AMRI SEJAK JERAMI JADI PUPUK

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 23 September 2014 06:10:10 WIB


“Batarimo syukur molah ambo dek maikuti SLPHT ko.Ambo SLPHT tahun 2009”, kata Amri, usia 60 tahun, bapak 5 anak. Dari dunia tani ia menghidupi anak-anak dan satu istrinya. Petani yang sekampung dengan Sumarnis itu (Nagarigadang) mengaku bahwa sejak mengenal teknologi SLPHT, dari segi biaya bertanam jauh menjadi berkurang. Dulu jerami diunggun manjadi abu, kini tidak begitu lagi, katanya. Jerami kini diolah menjadi pupuk kompos.

Dengan sendirinya, soal biaya pupuk urea yang mahal tak lagi merepotkan kita. Mengapa? “Karena, awak tak lagi memakai pupuk urea.Nan awak pakai pupuk buatan sendiri”, ujarnya.

Begitu pula halnya dengan menggunakan racun pestisida. Petani tak perlu lagi mengeluarkan biaya produksi pembeli racun pestisida. Cukup dengan cara alamai saja. Yakni dengan menggunakan berbagai ramuan dari kayu-kayuan, atau akar-akaran untuk mengusir hama berbagai hama. “Soal tikus bukan lagi sesuatu yang menakutkan kami, karena kami sudah diajari cara penanggulangan hama tikus”, kata Amri seraya menatap lahannya yang menunggu panen. (Pinto Janir)