Persiapkan Diri dari SLTP/SLTA

Artikel Yongki Salmeno(Yongki Salmeno) 04 April 2014 07:24:10 WIB


Mengadakan reuni, bertemu dengan kawan-kawan lama yang sudah puluhan tahun tidak berjumpa, tentu memberikan kesan tersendiri. Apalagi kawan-kawan tersebut termasuk teman dekat sama SMP atau SMA dulunya. Masa SMP atau SMA adalah masa remaja, banyak yang berpendapat masa-masa tersebut merupakan masa paling indah dan berkesan sepanjang hidup.

Beberapa kali saya sempat mengikuti reuni tempat saya dulu menimba ilmu, yaitu SMP 1 dan SMA 3 Padang. Bagi saya, tentu juga bagi teman-teman lainnya, merupakan sebuah surprise bertemu kawan-kawan lama yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Canda tawa pun segera bergemuruh memenuhi gedung pertemuan, ramai seperi pasar saja layaknya. Masing-masing saling berbagi cerita, baik pengalaman selama puluhan tahun tidak bertemu, maupun cerita tentang masa lalu.

Lebih berkesan lagi saat bertemu dengan guru-guru yang dulu mengajar kami berbagai mata pelajaran, baik matematika, bahasa Inggris, IPA dan lainnya. Kami juga punya kisah tersendiri dengan masing-masing guru yang juga menarik untuk dijadikan bahan cerita dengan teman-teman lama. Guru-guru juga tampak bahagia dan haru bertemu dengan kami. Tentu beliau juga punya kesan tersendiri pula tentang kami. Diantara kami ada yang baik dan banyak juga yang usil dan agak bandel.

Namun ada satu hal yang menarik perhatian dan menjadi catatan yang terlintas fikiran saya, yaitu saat kedatangan mereka tadi. Sebagian ada yang datang menggunakan angkot, sebagian ada juga yang datang menggunakan ojek atau jalan kaki. Namun sebagian lagi datang menggunakan kendaraan pribadi seperti kijang dan sejenisnya. Tapi ada juga yang diantar oleh sopir, menggunakan mobil yang lebih bagus sejenis camry dan lainnya.

Tentu saja bukan maksud saya untuk membeda-bedakan status sosial mereka, tetapi saya langsung teringat dan terhubung dengan latar belakang mereka. Oh... itu kan si Anu yang dulu sering juara kelas atau pernah juara umum. Ia dulu memang terkenal rajin dan ulet. Setelah tamat SMA dia diterima di ITB, lalu bekerja di perusahaan yang cukup bonafid. Tak heran sekarang hidupnya terlihat mapan.

Atau sebaliknya, oh... itu kan si Anu, yang nakal, dan suka bolos. Ia terkenal malas, nilai rapornya hancur berantakan, ia terkenal langganan jadi juru kunci di kelas. Jangankan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi favorit, untuk bisa lulus SMA pun sangat sulit baginya. Jika sudah begitu, tentu sulit pula baginya untuk menata masa depan yang lebih baik dan wajar pula kehidupannya tak sebaik contoh alumnus di atas.

Peluang kerja atau peluang untuk berkarir, memang semakin hari semakin sulit dan ketat. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan makin sulit dan persaingan makin ketat. Begitu juga untuk mengembangkan karir, kualitas individu sangat menentukan agar bisa lolos dan berkembang. Boleh dikatakan seperti lolos dari lubang jarum.

Lihat saja fenomena yang terjadi saat penerimaan CPNS di Sumatera Barat tahun lalu. Para pelamar yang mendaftar ada puluhan ribu orang, namun yang dibutuhkan dan diterima hanya beberapa ratus orang saja. Begitu juga saat penerimaan pegawai di PT Semen Padang, jumlah pelamar juga puluhan ribu orang, namun yang dibutuhkan dan diterima hanya seper sepuluh ribunya saja.

Lalu bagaimana agar bisa lolos dalam persaingan yang ketat itu? Kuncinya adalah mempersiapkan diri sejak dini, sejak dari bangku sekolah, terutama SLTP dan SLTA . Jika basis sesesorang kuat saat duduk di bangku SLTP dan SLTA, maka ia akan lolos untuk masuk perguruan tinggi favorit yang diinginkannya. Jika lulus dari perguruan tinggi tersebut, apalagi jika prestasinya juga baik, maka tidak lagi ia yang mencari pekerjaan, sebaliknya pekerjaan yang mencarinya.

Karena itu saya berpesan kepada anak-anakku yang sedang duduk di bangku SLTP dan SLTA dan sebentar lagi akan mengikuti ujian nasional (UN), persiapkan diri kalian untuk masa depan yang lebih baik dari sekarang. Masa remaja memang merupakan masa pancaroba yang penuh godaan, tantangan dan ujian.

Namun kita harus melalui semua itu agar jadi pemenang (the winner), bukan pecundang (the looser) di masa datang. Strategi untuk memasuki lapangan kerja bukan dimulai saat menulis lamaran kerja, tapi dimulai saat kalian duduk di bangku SLTP dan SLTA. Tentu saja kewajiban orang tua adalah membimbing mereka dan memberi motivasi agar mereka selalu di jalan yang benar (on the track). Selamat berjuang, semoga sukses (Irwan Prayitno)