NULFRYATMAN (45): Sarjana Seni Sukses di Tani

Artikel Pinto Janir(Pinto Janir) 22 September 2014 08:51:54 WIB


Alam adalah puisi. Puisi keindahan kehidupan itu adalah alam. Dengan seni hidup itu indah, dengan bertani hidup itu berkah.

 

            Nulfryatman, belajar bercocok tanam sudah sejak bocah. Ketika kelas 5 SD ia sudah diabwa oleh orangtuanya mencangkul di sawah atau bertanam di ladang. Dunia tani baginya adalah seumpama ruh dan badan. Kalau ia berpisah dengan dunia tani, ia merasa ada sesuatu yang lenyap dalam kehidupannya.

            Dengan bertani At—begitu panggilannya---belajar mandiri. Biaya sekolahnya adalah hasil dari bertani. Tamat SMA, At melanjutkan pendidikan di ISSI, ia pilih jurusan kerawitan.

            Mengapa At memilih kuliah di dunia seni? Mengapa tidak kuliah di Pertanian misalnya?

            “ Alam adalah puisi. Puisi keindahan kehidupan itu adalah alam. Dengan seni hidup itu indah, dengan bertani hidup itu berkah. Saya memilih jurusan tari atau kerawitan karena hidup itu adalah gerak yang serasi dengan dinamik dan tempo. Bertani juga begitu, butuh dinamik dan keserasian dalam harmonisasi alam. Karena itulah saya memilih berseni-seni dalam dunia tani”, kata At yang ditemui sedang bertanam sayur di ladang yang tak jauh dari lahan persawahannya.

            Sekalipun At menjadi sarjana seni, namun nan bertani adalah pilihan hidupnya.

            Seni dan bertani bagi At adalah bagaikan tanah dengan tanaman, bagaikan hama dan pengendalian. Tak terpisahkan. Panggung At untuk berseni-seni adalah lahan sawah dan ladang sayurannya yang berbuah subur dan memberikan kemakmuran dalam hidupnya. Ketika cangkul terayun, air mengalir, hujan merinai, benih ditanam, itulah seni hakiki dalam kehidupannya.

            At petani asal Sawah Bukue Kelurahan Ganting Kota Padangpanjang.

            At mengikuti Sekolah Lapangan PHT tahun 1993. PHT yang ia ikuti adalah PHT khusus hama padi. Kemudian pada tahun 1996-1997 melalui petugas PHP (Pengendalian Hama Penyakit) At diperkenalkan pada PHT tanaman cabe, sayuran dan hortikultura. Pada tahun 1997 itu At beserta sejumlah petani lainnya dibina Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) wilayah II Sumbar, Riau dan Jambi yang kini menjadi Balai perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar. Pada tahun 1997-2001 ia dikenalkan pula pada Agens Hayati. Sejak itu ia mengenal Trichoderma yakni sejenis cendawan pengurai berupa bahteri untuk penyemprotan guna membunuh berbagai hama dan penyakit khusus tanaman cabe, kemudian dikreasi untuk tanaman sayur.

            Berikut kisah sukses bertani At setelah mengenal dan mengikuti Sekolah Lapangan PHT.

            Bukan petani namanya kalau ia takut bertanam beragam jenis tanaman. Masalah maju atau tidaknya dunia pertanian adalah soal kemampuan dan keterampilan SDM petani. Petani itu harus cerdas . petani cerdas tak akan mungkin miskin. Makanya petani harus enantisa terus mencari ilmu pengetahuan bertani.

            Adalah sebuah berkah yang tak terkira bagi seorang petani bila terus mendapat suluhan dan binaan dari pemerintah melalui dinas pertanian kita.

            SL PHT membuat kita kreatif. Tak saja dapat mengendalikan hama dan penyakit tanaman, namun juga mampu menyiasati pasar. SLPHT sangat besar manfaatnya bagi petani dalam kehidupan modern ini. SLPHT menciptakan petani-petani terampil dan berpengetahuan bertani.

            Pada zaman modern saat ini, modal utama petani bukan uang melainkan pengetahuan itu tadi. Ya, pengetahuan membuat petani cerdas. Petani yang bermodal uang banyak tanpa diikuti oleh kecerdasan dan pengetahuan, lambat laun juga akan bangkrut. Ya, PHT itulah yang membentuk petani kuat, mandiri, mapan, dan sukses.

            Manfaat PHT yang saya rasakan adalah kemampuan mengidentifikasi hama dan penyakit. Ketika kita sudah tahu apa hama dan penyakit tanaman maka dengan lekas kita dapat mengetahui apa solusinya dan mengetahui bagaimana cara mengendalikan hama dan mengobati penyakit tersebut.

            PHT hemat waktu dan hemat biaya bertanam. PHT meningkatkan produksi petani. Tanaman hasil PHT itu sungguh sangat sehat karena bebas dari berbagai rupa bahan kimia. PHT tak mengenal pupuk kimia olahan pabrik, PHT tak mengenal racun hama kimiawi yang berbahaya tak saja bagi manusia tapi juga bagi tanah dan lingkungan. PHT itu ramah lingkungan.

            Petani yang sudah mengikuti SL PHT dijamin tak akan pernah merasa takut dan ragu untuk mencoba bertanama jenis tanaman apa saja yang bermanfaat dan dibutuhkan pasar.

            PHT melatih petani untuk tidak hilang akal ketika menghadapi permasalahan dalam dunia tani. Dan, PHT juga melatih petani untuk mandiri dan kreatif.

            Petani PHT, petani kreatif dan petani yang mengerti dengan kebutuhan pasar. Misalnya, berapa bulan menjelang lebaran, kita tanam sayuran seperti buncis, jahe, serta saledri dan jahe.

            Saya dan beserta keluarga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Sumatera Barat melalui Dinas pertanian Sumbar. Karena, berkat binaan dan program PHT, telah membuat kami untuk lebih mengetahui seluk beluk teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan meningkatkan hasil produksi tanam kami. Dan itu berarti, telah menjauhkan kami dari berbagai rupa kemiskinan. Terimakasih pemerintah…..(Pinto Janir)