Sumbar Bersatu Padamkan Api, Selamatkan Hutan

Sumbar Bersatu Padamkan Api, Selamatkan Hutan

Berita Utama Dedi Oscar Adams, M.I.Kom.(DINAS KOMUNIKASI, INFORMATIKA DAN STATISTIK) 05 November 2024 08:15:32 WIB


Sumatera Barat berhasil meredam laju kebakaran hutan! Melalui berbagai upaya, luas lahan yang hangus terbakar tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Sukses ini tidak lepas dari kesiapsiagaan yang tinggi dan kerja sama semua pihak. Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi Usama Putra, mengungkapkan bahwa penurunan angka kebakaran ini merupakan bukti nyata bahwa upaya untuk melindungi hutan mulai membuahkan hasil. Dengan begitu, udara lebih bersih, ekosistem terjaga, dan masyarakat pun lebih sehat.

Yozarwardi menegaskan, kesiapsiagaan ini penting untuk melindungi hutan dan lahan Sumbar dari kerusakan lebih lanjut, terutama ketika kebakaran bisa terjadi secara tiba-tiba. Ia menyebutkan beberapa penyebab kebakaran, termasuk aktivitas pembukaan lahan, pembakaran sampah, atau kelalaian masyarakat saat mengelola api di area hutan dan lahan.

“Kesiapsiagaan yang kami bangun di Sumatera Barat mulai menunjukkan hasil positif, terbukti dengan penurunan luas areal hutan yang terbakar pada tahun ini,” ujar Yozarwardi, saat memimpin Apel Siaga Dalkarhutla, di Dharmasraya, Senin (28/10/2024).

Menurutnya, pada tahun 2024, luas lahan yang terbakar mencapai 86,47 hektar, tersebar di wilayah Pesisir Selatan, Limapuluh Kota, Sijunjung, Payakumbuh, Dharmasraya, dan Kota Padang. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023, yang mencatat kebakaran hingga seluas 608,56 hektar.

Tekan Risiko Berbasis Kolaborasi

Keberhasilan ini, menurut Yozarwardi, tak lepas dari upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha. Ia menekankan bahwa pencegahan kebakaran hutan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan sinergi berbagai pihak. 

“Semua langkah ini akan semakin baik jika ada dukungan penuh dari para pihak terkait,” tambahnya.

Pemprov Sumbar juga menyusun sejumlah strategi pencegahan, di antaranya adalah sosialisasi metode penyiapan lahan tanpa bakar atau dengan teknik pembakaran asap minimal yang aman bagi lingkungan. Yozarwardi mengimbau masyarakat untuk beralih pada metode tersebut agar risiko kebakaran bisa ditekan seminimal mungkin.

Selain itu, pemerintah juga menerapkan kampanye kesehatan lingkungan untuk menekankan bahaya asap yang timbul dari kebakaran, sekaligus meningkatkan kewaspadaan dini terhadap risiko kebakaran hutan. Peringatan dini ini ditujukan tak hanya bagi warga, tetapi juga bagi pengusaha di bidang perkebunan dan kehutanan, yang diharapkan bisa menjalankan aktivitas sesuai dengan aturan ramah lingkungan.

Langkah berikutnya adalah penguatan pemantauan dan pelaporan berjenjang terhadap aktivitas kebakaran hutan. Dengan adanya sistem ini, pemerintah berharap setiap kebakaran yang terpantau di lapangan bisa segera tertangani sebelum meluas. 

“Kami menjamin adanya kesiapan lahan tanpa bakar dan pelaporan berkala yang bisa langsung ditindaklanjuti,” tegas Yozarwardi.

Selain pencegahan dan pemantauan, penegakan hukum terhadap pelanggaran juga diperketat. Pemprov Sumbar berkoordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang lingkungan dan kehutanan untuk memberlakukan tindakan tegas kepada siapa saja yang terbukti menyebabkan kebakaran hutan. 

Bahkan, tindak pidana korporasi juga dapat dikenakan bagi pelaku usaha yang terlibat dalam aktivitas yang menyebabkan kebakaran hutan. 

Selain itu, sanksi administrasi juga akan diterapkan guna memberikan efek jera bagi para pelanggar.

Yozarwardi menambahkan, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah terus diperkuat untuk menjaga kesiapsiagaan di lapangan. Ia berharap seluruh pemangku kepentingan dapat bergerak bersama demi pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan yang seringkali berdampak besar pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Lebih jauh disampaikan, kebakaran hutan di Sumatera Barat memiliki dampak serius bagi ekosistem dan kesehatan manusia. Selain mengakibatkan kerugian besar pada lingkungan, kebakaran ini memicu pencemaran udara yang berpotensi mengganggu kesehatan masyarakat setempat. Asap kebakaran hutan juga meningkatkan emisi gas rumah kaca yang memperburuk krisis iklim.

“Kami berharap semua pihak lebih sadar akan dampak buruk kebakaran hutan. Ini bukan sekadar masalah lingkungan, tapi juga menyangkut masa depan kita semua,” ujar Yozarwardi, mengakhiri keterangannya.

Apel Siaga Dalkarhutla ini menjadi langkah penting dalam memastikan kesiapsiagaan di Sumatera Barat tetap terjaga.(ts/doa/Diskominfotik Sumbar)