Seni, Budaya dan Karakter

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 30 Desember 2014 04:07:17 WIB


Beberapa waktu lalu saya kedatangan tamu istimewa. Mereka adalah tokoh-tokoh kesenian dan budayawan Sumatera Barat. Mereka adalah Darman Moenir, Edy Utama, Erry Nefri, Bram,BHR Tanjung dan Khairul Jasmi. Baru kali itu mereka datang berkunjung.

Ada banyak banyak hal yang kami diskusikan, mulai dari kondisi kesenian dan budaya Sumatera Barat saat ini hingga masalah kesenian dan budaya Sumatera Barat di masa datang. Salah satu poin yang saya garis bawahi dari diskusi ringan yang berlangsung lebih dari 1 jam tersebut adalah: seni dan budaya merupakan bagian dari proses pendidikan dalam pembentukan karakter.

Kesenian dan budaya suatu daerah akan membentuk karakter suatu daerah, kesenian dan budaya suatu negara akan membangunkarater bangsa dan negara tersebut. Karena itu seni dan budaya merupakan bagian dari proses pendidikan, khususnya pendidikan karakter.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa logika, ilmu pasti diproses di otak kiri. Sedangkan seni dan budaya diproses di otak kanan. Orang-orang yang lebih menggutamakan logika dalam kehidupan sehari-hari, cendrung lebih banyak menggunakan banyak menggunakan otak kiri. Orang-prang yang lebih banyak menggunakan intuisi, perasaan cendrung lebih banyak menggunakan otak kanan.

Keseimbangan antara kedua jenis aktifitas tersebut menyebabkan seimbangnya fungsi otak kiri dan otak kanan dan optimalnya penggunaan otak manusia. Tentu saja kini ingin mengoptimalkan fungsi ke dua belah otak yang kita miliki, baik kiri maupun kanan. Selain untuk mengoptimalkan fungsi otak, seni juga membuat kehalusan budi pekerti manusia dan mempengaruhi karakter seseorang atau suatu bangsa.

Seni-seni dan budaya barat yang cendrung keras (metal), ekspresif dan terbuka (liberal) mencerminkan masyarakatnya daerah tersebut juga berkarakter keras dan terbuka. Sedangkan seni dan budaya masyarakat Timur, terutama Asia, yang lembut mencerminkan karakter masyarakatnya yang halus dan lembut pula.

Di samping itu, seni dan budaya yang berbeda-beda, eksotik, memiliki keunikan tersendiri di masing-masing daerah membuat dunia menjadi kaya dan berwarna. Seni lukis, drama, musik, tari, sastra, komedi, dan banyak lagi jenisnya membuat dunia menjadi kaya, berwarna, tidak monoton dan membosankan. Bagi manusia, seni menjadi ajang untuk berkarya, berekspresi dan mengaktualisasikan dirinya.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terbiasa mendengar musik-musik yang lembut sejak bayi, memiliki karakter yang tenang, halus dan lembut pula serta menyukai seni setelah dewasa.Aktivasi otak kiri dan otak kanan secara seimbang juga sangat baik untuk perkembangan otak anak dan pembentukan karakter.

Pembentukan karakter dalam pendidikan sangat penting. Sejarah membuktikan bahwa pemimpin-pemimpin besar, sukses dan dikenang sepanjang sejarah baik secara nasional maupun internasional adalah pemimpin-pemimpin yang memiliki karakter kuat. Sukarno,Hatta, Gandhi, Arafat, sampai Nabi Muhammad SAW dikenang sepanjang masa bukan karena banyaknya harta yang mereka miliki, tetapi karena karakter dan keteladanannya.

Kita tentu sangat mendambakan pemimpin-pemimpin besar dan berkarakter seperti mereka muncul lebih banyak lagi di Indonesia, khususnya Sumatera Barat di masa datang. Caranya adalah dengan memasukkan muatan seni dan budaya ke dalam proses pendidikan kita. Seni dan budaya selain menjadi media berekspresi dan aktualisasi diri, tetapi juga yang lebih penting, menjadi sarana bagi pembentukan karakter.

Seni dan budaya Minang yang berlandaskan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, adalah sebuah potensi yang luar biasa untuk pembentukan karakter. (Irwan Prayitno)