Dari Mandeh Joy Sailing 2014
Pariwisata () 31 Oktober 2014 02:39:19 WIB
Dari Mandeh Joy Sailing 2014
Siapa tak kenal dengan Raja Ampat, Papua, yang memiliki keindahan alam mendunia? Tenyata, Sumbar juga memiliki “kembaran” Raja Ampat yang tak kalah menariknya. Seperti apa?
Ya, seperti itulah yang tergambar dari kunjungan Padang Ekspres bersama ratusan peserta Mandeh Joy Sailing 2014, di kawasan objek wisata Mandeh, kemarin (12/10). Ajang ini bagian promosi untuk “menjual” Mandeh ke pentas nasional dan internasional.
”Ngapain liburan ke luar negeri, pemborosan,” ungkap seorang peserta Mandeh Joy Sailing 2014 sambil mengabadikan gambar saat tim sampai di Panorama 1 Kawasan Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, sekitar pukul 11.10.
Kamera awak media pun langsung memasang kuda-kuda. Tripod kameramen wartawan media elektronik mulai mengarah pada gugusan pulau-pulau kecil. View indah menjadi latar setiap objek yang diabadikan.
Seakan sembilan pulau yang dapat dilirik dari satu titik tempat tim berdiri siang itu, menantang mata setiap pengunjung. Panorama Pulau Cubadak seluas 705 ha yang dikelola warga Italia, jadi pusat pembicaraan siang itu.
Selepas itu, pandangan mata tertuju pada Pulau Marak seluas 256 ha dan Pulau Bintangor 37 ha, serta Pulau Pagang 32 ha. Adalagi sepasang Pulau Sironjong, Sironjong Kecil 3 ha, dan Sironjong Gadang seluas 25 ha. Tak sekadar indah, namun ada sejarah yang terkubur di dasar samudera Pulau Sironjong tersebut.
Pernah mendengar kapal pengangkut hasil bumi milik Belanda yang dibombardir tentara Jepang waktu Perang Dunia Kedua? Kabarnya, bangkai kapal buatan tahun 1915 itu, masih mengendap hingga saat ini.
“Namanya Boelongan Nederland dan dioperasikan oleh Koninklijke Paketvaart Mij. Kapal itu diperkirakan tenggelam pada 28 Januari 1942 lalu,” kata sejarawan Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Mestika Zed kepada Padang Ekspres, saat rombongan berlayar menuju “Surga di Pantai Barat Sumatera” itu.
Berdasarkan sejumlah sumber, tambah Mestika, kapal tersebut terdiri dari dua lantai. Secara fisik, bagian lambung patah dan dinding kapal terkena peluru. Posisi kapal sepanjang 70,6 meter, lebar 11,6 meter dan tinggi 4,2 meter dari permukaan air laut itu, kini miring ke kiri.
Panorama tak kalah menariknya, disajikan oleh Pulau Ular seluas 1 hektare. Begitu juga Pulau Taraju seluas 3 ha. Satu pulau terakhir, diberi nama oleh warga setempat dengan sebutan sedikit angker, Pulau Setan Gadang. Kesembilan pulau ini tersebar di sekitar Kawasan Mandeh. Pulau-pulau ini dapat dijajaki dengan perahu kecil dari Pulau Mandeh.
Bagi wisatawan yang gemar berpetualang, Pulau Mandeh dapat dicapai melalui dua jalur, darat dan laut. Bila memilih jalur darat, wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan hutan perawan, berjarak sekitar 56 kilometer dari Kota Padang.
Namun bila memilih jalur laut, dapat ditempuh dengan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan menggunakan kapal berkecepatan sedang dari Muaro Padang, layaknya perjalanan tim Mandeh Joy Sailing 2014 kemarin.
Hantaman ombak yang menerjang kapal, menyajikan sensansi tersendiri bagi wisatawan. “Woww.. ,” teriak seorang penumpang berbaju kaos hitam bertuliskan Mandeh Joy Sailing, Ayo Berlayar ke Mandeh, yang duduk di pojok kanan belakang.
Teriakan wisatawan itu mengalir bersama derasnya air laut terkibas baling-baling kapal Mentawai Fast. Buliran putih air melebar seakan mengejar dua pulau pengapit pelayaran kapal. Di sini pulalah, letak kekaguman penumpang, kapal berlayar di antara sisian pulau-pulau yang tak tertata rapi. Sensasinya kian terasa, kapal-kapal nelayan menyolek lautan.
Namun panorama nan indah itu, tak diiringi dengan fasilitas dan aksesibilitas. Gambaran itu terlihat ketika rombongan sampai di Pulau Mandeh dan lainnya. Bupati Pessel Nasrul Abit mengaku sudah kewalahan. Lagi-lagi alasan anggaran yang dikemukakan.
”Sekitar 67 persen APBD Pessel habis untuk bayar gaji, ditambah dengan PNS kategori dua (K2) sekarang, menjadi 70 persen pengeluaran Pessel untuk gaji PNS. Tidak ada lagi untuk infrastruktur,” kata Nasrul Abit saat mendampingi perjalanan rombongan Mandeh Joy Sailing 2014 kemarin.
Bahkan tahun depan, lanjut bupati yang hanya menjabat sekitar setahun lagi itu, tak ada program bagi Pulau Mandeh. Keterbatasan anggaran memaksa, jajarannya membuat skala prioritas. Itulah sebabnya, tahun depan hanya kawasan Wisata Carocok Painan dan Jembatan Akar yang masuk program.
Itulah sebabnya, pemkab kesulitan menjual Pulau Mandeh. Infrastruktur akses menuju Pulau Mandeh belum sempurna. Bagitu juga homestay sebagai penginapan, serta mengubah mindset masyarakat ramah pada wisatawan
Bagi Firdaus, salah seorang pengusaha, keramahan masyarakat penting. “Jangan sampai budaya mamakuek diterapkan, karena perilaku itu akan membuat cacat keindahan destinasi wisata, seperti yang marak terjadi di sejumlah objek di Sumbar,” tuturnya.
Pembenahan Pulau Mandeh menjadi kawasan wisata, sebetulnya sangat bergantung pada political will Pessel sendiri. Aktivis senior lingkungan hidup di Sumbar, Rahmadi yang sudah berulang kali ke Pulau Mandeh mengaku, optimistis Pulau Mandeh bisa menjadi destinasi unggulan.
“Tanpa investor, Mandeh akan jadi. Salah satu caranya, setiap rumah penduduk diharuskan menyiapkan satu kamar sebagai penginapan. Dengan begitu, manfaat akan langsung dirasakan oleh masyarakat, dan kearifan lokal terjaga,” ujarnya.
”Jangan sampai masyarakat jadi buruh wisata,” ujar sutradara film “Jalan Pedang” Dandhy Laksono menambahkan.
Harus Ada Pemaksaan
Ketua Tim Pengarah sekaligus inspirator Mandeh Joy Sailing 2014, Andrinof A Chaniago menilai, sudah saatnya ada pemaksaan pada para stakeholder terutama kepala daerah untuk pengembangan wisata di Sumbar. Memaksa melalui kegiatan inspiratif untuk mengolah potensi yang luar biasa. “Kepala daerah jangan bermanja-manja, membuat pembangunan yang sifatnya lebih mendasar, seperti jalan, toilet dan fasilitas umum,” ujarnya.
Seharusnya, katanya, Sumbar menjadi destinasi andalan Indonesia. Sayangnya, potensi-potensi alam yang begitu elok dan indah belum menjadi jaminan untuk manarik banyak pelancong. Jumlah wisatawan mancanegara ke Sumbar hanya sekitar 60 ribu orang per tahun. Salah satu penyebab yang kerap disebut praktisi, pelayanan wisatawan dan promosi kurang.
Melihat data dari dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura, tambahnya, tiap tahun dikunjungi total wisman 40 juta. Jika 5 persen ditarik ke Sumbar, tidak kurang 2 juta wisman berkunjung ke Sumbar. Jarak tempuh antarnegara ini dengan Sumbar sangat dekat.
”Bila itu bisa dilakukan, maka Rp 2 sampai 4 triliun uang akan tumpah di sini,” kata Andrinof di hadapan bupati dan ketua DPRD Pessel, Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim, anggota DPD RI Emma Yohanna, mantan Wali Kota Padang Fauzi Bahar, anggota DPRD Sumbar, dan lainnya.
”Sekarang saja, nyari peta yang bagus untuk sampai ke Mandeh saja, susah. Ini menandakan belum tereksposenya kawasan Mandeh,” lanjut Andrinof.
Dosen FISIP Universitas Indonesia ini menuturkan bahwa tujuan Mandeh Joy Sailing 2014 ini, salah satunya melihat potensi yang ada di kawasan wisata Mandeh, sekaligus mempromosikan pada dunia luar.
Baginya Pulau Mandeh ini tak ubahnya “Raja Ampat”-nya Sumbar. Setidaknya terlihat dari adanya teluk berpantai landai dan tidak berombak, potensial dikembangkan untuk wisata menyelam dan snorkeling. Keindahan alam pun dapat dilihat dari ketinggian perbukitan yang mengitarinya.
Kini, Pulau Mandeh barulah seperti gugusan pulau-pulau senyap dengan gemericik ombak nan halus, masih tertidur, sekalipun telah masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) sejak tahun 1998 bersama Biak dan Bunaken di wilayah Timur Indonesia.
”Jika memang kita semua serius, pasti, kami akan lebih serius,” tantang Nasrul Abit. (padek)
30 October 2014 13:33 WIB Wartawan : Redaksi - Editor : andri