Pendidikan sebagai Investasi

Artikel () 05 Desember 2016 15:25:44 WIB


Santri asal Ciamis yang masih muda tiba-tiba menjadi pusat perhatian masyarakat di Indonesia. Bahkan sudah meluas ke mancanegara. Salah satu santri yang yatim, ada yang mendapat bantuan dari donatur. Ini adalah salah satu cerita positif. Mereka memang sedang bersinar setelah menjadi teladan bagi umat Islam di aksi 212 lalu. Keteguhan mereka selama di perjalanan telah banyak disaksikan banyak orang. Bahkan perjalanan panjang mereka Ciamis-Jakarta banyak memberikan hidayah kepada umat Islam yang selama ini kurang perhatian terhadap diri dan agamanya.

Santri yang masih mudah belia. Semangatnya menyala. Kitab suci mereka dinistakan. Mereka lakukan protes seperti yang sudah diarahkan oleh para ulama/tokoh agama yaitu mengikuti aksi super damai 212. Mereka tidak membawa senjata, karena memang aksi ini adalah gelar sajadah, mengetuk pintu langit. Usaha mereka pergi dengan bus ternyata gagal. Karena ada pelarangan. Maka mereka kuatkan tekad untuk berjalan kaki. Tidak ada yang menduga sebelumnya bahwa akan muncul reaksi ini.

Hingga akhirnya, aksi jalan kaki oleh santri dari Ciamis ini menjadi semacam faktor peledak karena pelarangan terjadi di berbagai tempat. Ketika akhirnya pelarangan dicabut dan ada sedikit kelegaan, ternyata penghadangan terjadi di lapangan ketika bus telah berjalan menuju Jakarta. Ada pula yang masih dilarang. Maka tidak salah masyarakat langsung terfokus dan simpati kepada santri Ciamis ini.

Di sisi lain, santri Ciamis ternyata mampu memperlihatkan akhlak yang baik selama perjalanan. Sehingga membuat masyarakat makin jatuh hati kepada mereka. Para santri ini terlihat tidak ambil kesempatan ketika melakukan jalan kaki ini. Mereka memang benar-benar murni ingin mengikuti aksi bela Islam III di Jakarta. Selama perjalanan pun pemimpin rombongan selalu menasihati agar menjaga niat tetap lurus. Dengan demikian para santri ini hingga sampai di Jakarta tetap dalam niat yang lurus. Bahkan kedatangan mereka disambut oleh peserta yang sudah datang dan oleh panitia diberikan shaf bagian depan.

Santri Ciamis seperti telah mengangkat lagi kiprah pesantren sebagai bagian tak terpisahkan dalam pendidikan Indonesia sekaligus perjuangan kemerdekaan. Peran pesantren dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan sudah menjadi sejarah tersendiri dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sejak awal merdeka hingga kini sayangnya pesantren seolah tertinggal dibanding pendidikan umum. Memang ada hal yang cukup pokok seperti bantuan pemerintah yang lebih dominan kepada pendidikan umum. Namun semakin banyak pesantren yang memperlihatkan kualitasnya perlahan-lahan.

Kiprah pesantren menjadi kambing hitam di masa maraknya terorisme dan penumpasannya. Penyebutan lulusan pesantren tertentu oleh media yang berulang-ulang telah membuat stereotype di masyarakat. Namun demikian ternyata banyak juga masyarakat yang memiliki kepercayaan yang tinggi kepada pesantren. Bahkan kini menyekolahkan anak di pesantren bagian dari gaya hidup muslim perkotaan yang berasal dari kelas menengah.

Tokoh-tokoh yang sudah terkenal pun menjadi ikon pesantren yang mereka dirikan dan asuh. Sebut saja Yusuf Mansur dengan pesantren Darul Quran nya dengan branding penghafal Al Quran. Atau Aa’ Gym dengan pesantren Darut Tauhidnya. Dengan demikian kiprah pesantren tetap berjalan dan ternyata berkontribusi besar dalam menjaga Islam dan umatnya di Indonesia.

Dalam ilmu ekonomi berkembang yang disebut Human Capital (modal manusia). Pemahaman ini mengajak orang berpikir bahwa manusia dalam proses produksi adalah berfungsi sebagai modal. Di mana modal ini berasal dari kegiatan investasi. Investasi terhadap manusia dibagi sedikitnya menjadi 2. Investasi pendidikan dan investasi kesehatan. Orang yang mengikuti proses pendidikan pada dasarnya sedang melakukan investasi. Dan pada suatu waktu investasi itu akan menghasilkan (return) manfaat.

Selama ini yang sering dikaji adalah investasi pendidikan umum. Sementara investasi pendidikan pesantren masih jarang dikaji. Kasus santri Ciamis adalah sebuah bentuk return yang dirasakan oleh masyarakat sehingga mampu menjadi pemicu aksi 212. Padahal dari segi umur masih banyak yang belia. Bahkan ada yatim berumur 8 tahun. Sepertinya jika tidak ada aksi 212, kiprah santri akan tenggelam karena masih ada isu lain yang selalu hadir dalam kehidupan. Namun sebenarnya itu keliru.

Kiprah santri tetap akan memberikan return kepada orang-orang tertentu seperti orang tua, keluarga, saudara, kerabat, lingkungan, masyarakat dan mungkin tingkat yang lebih luas lagi. Apa return kongkrit jika seorang menjadi santri? Bagi orang tua, insya Allah ada yang akan mendoakan mereka, amal jariah dari anak yang saleh. Bagi masyarakat, menjadi penyeimbang/dai di tengah mereka. Lulusan pesantren yang berkiprah di masyarakat bisa memberikan pengaruhnya dalam bentuk perilaku positif, kemampuan berceramah, dan lainnya. Ini baru yang minimal. Kiprah lulusan pesantren sesungguhnya sudah menghasilkan berbagai orang-orang hebat yang sangat berjasa bagi negara dan bangsa.

Mengikuti pendidikan pesantren juga akan menghasilkan pola pikir baru karena lingkungan baru, teman baru, guru/ustadz baru. Pola pikir ini insya Allah akan membentuk karakter santri dan memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan sekitar mereka. Tidak sedikit santri yang beruntung bisa melanjutkan pendidikan ke luar negeri seperti Mesir, Arab Saudi, Sudan, Yaman, dan negara lain. Maka, investasi pendidikan bagi seseorang di pesantren insya Allah bisa lebih baik dibanding pendidikan umum, meskipun bisa saja sebaliknya. Namun saya optimis, pesantren adalah tempat yang tepat bagi orang tua untuk menginvestasikan pendidikan untuk anaknya. (efs)