PERSETERUAN KEHIDUPAN MANUSIA ; ANTARA KEMULIAAN DAN KENISTAAN

PERSETERUAN KEHIDUPAN MANUSIA ;  ANTARA KEMULIAAN DAN KENISTAAN

Artikel () 22 Januari 2016 22:43:19 WIB


“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).  Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.(QS. Asy-Syams : 7 – 8)

 Kemuliaan dan Kenistaan adalah dua keadaan yang sebenarnya menjadi pilihan hidup. Setiap manusia dapat menjadi mulia, dan juga dapat menjadi nista. Karena kedua sifat yang berlawanan tersebut sudah diilhamkan Allah kepada jiwa manusia. Hingga setiap manusia memiliki peluang untuk memuliakan atau menistakan diri di hadapan Allah SWT.

Dalam Al-Quran, Allah menggambarkan dua kecenderungan sifat yang berbeda dalam jiwa setiap manusia. Jika manusia sering mensucikan jiwanya dengan zikir dan amal shaleh, terbentuklah sifat kemuliaan tersebut. Namun jika manusia sering mengotorinya dengn sifat tercela, terbentuklah manusia yang nista di hadapan Allah SWT.

Potensi kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia ;

Pertama, Manusia sebagai khalifah merupakan salah satu potensi dasar manusia yang diberikan Allah SWT agar manusia memikul amanah dan mempertanggung-jawabkannya  di hadapan Allah, disebutkan dalam QS. Al-Baqarah : 30

Kedua, Manusia dikaruniai pembawaan mulia dan bermartabat, QS. Al-Isra’ : 70

“Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan.”

Ketiga, Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan, dan menjadikan kehidupan ini lahan pengabdian (ibadah) kepada Allah SWT.

Keempat, Manusia memiliki kesadaran moral yang melahirkan kesadaran bertuhan, yang pada akhirnya membentuk manusia yang selalu berhati-hati dalam melakukan perbuatan.

Potensi melakukan perbuatan keji yang merupakan simbol kerendahan dan kenistaan manusia. Pada dasarnya tidak ada manusia yang memiliki sifat  keji, akan tetapi hal ini muncul karena manusia terkadang menjadi lemah  disebabkan rendahnya pertahanan diri dalam merasakan kedekatan dengan Allah SWT.

Sifat-sifat nista yang dapat merendahkan diri manusia diantaranya :

Pertama, Manusia makhluk nista dan bodoh, QS. Al-ahzab : 72

Kedua, Manusia makhluk pengingkar nikmat, QS. Al-Hajj : 66

Ketiga, Manusia makhluk kikir, QS. Al-Isra’: 100

Keempat, Manusia makhluk berkeluh kesah, QS. Al-Ma’arij : 19-21

Sifat kemuliaan dan kenistaan tersebut akan selalu berseteru dalam diri manusia, pemenang dari perseteruan tersebut akan menentukan bentuk perbuatan (akhlak) manusia.

Semoga akhlak dan perbuatan kita dapat memuliakan kita dihadapan Allah SWT. Aamiin....

 

(Rangkuman dari Wirid Pengajian Karyawan dan Karayawati Masjid Kantor Gub Sumbar oleh Ust. Junizar Suratman, Jum’at 22 Januari 2016)