MEREDAM MARAH DI ERA PANDEMI COVID-19

Artikel Zakiah(Tenaga Artikel) 16 Juni 2020 22:39:07 WIB


MEREDAM MARAH DI ERA PANDEMI COVID-19 Dampak Pandemi virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan, tapi juga sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok, ini bahkan turut mempengaruhi tatanan kehidupan berkeluarga. Efek pencegahan penyebaran virus ini dengan berdiam di rumah, social distancing, membuat semua anggota keluarga, suami dan istri selalu berada dirumah, tidak bisa keluar mencari nafkah bagi yang kerja buruh harian dan berpotensi besar terjadi gesekan, bahkan tindak kekerasan jika tidak kuat iman dan melatih kesabaran. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) terhadap perempuan meningkat selama pandemi COVID-19. Hal ini berdasarkan survei yang menjaring 2.285 responden sepanjang April-Mei 2020. Sebanyak 80 persen responden perempuan dalam kelompok berpenghasilan di bawah Rp 5 juta per bulan mengatakan bahwa kekerasan yang mereka alami cenderung meningkat selama masa pandemi. Secara umum, survei online itu mencatat kekerasan psikologis dan ekonomi mendominasi bentuk KDRT. Intensitas pertemuan suami dan istri naik akibat gaya hidup yang berubah saat pandemi, ikut berpengaruh dalam fenomena peningkatan KDRT. Karena dalam beberapa kasus intensitas pertemuan yang bertambah akan menimbulkan konflik. Sesuatu yang biasanya ada dikerjakan untuk mendapatkan uang demi menghidupi keluarga, disituasi pandemi covid-19, tidak bisa lagi dlakukan. Jika tidak berpandai-pandai mengelola tabungan, bisa-bisa tidak ada lagi yang bisa dimakan karena tidak ada uang untuk belanja dapur. Suami panik, emosi mudah tersulut, sang istri pun tidak sabar karena anak-anak merengek minta makan atau belanja snack. Bawaan semua anggota rumah menjadi marah saja. Apalagi jika keluarga ini kurang dalam hal nilai-nilai keagamaan. Di media kita lihat, di Pulau Jawa sudah ada seorang ayah yang bunuh diri setelah membunuh dua orang anaknya karena kesulitan ekonomi. Astaghfirullah...semoga kita terjauh dari perilaku yang demikian. Seberat apa pun masalah yang dihadapi, kita harus yakin dengan kasih sayang dan pertolongan Allah SWT. Karena Allah SWT tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Hal ini berdasarkan Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 286. لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." Untuk itu jika muncul permasalahan dan rasa ingin marah, maka ada kiat-kiat yang diajarkan oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam untuk kita amalkan berikut ini : 1. Membaca ta’awudz, meminta perlindungan pada Allah dari godaan setan. Hadits Rasul SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya.” (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376) 2.Diam. Karena yang namanya marah itu jika keluar bisa jadi keluar kata-kata yang tidak Allah ridhai. Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi) 3.Berganti posisi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih). 4.Mengambil air wudhu. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). 5.Ingat wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan janji beliau. Sebelum memuntahkan amarah kepada orang lain atau benda sekalipun, baiknya orang memperhatikan hadits berikut yang berisi pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang yang meminta nasehat dari beliau. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari). Semoga bermanfa’at. (SZ)