Yok Kembali ke Surau

Yok Kembali ke Surau

Artikel Yal Aziz(Tenaga Artikel) 23 Juni 2020 16:19:21 WIB


Oleh Yal Aziz
Surau bagi orang Minang, tak hanya tempat belajar agama atau mengaji. Tapi surau juga berfungsi sebagai tempat belajar adat dan belajar ilmu beladiri silat. Untuk itu wajar saja jika generasi Minang tempoe duloe banyak yang berkiprah dikancah nasional, seperti Proklamator Republik Indonesia Muhammad Hatta yang lebik akrab dipanggil  Bung Hatta, menempa diri di Surau.  

Berdasar catatan sejarah, Bung Hatta memperoleh pendidikan agama dari kakeknya Syekh Abdurrahman di Bahuhampar dan di Surau Iyiak Jambek di Bukittinggi, sebagaimana ditulis oleh Hasril  Chaniago,  seorang penulis dan juga wartawan 2010 lalu.

Kemudian dalam buku Untuk Negeriku yang ditulis Bung Hatta dijelasan juga tentang sosok Syekh Muhammad Djamil Djambek, yang merupakan  seorang ulama besar yang terkenal sampai ke manca negara. Bahkan, Bung Hatta juga menyebutkan kalau dirinya banyak mendapat pengetahuan tentang Islam dari Syekh Muhammad Djamil Djambek, di surau.

Dari fakta sejarah pengakuan Bung Hatta ini, sudah seharusnya lagi kita berpikir dan sekaligus menerapkan kembali peran dan  peranan Surau untuk mendidik karakter anak bangsa Minang Sumatera Barat.

Dulu di awal-awal Era Reformasi, 1998 lalu pernah muncul keinginan para petinggi dan Ninik Mamak, serta ulama di Sumatera Barat untuk kembali ke sistem pendidikan berbasis Surau. Bahkan, muncul juga wacana sistem pemerintahan nagari. Maksudnya merubah kembali desa ke nagari. Faktanya sudah ada juga desa telah merubah sistemmnya dengan sistem pemerintahan nagari dan mengembalikan fungsi surau. Kenapa? Karena surau dalam kajian sejarah punya filosofi kebudayaan Minangkabau.

Secara  historis, surau memiliki peran yang sangat penting dalam struktur sosial masyarakat Minangkabau. Kenapa? Karena surau tidak hanya dianggap sebagai sebuah lembaga keagamaan, tetapi memiliki fungsi sebagai tranformasi nilai-nilai budaya dan agama melalaui belajar ilmu beladiri silat, serta belajar petatah petitih Minangkabau.

Tegasnya, surau sangat berperan untuk mendidik anak Minangkabau untuk belajar agama, adat dan ilmu beladiri silat. Belajar agama misalnya, anak-anak Minangkabau diajarkan tentang masalah pokok aqidah, serta akhlak mulia yang dimulai  dengan pengenalan huruf hijaiyah, tajwid, tafsir al-Quran, seni membaca al-Quran. Bahkan surau juga menganjarkan tasauf, mantik, ilmu nahu syaraf.

Kini rasanya, sudah saatnya lagi kita mencoba kembali mendidik anak genarasi Minangkabau dengan sistem surau sebagaimana yang pernah menjadi wacana ninik mamak dan ulama diawal-awal Era Reformasi, 1998 lalu. Bahkan, anggota dewan yang terhormat DPRD Sumbar waktu itu  telah mengalokasikan dana untuk mengkaji dan mengevaluasi peran surau dalam mendidik masyarakat Minangkabau.

Secara tioritis, surau memang tak hana mendidik generasi Minang tahu agama, adat istiadat, tetapi juga tahu dan mengerti tentang ilmu beladiri silat yang memang sudah menjadi warisan dari leluhur orang Minangkabau. Semoga? (penulis wartawan tabloidbijak.com)