Kontes dan Pameran Hasil IB Geliat Program IB Sapi Potong di Bone
Peternakan YUNI ERLITA, S.Pt(Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan) 30 Januari 2015 07:18:30 WIB
Program Inseminasi Buatan (IB) sapi potong di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan semakin menggeliat dan mulai menampakkan hasil nyata yang dapat dirasakan oleh para peternak yaitu meningkatnya produktivitas sapi potong. Salah satu hasil nyata yang dapat dilihat melalui kontes dan pameran sapi potong hasil IB di Kabupaten Bone, namun demikian harus dijaga pengaturan perkawinan dan pemetaan wilayah IB. Pengaturan perkawinan dan pemetaan wilayah IB diharapkan dapat menjaga plasma nutfah asli Indonesia yang ada di Kabupaten Bone khususnya Sapi Bali, demikian arahan Direktur Budidaya Ternak.
Bone adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan lumbung ternak sapi potong dan berpotensi besar sebagai penyumbang produksi daging secara nasional. Kabupaten bone memiliki populasi sapi potong berdasarkan hasil PSPK tahun 2011 sebesar 275.571 ekor atau sekitar 28% dari total populasi ternak sapi potong yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan (983.985 ekor), dengan jenis sapi yang paling berkembang adalah Sapi Bali. Populasi yang besar ini tentunya merupakan modal dasar dalam pengembangan peternakan baik untuk program pembibitan ternak maupun program budidaya ternak. Salah satu kegiatan terpadu yang telah dilakukan yaitu peningkatan produktivitas sapi potong melalui manajemen perkawinan dengan cara Inseminasi Buatan (IB).
Sebelum teknologi IB sistem perkawinan dilakukan melalui kawin alam. Sistem kawin alam ini apabila tidak dilakukan pengaturan pejantan yang dipergunakan sebagai pemacek maka akan terjadi perkawinan sedarah/inbreeding. Perkawinan inbreeding akan berdampak pada penurunan mutu genetik ternak. Kejadian inbreeding sapi potong di Kabupaten Bone telah nampak oleh karena itu diperlukan satu usaha perbaikan produktivitas sapi potong salah satunya dengan cara melakukan sistem perkawinan melalui IB.
Program IB, merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Teknologi IB digunakan untuk tujuan peningkatan produksi (budidaya), dan produktivitas (pembibitan).
A. Pelayanan IB untuk Pembibitan
Pelaksanaan IB pada pelayanan pembibitan diarahkan untuk tujuan peningkatan produktivitas melalui permurnian dan persilangan dalam rangka pembentukan breed baru. Berbagai bangsa sapi yang telah dikembangkan untuk pembibitan dapat dilakukan dengan mengembangkan sapi lokal. Penggunaan semen beku pada wilayah ini didasarkan atas pewilayahan sumber bibit. Pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit sapi lokal seperti sapi Bali di Provinsi Bali, Sapi Madura di Pulau Sapudi tidak diperkenankan penggunaan semen beku bangsa lain. Untuk keperluan tersebut perlu diterapkan prinsip-prinsip perbibitan seperti perkawinan yang diatur, sistim pencatatan (recording), seleksi dan culling, dan sertifikasi.
B. Pelayanan IB untuk Budidaya
Pelaksanaan IB pada wilayah budidaya dimaksudkan untuk tujuan peningkatan produksi melalui pengembangan sapi Asli, Sapi lokal dan sapi persilangan. Berbagai bangsa sapi telah mulai dicoba dan diperkenalkan di lapangan dengan mempersilangkannya dengan sapi-sapi lokal. Bangsa-bangsa sapi yang telah dipergunakan di Indonesia ialah: Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Aceh, Sapi Pesisir, Sapi Onggole, Sapi Brahman, Sapi Simmental, Sapi Limousin, Sapi Angus, Sapi Brangus, Sapi Friesian Holstein. Sedangkan bangsa kerbau antara lain kerbau Murrah, dan kerbau Lumpur. Kebijakan persilangan antara sapi asli dengan bangsa Bos taurus (Simental, Limousin, Angus) hanya di perkenankan untuk tujuan dipotong. Dalam kegiatan ini penerapan recording system, sangat penting agar Balai Inseminasi Buatan dapat secepat mungkin menilai kualitas pejantan-pejantan yang dipergunakan.
Program IB Sapi Potong di Kabupaten Bone masih terbilang rendah sekitar 20% sedangkan lainnya masih menggunakan kawin alam. Rendahnya penerapan IB ini dikarenakan sistem pemeliharaan masih semi intensif, jumlah petugas IB dan sarana pendukung seperti jumlah kontainer, N2 cair, pos IB masih terbatas. Salah satu kegiatan untuk menggiatkan program IB di Kabupaten Bone melalui kegiatan kontes dan pameran hasil ternak IB yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2013, kegiatan ini telah dilaksanakan 2 kali yaitu tahun 2012 dan 2013. Antusiasme peternak dan masyarakat serta dukungan aparat setempat terhadap kegiatan ini diharapkan mampu mendorong dan memberi motivasi kepada peternak untuk pengembangan IB sapi potong.
Pelaksanaan kontes dan pameran hasil IB berupa kegiatan lomba sapi potong hasil IB, lomba petugas IB, lomba taksir berat badan, parade sapi potong hasil IB, serta praktek IB. Maraknya kegiatan ini seyogyanya harus diikuti dengan program nyata dari pemerintah maupun Dinas setempat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan tujuan sebenarnya program IB, yaitu untuk meningkatkan produktivitas sapi potong bukan sebaliknya. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa hasil persilangan atau IB yang diperoleh belum tentu unggul untuk dijadikan calon induk walaupun secara performan atau berat badan yang dihasilkan meningkat namun secara aspek reproduksi belum tentu baik. Sehingga program IB diharapkan dapat memperbaiki atau mempertahankan plasma nutfah lokal khususnya pengembangan sapi Bali.
Oleh karena itu harus ada langkah-langkah nyata kebijakan program IB yaitu berupa pengaturan sistem perkawinan, pewilayahan lokasi IB apakah untuk tujuan budidaya atau pembibitan, serta pemahaman kepada petugas maupun peternak akan tujuan IB yang sebenarnya. (Triyanto)
Program Inseminasi Buatan (IB) sapi potong di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan semakin menggeliat dan mulai menampakkan hasil nyata yang dapat dirasakan oleh para peternak yaitu meningkatnya produktivitas sapi potong. Salah satu hasil nyata yang dapat dilihat melalui kontes dan pameran sapi potong hasil IB di Kabupaten Bone, namun demikian harus dijaga pengaturan perkawinan dan pemetaan wilayah IB. Pengaturan perkawinan dan pemetaan wilayah IB diharapkan dapat menjaga plasma nutfah asli Indonesia yang ada di Kabupaten Bone khususnya Sapi Bali, demikian arahan Direktur Budidaya Ternak. |
Bone adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan lumbung ternak sapi potong dan berpotensi besar sebagai penyumbang produksi daging secara nasional. Kabupaten bone memiliki populasi sapi potong berdasarkan hasil PSPK tahun 2011 sebesar 275.571 ekor atau sekitar 28% dari total populasi ternak sapi potong yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan (983.985 ekor), dengan jenis sapi yang paling berkembang adalah Sapi Bali. Populasi yang besar ini tentunya merupakan modal dasar dalam pengembangan peternakan baik untuk program pembibitan ternak maupun program budidaya ternak. Salah satu kegiatan terpadu yang telah dilakukan yaitu peningkatan produktivitas sapi potong melalui manajemen perkawinan dengan cara Inseminasi Buatan (IB).
Sebelum teknologi IB sistem perkawinan dilakukan melalui kawin alam. Sistem kawin alam ini apabila tidak dilakukan pengaturan pejantan yang dipergunakan sebagai pemacek maka akan terjadi perkawinan sedarah/inbreeding. Perkawinan inbreeding akan berdampak pada penurunan mutu genetik ternak. Kejadian inbreeding sapi potong di Kabupaten Bone telah nampak oleh karena itu diperlukan satu usaha perbaikan produktivitas sapi potong salah satunya dengan cara melakukan sistem perkawinan melalui IB.
Program IB, merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna yang merupakan pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik ternak. Melalui kegiatan IB, penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak. Teknologi IB digunakan untuk tujuan peningkatan produksi (budidaya), dan produktivitas (pembibitan).
A. Pelayanan IB untuk Pembibitan
Pelaksanaan IB pada pelayanan pembibitan diarahkan untuk tujuan peningkatan produktivitas melalui permurnian dan persilangan dalam rangka pembentukan breed baru. Berbagai bangsa sapi yang telah dikembangkan untuk pembibitan dapat dilakukan dengan mengembangkan sapi lokal. Penggunaan semen beku pada wilayah ini didasarkan atas pewilayahan sumber bibit. Pada lokasi yang telah ditetapkan sebagai wilayah sumber bibit sapi lokal seperti sapi Bali di Provinsi Bali, Sapi Madura di Pulau Sapudi tidak diperkenankan penggunaan semen beku bangsa lain. Untuk keperluan tersebut perlu diterapkan prinsip-prinsip perbibitan seperti perkawinan yang diatur, sistim pencatatan (recording), seleksi dan culling, dan sertifikasi.
B. Pelayanan IB untuk Budidaya
Pelaksanaan IB pada wilayah budidaya dimaksudkan untuk tujuan peningkatan produksi melalui pengembangan sapi Asli, Sapi lokal dan sapi persilangan. Berbagai bangsa sapi telah mulai dicoba dan diperkenalkan di lapangan dengan mempersilangkannya dengan sapi-sapi lokal. Bangsa-bangsa sapi yang telah dipergunakan di Indonesia ialah: Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Aceh, Sapi Pesisir, Sapi Onggole, Sapi Brahman, Sapi Simmental, Sapi Limousin, Sapi Angus, Sapi Brangus, Sapi Friesian Holstein. Sedangkan bangsa kerbau antara lain kerbau Murrah, dan kerbau Lumpur. Kebijakan persilangan antara sapi asli dengan bangsa Bos taurus (Simental, Limousin, Angus) hanya di perkenankan untuk tujuan dipotong. Dalam kegiatan ini penerapan recording system, sangat penting agar Balai Inseminasi Buatan dapat secepat mungkin menilai kualitas pejantan-pejantan yang dipergunakan.
Program IB Sapi Potong di Kabupaten Bone masih terbilang rendah sekitar 20% sedangkan lainnya masih menggunakan kawin alam. Rendahnya penerapan IB ini dikarenakan sistem pemeliharaan masih semi intensif, jumlah petugas IB dan sarana pendukung seperti jumlah kontainer, N2 cair, pos IB masih terbatas. Salah satu kegiatan untuk menggiatkan program IB di Kabupaten Bone melalui kegiatan kontes dan pameran hasil ternak IB yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2013, kegiatan ini telah dilaksanakan 2 kali yaitu tahun 2012 dan 2013. Antusiasme peternak dan masyarakat serta dukungan aparat setempat terhadap kegiatan ini diharapkan mampu mendorong dan memberi motivasi kepada peternak untuk pengembangan IB sapi potong.
Pelaksanaan kontes dan pameran hasil IB berupa kegiatan lomba sapi potong hasil IB, lomba petugas IB, lomba taksir berat badan, parade sapi potong hasil IB, serta praktek IB. Maraknya kegiatan ini seyogyanya harus diikuti dengan program nyata dari pemerintah maupun Dinas setempat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan tujuan sebenarnya program IB, yaitu untuk meningkatkan produktivitas sapi potong bukan sebaliknya. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa hasil persilangan atau IB yang diperoleh belum tentu unggul untuk dijadikan calon induk walaupun secara performan atau berat badan yang dihasilkan meningkat namun secara aspek reproduksi belum tentu baik. Sehingga program IB diharapkan dapat memperbaiki atau mempertahankan plasma nutfah lokal khususnya pengembangan sapi Bali.
Oleh karena itu harus ada langkah-langkah nyata kebijakan program IB yaitu berupa pengaturan sistem perkawinan, pewilayahan lokasi IB apakah untuk tujuan budidaya atau pembibitan, serta pemahaman kepada petugas maupun peternak akan tujuan IB yang sebenarnya. (Triyanto)
- See more at: http://budidaya.ditjennak.deptan.go.id/index.php/blog/read/berita-dan-artikel/kontes-dan-pameran-hasil-ib-geliat-program-ib-sapi-potong-di-bone#sthash.5CLkr2DP.dpuf