Kebutuhan Alkes

Kebutuhan Alkes

Artikel () 30 April 2020 21:36:37 WIB


Sejak penyebaran wabah Covid-19 menjadi pandemi, kebutuhan akan APD semakin meningkat. Dan karena banyak negara yang butuh, permintaannya kian sulit. Negara-negara maju juga mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan APD dan alat kesehatan lainnya. Padahal uang mereka banyak. Apalagi negara-negara yang berkembang dan di bawah itu.  

Menjeritnya para tenaga kesehatan terhadap kebutuhan APD ternyata berhubungan dengan bagaimana APD dan alat kesehatan bisa disediakan. Harian Kompas edisi 24 April 2020 dalam salah satu halamannya memuat tulisan dengan judul, “Mafia Alkes, Tak Tampak, tetapi Terasa...”. Di bawah judul tertulis, “Rapuhnya Indonesia di bidang kesehatan tampak jelas saat menghadapi pandemi Covid-19. Tudingan adanya mafia alat kesehatanpun dilontarkan menyusul sebagian besar alat kesehatan hingga bahan baku vitamin C pun diimpor.”

Menteri BUMN Erick Thohir pernah menginfokan kepada publik tentang adanya mafia dalam impor alat-alat kesehatan dan ketergantungan mengimpor alat kesehatan (alkes). Kesulitan petugas kesehatan dan masyarakat untuk mendapatkan alkes (seperti masker dan ventilator) akibat adanya mafia alkes.  

Indonesia ternyata tengah mengalami keamanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari impor alkes  untuk memenuhi 90 persen kebutuhan alkes di Indonesia. Termasuk impor bahan baku obat-obatan. Ada APD yang diproduksi di Indonesia, ternyata bahan bakunya masih diimpor. Ada pula yang pembuatan APDnya sudah selesai, langsung dibawa ke luar negeri. Ketergantungan kepada impor alkes dianggap potensi bagi pemburu rente.

Satu hal yang juga ada dalam tulisan di Kompas adalah impor alkes dikenakan pajak barang mewah sehingga harga alkes mahal. Sementara dari sisi dokter, alkes barangnya berkualitas, bisa tersedia dan mudah dijangkau.  

Semoga di tengah pandemi Covid-19, Indonesia bisa menyediakan kebutuhan alkes bagi tenaga medis atau tenaga kesehatan. Sehingga para tenaga medis atau tenaga kesehatan tersebut bisa berjuang maksimal mengobati pasien.  

Harian Republika edisi 30 April 2020 dalam salah satu halamannya memuat tulisan dengan judul, “WHO Pasok Alat Medis ke 135 Negara”.  Alat medis ini akan dikirim ke negara yang berpendapatan rendah. Saat ini terjadi kekurangan pasokan global, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini terjadi akibat adanya larangan ekspor di banyak negara. Sementara permintaan meningkat 100 hingga 200 kali dari permintaan normal. Dengan penutupan jalur penerbangan, penutupan pabrik, pengendalian ekspor, alat medis semakin sulit didapat.

Menurut WHO, ada 80 negara dan wilayah pabean yang melarang atau membatasi ekspor masker wajah, alat pelindung, sarung tangan, dan produk medis lainnya. Mereka melakukan pelarangan guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya.   

Indonesia termasuk beruntung, meskipun bukan yang paling beruntung. Karena masih bisa memenuhi kebutuhan alkes atau alat medis untuk penanganan wabah Covid-19. Solidaritas masyarakatpun semakin menguat untuk membantu pengadaan alkes atau alat medis tersebut. (efs)

Referensi:
Kompas 24 April 2020
Republika 30 April 2020

ilustrasi: shutterstock