Belajar dari Banjir Jepang

Belajar dari Banjir Jepang

Artikel () 29 Juli 2018 13:07:42 WIB


Banjir bandang dan longsor yang terjadi di bagian barat Jepang telah menyebabkan sedikitnya 176 orang tewas. Perdana Menteri Jepang turut menunda kepergiannya ke Eropa untuk melihat lokasi, mengunjungi penduduk yang selamat, dan memantau bantuan yang dikirim. Seperti yang diberitakan oleh Koran Tempo, ini merupakan bencana terburuk setelah tsunami di Fukushima 2011 lalu. 

Setelah hujan berhenti, ternyata cuaca panas muncul. Ini menyebabkan banyak warga mengungsi untuk menghindari heatstroke akibat pasokan air bersih dan listrik yang amat terbatas. Pada tahun sebelumnya, akibat banjir juga telah menyebabkan puluhan orang tewas. 

Meskipun Jepang merupakan wilayah yang rawan gempa dan tsunami, dan penduduknya sudah memiliki standard operating procedure (SOP) yang baik dalam menghadapi gempa dan tsunami, tapi untuk menghadapi banjir dan longsor perlu SOP sebaik menangani gempa dan tsunami. 

Banjir dan longsor yang terjadi di Jepang dengan intensitas yang membahayakan dikabarkan baru terjadi beberapa tahun belakangan ini, dan disebut para ahli akibat perubahan iklim global. 

Namun pemerintah Jepang sebenarnya tidak berdiam diri. Pemerintah setempat telah memberikan peringatan kepada penduduk untuk mengungsi. Dan ternyata diabaikan oleh penduduk. Karena selama ini peringatan yang sudah diberikan pemerintah, tidak terjadi banjir dan longsor yang membahayakan sepeti tahun ini. 

Belajar dari hal demikian, maka Sumbar yang juga merupakan wilayah yang sering terjadi gempa, banjir dan longsor, masyarakatnya perlu tetap waspada dan memperhatikan himbauan dan pemberitahuan dari pemerintah daerah maupun lembaga terkait. Terutama perihal evakuasi atau mengungsikan diri ketika cuaca sudah mulai terlihat makin membahayakan. 

Banjir dan longsor adalah kejadian yang masih bisa diprediksi datangnya. Yaitu ketika curah hujan semakin deras. Maka penduduk yang bermukim dekat sungai atau perbukitan harus segera menjauhi tempat tinggalnya. Berbeda dengan gempa yang tidak bisa diprediksi datangnya.     

Semoga dengan peristiwa yang terjadi di Jepang bulan Juli 2018, bisa menjadi pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat. Semoga kesadaran melindungi diri dan keluarga semakin tertanam dan semakin baik kualitasnya. Sehingga bisa meminimalkan risiko yang akan terjadi ketika banjir dan longsor terjadi. (efs) 

 

Referensi: Koran Tempo, 13 Juli 2018