Peternak Sapi Potong di Sitingkah Nagari Lubukbasung
Artikel YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 25 Maret 2015 10:18:36 WIB
Sukses Budidayakan Sapi Pedaging dari 3 Menjadi 14 Ekor
Potensi rumput yang cukup besar di Sitingkah Nagari Lubukbasung tak terbuang percuma di tangan Adria Malik. Ia membidik usaha peternakan sapi potong untuk dikembangkan.
Lewat modal nekat yang dilakoninya sejak lima tahun lalu, kini telah berkembang menjadi 14 ekor dari sebelumnya tiga ekor sapi. Ingin tahu bagaimana kisahnya?
Seorang laki-laki terlihat dengan telaten memberikan pakan terhadap ternaknya di Sitingkah Nagari Lubukbasung. Dengan lahap hewan peliharaan tersebut menyantap pakan ternak yang telah diberikan si empu peternakan itu.
Selain memberikan pakan ternak, pemuda itu juga terlihat sibuk mengecek kondisi ternaknya. Kendati keringat mengucur di dahinya, namun ia tetap semangat memantau perkembangan 14 sapi di kandang tersebut.
Pada Padang Ekspres laki-laki itu mengaku bernama Adria Malik. Modal usaha merintis usaha peternakan sapi potong itu didapatkannya secara patungan dengan saudara-saudaranya.
Meski tak memiliki keahlian dalam mengelola usaha peternakan sapi potong ini. Namun, bukan halangan baginya untuk terus memajukan usaha peternakannya. Hamparan rumput yang sangat luas merupakan modalnya untuk menjalankan usaha peternakan sapi potong atau sapi pedaging ini.
”Saya belajar dari internet untuk budidaya peternakan sapi pedaging ini. Saya melihat usaha ini sangat ekonomis dan biaya pemeliharaan, serta pembuatan kandangnya juga relatif murah. Sementara keuntungannya cukup menggiurkan. Makanya, saya tertarik menekuni usaha ini,” ujarnya.
Dalam tempo waktu enam bulan, peternakan sapi potong kelas rumahan itu bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp 2 juta sampai Rp 2,5 juta per satu ekor sapi potong. ”Saat ini saya sudah memiliki 14 ekor sapi dari awalnya 3 ekor sapi saja,” ujarnya.
Harga bibit satu ekor sapi antara Rp 15 juta sampai Rp 22 juta. Jika dipelihara selama 6 bulan, maka harga jualnya bisa meningkat menjadi Rp 25 juta sampai Rp 33 juta. Ada keuntungan yang diperoleh dari harga jual sebesar Rp 10 sampai Rp 11 juta.
Jika keuntungan tadi dikeluarkan biaya pembelian pakan dan upah pemeliharaan sapi tersebut, maka keuntungan yang diperoleh bisa mencapai Rp 2,5 juta. Bila Lebaran Idul Adha keuntungan yang diperoleh peternak bisa meningkat dua kali lipat atau sekitar Rp 4-5 juta.
”Orang desa jadi sarjana tidak luar biasa. Tapi, orang desa yang hidup di kampung dan sukses membangun usaha bisa dibilang langka. Itu impian saya awalnya. Di samping itu, saya juga ingin bercita-cita untuk memberdayakan famili dan saudara untuk mengembangkan usaha ini,” kata bapak empat orang anak itu.
Dalam pandangannya, usaha yang dijalankannya sekarang salah satu cara untuk membangun nagarinya. Tak hanya itu, usaha yang dirintisnya tersebut tak hanya membuka lapangan pekerjaan buat dirinya namun juga warga lainnya.
Dia memiliki tiga orang pekeja yang membantunya menjalankan usaha. Tiap bulan, ia bisa mengaji pekerjanya jauh lebih tinggi dari upah minimum kota (UMP) Sumbar. Dia mengaji pekerjanya Rp 2 juta per bulan. Pekerjanya itu juga mendapat uang keuntungan dari usahanya walau tidak begitu banyak.
”Untuk modal awal dulu, saya patungan dengan kakak dan adik saya. Usaha ini terus berkembang sampai sekarang,”katanya. Dalam usaha ini, tambahnya, hal yang mesti dijaga adalah kebersihan kadang pagi sore.
Kandang harus dibersihkan tiap hari dan sapi dimandikan tiga kali dalam seminggu. Hal penting lainnya adalah rumput hijau pakan ternak meski cukup. Demikian juga dengan makan tambahannya.
”Dibutuhkan ketelatenan dalam menekuni usaha ini. Kadang banyak pula petani yang tak sabaran dan mengharapkan segera mendapatkan keuntungan. Padahal, jika panen keuntungannya bisa menutupi kebutuhan hidup selama 6 bulan. Bisa membuat rumah dan biaya pendidikan anak kuliah,” ucapnya. (*)