Mengambil Pelajaran dari Usia Kenabian
Artikel () 16 Desember 2017 06:37:33 WIB
1 Desember 2017 lalu umat Islam, khususnya di Indonesia memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Nabi terakhir yang diutus Allah SWT untuk umat manusia. Nabi yang akhlaknya menjadi teladan bagi seluruh umat manusia. Dan namanya dianggap sebagai orang yang paling berpengaruh di dunia menurut seorang penulis buku yang menulis 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Meskipun Nabi Muhammad SAW telah meninggal namun ajarannya justru kian meluas ke seluruh penjuru bumi.
Salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah usia kenabian. Nabi Muhammad dijadikan Nabi oleh Allah SWT pada usia 40 tahun. Pada usia 25 tahun Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah r.a. seorang janda kaya yang suaminya meninggal karena penyakit. Sebelum menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW berdagang hingga ke luar negeri. Dan selalu mendapatkan keuntungan besar. Ketika menikah dengan Kahdijah r.a Nabi Muhammad SAW memberikan mahar senilai ratusan juta rupiah.
Berdasarkan sejarah singkat di atas bisa dilihat bahwa sebelum menjadi Nabi, Muhammad SAW adalah sosok yang sukses secara finansial. Di mana hari ini justru umatnya sulit meniru hal yang demikian. Jarang ada lelaki usia 25 tahun menikah dengan mahar ratusan juta. Dan ketika usia 40 tahun sudah mencapai kemapanan hidup.
Jika melihat kondisi umat Islam hari ini, lelaki yang menikah di usia 25 tahun tidak semuanya akan mengalami nasib baik. Dan pada usia 40 tahun belum tentu mencapai posisi kemapanan, terutama mapan secara finansial. Bahkan usia 40 tahun masih mencari identitas atau masih menentukan pekerjaan apa yang sebenarnya cocok untuk dirinya.
Maka jika melihat dari beberapa poin itu saja terlihat bahwa memang benar apa yang difirmankan dalam Alquran bahwa sungguh ada pelajaran yang bisa diambil dari sosok Nabi Muhammad SAW ini. Lalu mengapa umat Islam seperti alpa terhadap hal seperti itu? Salah satu sebabnya karena berbagai literatur tentang Nabi Muhammad yang tebal-tebal hampir tidak pernah dibaca oleh kaum muda Islam sejak usia kecil. Sehingga ketika besar mereka tidak bisa mengikuti langkah sukses Nabi Muhammad SAW yang sudah mendapatkan kemapanan.
Bahkan umat Islam sebagiannya cenderung menganggap Nabi Muhammad SAW itu tidak pernah mapan dan hidupnya penuh dengan kesederhanaan, bahkan penuh dengan kemiskinan. Kesalahan membaca sejarah hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW ini menyebabkan banyak umat Islam yang mengalami rasa rendah diri dan tidak ingin maju. Bahkan tidak senang dengan kesuksesan duniawi yang merupakan fitrah manusia.
Jika kita coba kesampingkan masalah kemapanan yang sudah didapat oleh Nabi Muhammad SAW dalam hidupnya, maka kita coba ambil pelajaran dari sisi atau cara pandang manajemen sumber daya manusia (SDM). Usia 40 yang merupakan usia kenabian sesungguhnya tanda bagi lelaki muslim untuk berada atau berpihak kepada kebenaran. Dengan kata lain pemahamannya terhadap agama atau ajaran Islam sudah seharusnya menyebabkan ia berubah menjadi lebih baik.
Karena jika di usia 40 tahun seorang lelaki tidak mengalami perubahan perilaku signifikan maka untuk selanjutnya hidupnya akan sulit. Karir hidupnya tidak berkembang. Karakter dirinya tidak bisa berubah untuk lebih baik. Belum lagi jika ia sebagai kepala rumah tangga. Istri dan anak-anaknya yang seharusnya dididik dengan nilai Islam ternyata gagal ia lakukan. Penyebabnya karena dirinya sendiri gagal berubah menjadi lebih baik dan gagal dalam memperdalam pemahaman akan ajaran agamanya.
Belum lagi jika bicara perilaku. Pada usia 40 sudah seharusnya lelaki muslim mengalami perubahan perilaku yang revolusioner. Ia harus banyak memperbaiki kelakuan buruknya. Jika ia tidak bisa mengubah pada usia 40 tahun maka ke depannya ia akan gagal mengubah perilaku buruknya. Sehingga menempel terus hingga lanjut usia.
Usia kenabian mengajarkan kita banyak hal. Di antaranya harus mengubah diri menjadi lebih baik dengan komitmen tinggi. Nabi Muhammad SAW setelah menjadi Nabi dan rasul memang mengalami cobaan yang sangat berat. Baik cobaan psikologis maupun cobaan fisik. Namun karena beliau memang sudah memiliki kemapanan akhlak maka berbagai cobaan itu bisa dilalui dengan mengedepankan karakter positif atau akhlak mulia.
Tak heran banyak orang kafir masuk Islam setelah merasakan dan menyaksikan akhlak Nabi Muhammad SAW, dan bukan ibadahnya. Karena memang kematangan akhlak menimbulkan energi positif luar biasa. Demikian pula dengan seorang lelaki yang memiliki kematangan akhlak di tempat kerjanya, ia akan disayangi, dihormati dan karirnya menanjak.
Sedangkan seorang lelaki di usia 40 karakter buruknya yang justru dominan dilihat orang, ia akan mengalami disrupsi. Orang di lingkungannya akan menjauhinya. Belum lagi keburukan yang ia lakukan di lingkungan tersebut atau kepada orang lain akan mendapat balasan dari Allah SWT.
Maka, usia kenabian sesungguhnya menyimpan harta karun ilmu dan pengetahuan bagi mereka yang mencari kebenaran dan keluhuran. (efs)
ilustrasi: freefoto.com