  

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"

Jika kita renungkan makna dari lagu Iwan Fals baik terkahir ini, sunguh lagu yang punya makna yang dalam dan bahkan bisa menghentak sukma. Kenapa? Karena kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hingga kini masih dianggap buruk. Bahkan, sampai sekarang  penilaian anggota  DPR tersebut masih negatif, seperti ada yang menilai lembaga DPR tersebut terkorup masalah  anggaran, praktek jual-beli produk legislasi, sehingga sudah banyak anggota DPR tersebut ditangkap KPK. 

Dari fakta yang ada sekarang, memang, kita tidak bisa berharap banyak terhadap kinerja para anggota dewan yang terhormat tersebut. Untuk itu wajar saja jika ada suara miring yang menilai anggota DPR tersebut, sekelompok politisi yang sedang berlomba-lomba untuk menjadi anggota DPR dengan kepentingan ekonomi alias mencari nafkah. Para caleg ini menyadari, bahwa posisi sebagai anggota DPR bisa menjadi mesin untuk mendatangkan uang.

Penilaian negatif kepada wakil rakyat tersebut, kian diperburuk dengan sistem kepartaian kita. Kenapa? Karena  bagi mayoritas rakyat, parpol bukan lagi sebagai alat perjuangan politik untuk memperjuangkan kepentingan umum. Namun, sebaliknya, parpol dianggap hanya sarana untuk bagi segelintir elit untuk mencapai tujuan politiknya.

Persoalan buruknya penilaian ini, akibat dari tak selektifnya sistem rekrukmen calon anggota DPR tersebut. Memang secara fakta terlihat parpol sengaja membuka pendaftaran caleg itu secara terbuka. Namun, bukan rahasia lagi, bahwa mereka yang akan diusung sebagai caleg haruslah punya modal besar untuk disetor ke partai bersangkutan dan untuk mendanai kampanyenya sendiri.

Secara fakta juga memang, proses menjaring anggota dewan tersebut, bisa dikatakan tak ubahnya seperti proses lelang. Maksudnya, siapa yang sanggup membayar paling mahal, atau mendatangkan manfaat besar bagi partai bersangkutan, si caleg itulah yang diusung sebagai caleg. Akibatnya, kalaupun ada caleg yang punya kepintaran berpolitik, punya integritas, dan militansi, tetapi jika tidak punya modal besar atau popularitas, jangan harap bisa mengantongi tiket sebagai caleg dari partai besar.

Ini berpengaruh pada kualitas caleg yang turut dalam kontestasi pemilu. Sebagian besar diantara mereka sangat minim pengetahuan politik, tidak militan, tidak punya agenda politik yang jelas, dan tidak punya rekam jejak dalam perjuangan politik. Sudah begitu, supaya bisa meraup suara, caleg-caleg itu lebih mengandalkan politik uang, menyogok penyelenggara pemilu, beriklan sebanyak-banyak agar populer, dan bagi-bagi sembako.

Juga, hampir semua parpol berlomba-lomba merekrut artis sebagai caleg. Mereka berharap, popularitas artis-artis itu bisa mendongkrak perolehan suara partai. Mereka tidak pusing, apakah artis tersebut benar-benar melek politik atau tidak.

Jadi, kalau kita berbicara kualitas caleg saat ini, bisa dikatakan kurang berkualitas dan boleh dikatakan juga sedikit diantara mereka yang benar-benar memahami persoalan bangsa. Bahkan tak jarang terjadi, ketika mereka berbicara ke publik, pernyaan mereka tak berbobot, tidak sensitif gender, tidak menghargai demokrasi, dan tidak nyambung dengan kehendak rakyat.

Selain itu, karena tidak punya agenda politik yang jelas, maka anggota DPR itu bisa dikatakan sekelompok politisi kacangan yang hanya memperjuangkan kepentingan pribadi atau partai masing-masing. (Penulis waratwan tabloidbijak.com)