Multiplier Effect Jadi Tuan Rumah PON
Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 23 April 2018 10:11:55 WIB
Oleh Yal Aziz
MENJADI tuan rumah penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) sudah barang tentu banyak memiliki keuntungan. Kenapa? Karena selain sarana dan pra sarana olahraga dibangun dan diperbaiki, secara ekonomi pun masyarakat, so pasti akan terbantu dan meningkat selama pelaksanaan pesta olahraga terakbar akbar di tanah air ini.
Untuk itu, ya wajar-wajar saja jika Sumatera Barat berminat juga untuk menjadi tuan rumah bersama provinis lainnya, yakni Kalimantan Selatan, Sumatera Utara duet bersama Nangroe Aceh Darussalam dan Bali duet bersama Nusa Tenggara.
Namun pendaftaran calon tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XXI tahun 2024 tersebut telah resmi ditutup pada 30 Nopember 2017 lalu. Meskipun begitu peluang Sumatera Barat untuk menjadi tuan rumah PON tersebut masih terbuka karena belum final. Kenapa? Karena peluang itu masih menunggu tahapan berikutnya, yakni verifikasi oleh Tim Penjaringan Tuan Rumah PON 2024. Kemudian hasil verifikasi tersebut akan dibawa ke Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI dan selanjutnya akan diputuskan oleh pemerintah siapa yang berhak menjadi tuan rumah.
Yang jelas, menjadi tuan rumah PON, tak hanya kebanggaan semata, tapi juga banyak manfaat dari kegaitan terakbar di tanah air ini. Sebagai contoh, daerah tuan rumah PON akan didatangi oleh ribuan atlet, pelatih, manejer dari puluhan cabang olahraga yang dipertandingkan.
Fakta tersebut secara kajian bisnis, so pasti kedatangan ribuan atlet dan offisial dari provinsi seluruh Indonesia tentu akan membawa dampak ekonomi yang luar biasa besarnya. Seperti hotel, penginapan, rumah makan, pariwisata, souvenir dan cenderamata akan menjadi efek positif yang dinikmati tuan rumah. Kemudian, kehadiran ribuan atlet dan offisial, siaran langsung televisi, tentu juga membawa manfaat promosi yang efektif bagi tuan rumah.
Jika dikaji dari segi keuntungan jadi tuan rumah tersebut, setidaknya ada beberapa manfaat yang diperoleh tuan rumah PON tersebut. Maksudnya, selain manfaat pada saat event berlangsung, juga ada manfaat yang diperoleh setelah event berlangsung. Seperti sarana dan fasilitas olahraga yang dipakai PON tentu akan menjadi aset berharga bagi daerah setempat.
Sebagai contoh Sumatera Barat yang sampai sekarang masih menemui kesulitan mendapatkan sarana latihan bagi atletnya yang bisa memanfaatkan fasilitas yang berstandar nasional bahkan internasional setelah PON usai.
Dakui, ada tiga persoalan yang harus menjadi perhatiaan, jika Sumatera Barat memang berminat untuk menjadi tuan rumah PON, yaitu sarana dan prasaana, tenaga administrasi dan prestasi atletnya. Selain itu, sebagai calon tuan rumah Sumaera Barat juga harus memiliki program jangka panjang untuk menghadapi PON 2024. Langkah berikutnya, selain menyiapkan venue berstandar nasional, tentu sebagai tuan rumah Sumatera Barat juga harus menyiapkan atlet-atlet terbaiknya dengan tujuan supaya menjadi tuan rumah tak hanya menjadi tukang mengalungkan medali bagi sang juara.
Kita akui, untuk menjadi tuan rumah PON tersebut tidaklah semudah membalik telapak tangan. Maksudnya, calon tuan rumah harus mampu bersaing dengan calaon lainnya. Secara aturan KONI Pusat, untuk menjadi tuan rumah harus bersaing dengan kandidat melalui tahapan bidding yang diawali dengan pendaftaran dan menyetor biaya pendaftaran Rp 1 Miliar serta uang jaminan Rp 5 miliar rupiah. Sesuai aturan, uang jaminan tersebut akan dikembalikan kepada calon tuan rumah jika tak berhasil menjadi tuan rumah.
Secara fakta sejarah, sebelum PON XVI Sumatera Selatan 2004 lalu, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, memang pernah menjadi tuan rumah pada PON III (1953) dan PON IV (1957). Selanjutnya tuan rumah PON selalu didominasi provinsi di Pulau Jawa, seperti DKI, Jawa Timur dan Jawa Barat 2016 lalu.
Sebagai gambaran, Sumatera Barat bisa saja belajar dengan keberhasilan Sumatera Selatan menjadi tuan rumah PON XVI 2004 lalu. Sekilas bisa kita katakan, untuk menyaksikan pertandingan bertaraf internasional di Kota Padang, bisa dikatakan hal yang langka. Tapi setelah pelaksanaan PON di Palembang 2004 lalu itu, kini Kota Palembang berhasil juga menjadi tuan rumah Sea Games 2011 dan sebelumnya juga tercatat sebagai tuan rumah pertandingan Piala Asia 2007 disaat Indonesia menjadi tuan rumah bersama Malaysia dan Vietnam dan Thailand.
Kemudian, Kota Palembang juga menjadi tuan rumah Islamic Solidarity Games 2013, Asean University Games 2014 dan yang paling spektakuler tentunya Asian Games 2018 pada 18 Agustus sampai dengan 2 September mendatang.
Sebagai perbandingan, Jawa Barat menyiapkan beberapa stadion megah untuk PON 2016 yaitu Stadion Patriot di Bekasi, Stadion Wibawa Mukti di Cikarang, Stadion Pakansari di Bogor serta Gelora Bandung Lautan Api sebagai tempat pembukaan dan penutupan PON.
Kini mumpung peluang untuk jadi tuan rumah PON itu belum terkunci habis, dan masih ada juga secerca harapan, tak ada salahnya juga jika kesempatan tersebut diupayakan. Caranya tentu dengan melakukan loby-loby politik tingkat tinggi, sebagaimana yang disampaikan anggota DPRD Sumatera Barat, Arkadius, yang menyarankan Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno dan Ketua DPRD Sumatera Irwan Hendra Rahim merapat ke istana dan melobi Menteri Olahraga, serta memberdayakan para anggota DPR RI dan DPD RI daerah pemilihan Sumatera Barat. Bila perlu ajak politisi dari PDI P untuk melakukan loby dengan mbak Megawati Soekarno Putri. Semoga tak jadi pungut merindukan bulan.