Puasa Melatih Kejujuran

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 17 September 2014 06:12:28 WIB


Kejujuran merupakan barang yang sangat langka saat ini. Sosok orang yang jujur makin sulit ditemukan. Kita hampir putus asa mencari, masih adakah seseorang atau suatu lembaga atau organisasi yang masih bisa dipercaya. Apalagi di era informasi yang makin canggih seperti saat ini makin tak jelas mana informasi yang salah dan mana yang benar.

Di era politik yang sedang marak belakangan ini apalagi, makin banyak praktek ketidak jujuran dan kebohongan kita temui. Iming-iming, pencitraan dan janji-janji palsu makin kental mewarnai suasana politik dimanapun di berbagai pelosok negara kita. Dimana-mana suasananya hampir sama.

Untuk memenuhi ambisinya seseorang seperti merasa tak bersalah melakukan kebohongan, juga tak peduli caranya yang ditempuh halal atau haram, tak peduli bahwa ia telah melakukan fitnah dan ghibah. Manusia berlomba-lomba mengejar materi dan kekuasaan, cara apapun dilakukan untuk mendapatkannya. Mereka seperti melupakan dosa dan hari pembalasan, ada Tuhan yang mencatat semua perbuatannya. Nabi muhammad SAW pernah memprediksi, bahwa suatu saat nanti, diakhir zaman, manusia dalam mencari harta, tidak mempedulikan lagi mana yang halal dan mana yang haram (HR Muslim).

Era reformasi telah berlangsung lebih sepuluh tahun, berbagai cara dan berbagai lembaga telah dibentuk untuk mengatasi berbagai pelanggaran, namun praktek kolusi, korupsi dan suap menyuap masih saja ramai terdengar.

Lalu, upaya apa yang harus kita lakukan? Jika pendekatan hukum tidak lagi berdaya, mungkin pendekatan agama bisa digunakan sebagai alternatif. Puasa dan bulan Ramadhan merupakan ibadah dan momen yang paling ampuh dan efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

     Puasa merupakan ibadah yang istimewa. Berbeda dengan sifat ibadah yang lain, puasa adalah ibadah sirriyah (rahasia). Dikatakan sirriyah, karena yang mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak, hanyalah orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah SWT.
       Dalam ibadah puasa, kita dilatih dan dituntut untuk berlaku jujur. Kita dapat saja makan dan minum seenaknya di tempat sunyi yang tidak terlihat seorangpun. Namun jika melakukan puasa dengan bersungguh-sungguh dan ikhlas karena Allah, kita tidak akan mau makan atau minum, karena sedang berpuasa. Padahal, tidak ada orang lain yang tahu apakah kita puasa atau tidak. Namun kita yakin, perbuatan kita itu dilihat dicatat Allah swt.

Orang yang sedang berpuasa juga dapat dengan leluasa berkumur sambil menahan setetes air segar ke dalam kerongkongan, tanpa sedikitpun diketahui orang lain. Perbuatan orang itu hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Hanya Allah dan diri si shaim itu saja yang benar-benar mengetahui kejujuran atau kecurangan dalam menjalankan ibadah puasa. Tetapi dengan ibadah puasa, kita tidak berani berbuat seperti itu, takut puasa batal.
       Orang yang berpuasa dilatih untuk menyadari kehadiran Tuhan. Ia dilatih untuk menyadari bahwa segala aktifitasnya pasti diketahui dan diawasi Allah SWT. Apabila kesadaran ketuhanan ini telah menjelma dalam diri seseorang melalui training dan didikan puasa, maka Insya Allah akan terbangun sifat kejujuran.

Jika manusia jujur telah lahir setelah sebulan penuh melakukan ibadah puasa, lalu mereka menempati setiap sektor dan instansi, lembaga bisnis atau lembaga apa saja, maka tidak akan ada lagi korupsi, pungli, suap-menyuap dan penyimpangan-penyimpangan moral lainnya. Insya Allah hidupnya secara pribadi akan menjadi tenang dan juga membawa kebaikan bagi lingkungan.

Jika orang-orang seperti di atas makin banyak tercipta di lingkungan kita maka tentu aparat hukum tidak lagi terlalu sibuk dan repot dibuatnya, lembaga lembaga seperti KPK, BPK, inspektorat juga berkurang beban kerjanya. Masyarakat pun menjadi tenang dan nyaman, kehidupan bermasyarakat pun menjadi tenang dan nyaman.

       Mari kita jadikan ibadah puasa dan bulan Ramadhan tahun ini sebagai momentum untuk melatih kejujuran. Hidup dengan cara yang jujur, amanah pastilah membawa ketenangan kedamaian, baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Hari pembalasan itu pasti akan datang, Tuhan menjaminnya. Selamat menunaikan ibadah puasa 1435 H. ***(Irwan Prayitno)