Orang Gila
Artikel () 26 Februari 2018 12:39:39 WIB
Antara Januari – Februari 2018 ramai diperbincangkan di media sosial tentang maraknya orang gila yang mendatangi masjid dengan maksud melakukan kekerasan terhadap tokoh agama seperti ustaz atau kiai.. Berbagai video dan foto menyebar di media sosial. Sayangnya penyebaran itu banyak yang tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Tapi sudah terlanjur ramai. Bahkan para selebriti media sosial turut memanasi suasana, tanpa perlu mencoba mencari tahu kebenarannya.
Menurut berita di Majalah Tempo edisi 25 Februari 2018, ada tiga rumor penyerangan ulama di Tasikmalaya ternyata semuanya tidak benar. Tempo juga memberitakan bahwa dalam hal penyerangan ulama atau tokoh agama, publik di media sosial tidak mengandalkan pejabat atau lembaga berwenang untuk mengkonfirmasi isu tersebut. Sebaliknya banyak yang mengandalkan para selebriti media sosial.
Memang ada tokoh agama atau organisasi Islam yang mendapatkan serangan berbahaya dan mematikan dari orang tak dikenal yaitu KH Umar Basri, pemimpin Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Bandung yang diserang dengan tangan kosong. Kemudian Prawoto, Komandan Brigade Persatuan Islam yang diserang dengan linggis. Kedua pelaku dinyatakan sebagai orang gila oleh polisi. Tapi selebihnya ada kejadian-kejadian yang masih belum jelas ujung pangkalnya.
Kewaspadaan memang penting. Tapi ketika setiap kejadian yang mencurigakan tapi belum jelas ujung pangkalnya direkam dan disebar di media sosial seolah-olah rentetan dari sebuah aksi terror maka ini juga bukan sebuah tindakan yang benar. Apalagi yang melakukan postingan ternyata tidak mengerti prinsip jurnalistik, maka yang disebar semakin tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ditambah lagi yang aktif menyebarkan adalah akun anonym yang terlihat sangat bersemangat membela agamanya sehingga orang dari agama yang sama bersangka positif bahwa itu adalah konten yang benar. Maka ini menjadi semakin tidak karuan dan membuat suasana tidak kondusif.
Yang makin aneh adalah jika kita yang waras dan normal menjadi ikut-ikutan menyebarkan isu orang gila ini tanpa melihat asal muasalnya dan memeriksa kebenaran isinya. Sehingga akhirnya yang menjadi gila adalah orang-orang waras dan normal yang menyebarkan isu itu secara tidak bertanggung jawab.
Mudah-mudahan kita yang waras dan normal tetap bisa waras dan normal ketika memasuki kehidupan dunia maya dan media sosial. Alangkah baiknya kita selalu melihat dunia nyata kita untuk hidup di dunia maya. Karena dunia nyata adalah tempat kita hidup yang sebenarnya. (efs)
Referensi: Majalah Tempo edisi 25 Februari 2018
ilustrasi: freefoto.com