Gerakan Tanpa Sedotan

Gerakan Tanpa Sedotan

Artikel () 29 Juni 2018 13:21:16 WIB


Baru-baru ini, di akhir Juni 2018, saya mampir ke sebuah gerai cepat saji di Kota Padang yang menjual ayam goreng. Setelah saya memesan makanan dan minuman lalu saya menuju tempat saus sambal dan sedotan. Karena sudah lama saya tidak ke temoat tersebut, saya belum tahu ada perubahan yang dilakukan di gerai tersebut. 

Saya cukup lama mencari sedotan. Ternyata memang sudah tidak disediakan. Tidak hanya itu, ternyata ada semacam gambar atau poster yang menerangkan bahwa gerai tersebut memulai gerakan tanpa sedotan. Konsumen diminta untuk mengerti bahwa penggunaan sedotan telah membawa dampak negatif bagi hewan air seperti ikan dan lainnya. 

Selama ini sampah-sampah yang berasal dari darat dan dibuang ke sungai kemudian mengalir hingga ke laut. Salah satunya adalah sampah sedotan. Dan ketika sudah sampai di laut sedotan ini sangat menganggu hewan-hewan laut yang ada. Tidak sedikit sedotan yang ditelah hewan hewan laut ini sehingga menimbulkan malapetaka bagi mereka. 

Oleh karena itu ketika melihat dan membaca penjelasan dari gambar yang ada, maka saya bisa memahami dan turut mendukung gerakan tanpa sedotan ini. Selama ini pun saya berusaha tidak menggunakan sedotan untuk menikmati minuman, kecuali sedotan itu sudah tersaji bersama minuman, karena jadi mubazir tidak digunakan. Kecuali jika sedotan tidak langsung dimasukkan ke minuman dan masih terpisah, maka saya berusaha tidak menggunakan sedotan. Bolah jadi lebih nikmat minum langsung dari gelas atau tempat minuman tersebut. 

Menurut saya, gerakan tanpa sedotan ini perlu didukung oleh banyak pihak. Karena sangat mendukung upaya penyelamatan lingkungan hidup. Baik lingkungan air maupun makhluk hidup di air. Gerakan yang dilakukan oleh gerai cepat saji ini sangat riil dan bisa dipraktikan oleh siapapun. Dan gerai cepat saji ini langsung mempraktikan dengan tidak menyediakan sedotan. 

Seringkali kita sebagai manusia yang seharusnya menjaga lingkungan justru yang berperan besar merusak lingkungan. Karena kita sering menonjolkan ego pribadi dan kurang mau berempati atau peduli dengan lingkungan. 

Kita patut bersyukur bahwa lingkungan hidup di Sumbar masih lebih baik dibanding provinsi lain. Memang pernah ada kejadian sampah menumpuk di pantai dan perairan dekat pantai Padang beberapa waktu lalu. Dan sempat menjadi berita di media cetak nasional. Namun hal ini sudah segera diatasi. Dan hingga kini kebersihan lingkungan, terutama perairan masih tetap lebih baik. 

Memang perlu lebih ekstra lagi menjaga lingkungan hidup, terutama dalam hal membuang sampah di sungai yang akan mengalir ke laut. Beberapa waktu lalu Wali Kota Padang sempat mewacanakan setiap kecamatan memasang jarring di sungai yang ada di wilayahnya. Gunanya untuk menjaring sampah. Ini ide yang baik dan perlu didukung semua pihak agar lingkungan hidup tetap bisa dijaga dan dipelihara sebaik mungkin. Falsafah alam takambang jadi guru merupakan sebuah ungkapan tepat bagi masyarakat untuk menjaga kelestarian alam. (efs)     

ilustrasi: freefoto.com