SAPI PESISIR

SAPI PESISIR

Peternakan YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 01 Juni 2016 08:55:58 WIB


Sapi pesisir merupakan salah satu rumpun sapi lokal dan telah beradaptasi dengan baik di daerah pesisir pantai, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Masyarakat  Sumatera Barat menyebut sapi lokal pesisir dengan nama lokal, misalnya jawi ratuih atau bantiang ratuih, yang artinya sapi yang melahirkan banyak anak. Sapi Pesisir merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang hidup dikawasan pesisir Sumatera Barat, telah ditetapkan sebagai rumpun melalui SK Menteri Pertanian No. 2908/Kpts/OT.140/6/2011. Populasi sapi pesisir ditemukan di Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Padang Pariaman, kabupaten Agam, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.

PERAN SAPI PESISIR

1. Sumber daging bagi masyarakat Sumatera Barat, Riau, Bengkulu dan Jambi terutama saat Idul Adha (Hari Raya Qurban).

2. Sebagai tabungan bagi masyarakat untuk keperluan pendidikan, pesta perkawinan dan biaya ibadah haji.

KEUNGGULAN

  • Persentase karkas tinggi (50,5%).
  • Tingkat kesuburan tinggi.
  • Daya tahan hidup tinggi.
  • Mampu mengkonsumsi serat kasar tinggi.
  • Mampu bertahan hidup dengan nutrisi kurang.
  • Beradaptasi dengan lingkungan tropis.
  • Tahan terhadap penyakit tropis.
  • Temperamen jinak sehingga lebih mudah dikendalikan dalam pemeliharaan.

 KARAKTERISTIK

  • Jantan dewasa umur 4-6 tahun memiliki bobot badan 186 Kg dengan tinggi 99 cm.
  • Sapi muda umur 1,5-2,5 tahun hanya bertumbuh 20 gr/ekor/hari.
  • Induk muda umur 3-4 tahun bertumbuh sebesar 140-225 gr/ekor/ hari.
  • Warna bulu pola tunggal terdiri atas lima warna utama, yaitu merah bata (34,35%), kuning (25,51%), coklat (19,96%), hitam (10,91%) dan putih (9,26%).
  • Warna merah bata dominan, dan derajat heterozigositasnya tinggi.
  • Tanduk pendek dan mengarah keluar seperti tanduk kambing.
  • Jantan memiliki kepala pendek, leher pendek dan besar, belakang leher lebar, ponok besar, kemudi pendek dan membulat.
  • Betina memiliki kepala agak panjang dan tipis, kemudi miring, pendek dan tipis, tanduk kecil dan mengarah keluar.
  • Umur bunting pertama 30 bulan.
  • Umur beranak pertama 40 bulan.

SISTEM PERKAWINAN

1. Sistem perkawinan dimasyarakat umumnya belum tertata dengan baik karena dipelihara secara ekstensif , belum ada pengaturan penggunaan pejantan sehingga kemungkinan terjadi inbreeding sangat tinggi.

2. Dibeberapa kelompok telah disebarkan pejantan pemacek melalui program Inka.

3. Di UPTD BPPMT dan beberapa kelompok peternak perkawinan dilakukan secara alami namun telah ditata dengan baik dan dibuatkan recordingnya.

PEMELIHARAAN

Umumnya dipelihara ekstensif tradisional dimana :

1. Dipelihara pada masyarakat  : Siang malam dilepas tanpa pengawasan dari pemilik ternak.

2. Dipelihara oleh kelompok peternak : Dilepas siang hari, malam dikandangkan.

3. Dipelihara di UPTD BPPMT : Digembala siang hari, malam dikandangkan.