JOKOWI PEMIMPIN GEMAR DAMAI ANTI BERTIKAI

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 17 Maret 2015 03:27:55 WIB


 Jokowi dikenal sejak remaja sebagai insan anti kekerasan dan pertikaian. Ia adalah insan sederhana penyuka kedamaian dan pembenci pertikaian. Bagi Jokowi, kebersamaan, seayun selangkah, seiya sekata, seciap bak ayam sedancing bak besi, adalah sesuatu yang menjadi anutannya. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, begitu adatnya dalam memimpin. Dalam memecahkan masalah, ia sangat hati-hati, baginya ketika masalah terselaikan, tak ada yang mesti terluka; itu persis bagaikan bak menarik rambut dalam tepung. Di mana, rambut tertarik, tepung tak terserak. Begitulah adat Jokowi.

 Pada tanggal 11 Juni 2004, Paku Buwono XII wafat tanpa sempat menunjuk permaisuri maupun putera mahkota, sehingga terjadi pertentangan antara kedua putranya, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan (SDISKS) Paku Buwono XIII dan Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Panembahan Agung Tedjowulan. Selama tujuh tahun ada dua raja yang ditunjuk oleh kedua pihak di dalam satu Keraton.

 Konflik ini akhirnya mendorong campur tangan pemerintah Republik Indonesia dengan menawarkan dualisme kepemimpinan, dengan Paku Buwono XIII sebagai Raja dan KGPH Panembahan Agung Tedjowulan sebagai wakil atau Mahapatih. Penandatanganan kesepahaman ini didukung oleh empat perwakilan menteri, yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Pekerjaan Umum serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun konflik belum selesai karena beberapa keluarga keraton masih menolak penyatuan ini.

 Puncaknya adalah penolakan atas Raja dan Mahapatih untuk memasuki Keraton pada tanggal 25 Mei 2012. Keduanya dicegat di pintu utama Keraton di Korikamandoengan. Apa tindakan seorang Jokowi menghadapi pertikaian ini?

Selama 8 bulan Jokowi menemui satu persatu pihak keraton yang terlibat dalam pertentangan. Pada tanggal 4 Juni 2012 akhirnya Ketua DPR Marzuki Alie menyatakan berakhirnya konflik Keraton Surakarta yang didukung oleh pernyataan kesediaan melepas gelar oleh Panembahan Agung Tedjowulan, serta kesiapan kedua keluarga untuk melakukan rekonsiliasi.

Menyangkut penyelesaian konflik KPK-POLRI saya yakin, presiden Jokowi akan menemukan solusi yang benar-benar memberi rasa aman dan nyaman bagi rakyat Indonesia. Tak ada kusut yang tak selesai. Sabarlah!(Pinto Janir)