Peduli Corona
Artikel Adi pondra(Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa) 15 April 2020 12:05:21 WIB
Seorang dokter spesialis paru di channel You Tube Deddy Corbuzier menyatakan bahwa masyarakat adalah garda terdepan menghadapi penyebaran virus Corona. Jika masyarakat memakai masker ketika berada di luar rumah, menjaga jarak fisik dan menjauhi kerumunan, rajin mencuci tangan, maka penyebaran virus Corona bisa dicegah. Tapi jika ada anggota masyarakat yang positif Corona, maka dokter dan tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan menghadapinya. Hal ini dinyatakan oleh dr. Erlina Burhan ketika berbincang di podcast Dedy Corbuzier yang ditayangkan pada 9 April 2020. Dokter dan tenaga kesehatan patut didukung, dibantu dan diapresiasi atas pengorbanannya merawat pasien positif Corona ini.
Pemerintah, dokter, dan berbagai pihak terkait tak henti-hentinya mengimbau seluruh lapisan masyarakat agar bila keluar rumah menggunakan masker, menjaga jarak fisik, menjauhi kerumunan, rajin mencuci tangan. Ini dalam rangka mencegah semakin banyaknya masyarakat yang positif covid-19. Karena jika masyarakat masih banyak yang tidak menjaga jarak fisik, berkerumun, tidak menggunakan masker, tidak rajin mencuci tangan, virus akan mudah menyebar sehingga semakin banyak yang terinfeksi atau positif covid.
Hal demikian tidak mustahil terjadi. Ini bisa dilihat dari sebuah model prediksi yang disampaikan oleh Tim Kewaspadaan Covid-19 (Coronavirus) Unand pada 1 April 2020. Tim menyajikan sebuah model prediksi harian aktivitas penularan, pemulihan dan kematian covid-19 di Sumbar. Dalam model prediksi ini pada 21 Mei 2020 diprediksi menjadi puncak penularan.
Cukup banyak jumlah kasus positif baru yang diprediksi jika masyarakat tidak menerapkan: jaga jarak fisik dan sosial, menggunakan masker, mencuci tangan, pembatasan mobilitas perjalanan.
Melihat angka dalam model prediksi tersebut, kami berharap itu tidak terjadi. Untuk itu, kami tak bosan-bosannya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk fokus menerapkan jaga jarak fisik dan sosial serta membatasi mobilitas perjalanan. Jikapun terpaksa keluar rumah harus menggunakan masker.
Kita harus semakin peduli dengan upaya menghadapi wabah covid-19 ini. Sudahi saling menyalahkan dan mencari kelemahan, karena akan menurunkan semangat untuk melawan wabah covid-19.
Para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, baru kali ini menghadapi wabah covid-19. Demikian pula dengan pemerintah. Masyarakatpun juga baru kali ini menghadapi wabah covid-19 yang menjadikan mereka harus hidup disiplin terbiasa mencuci tangan, menjaga jarak fisik dan sosial, menggunakan masker, membatasi mobilitas perjalanan, yang mungkin tidak enak dan menyusahkan.
Para perantaupun baru kali ini banyak yang pulang, dengan berbagai sebab. Baik masalah mata pencaharian, pembatasan sosial, dan sebab lainnya. Kami sudah mengimbau para perantau agar tidak pulang, namun tetap saja mereka pulang. Kalau memang ternyata sudah susah sekali di rantau, kita harus ingatkan bersama agar mereka di kampung menjaga dirinya untuk bersama-sama mencegah penularan covid-19.
Jika kita melihat seluruh negara yang terkena wabah covid-19, akan selalu didapati kekurangan dalam penanganannya. Negara maju sekalipun ternyata memiliki kelemahan dalam menangani covid-19. Karena semua negara baru pertama kalinya mengalami musibah seperti ini. Tidak ada satupun yang betul-betul punya pengalaman dan memiliki kesiapan maksimal. Rumah sakit khusus covid pun belum pernah ada di dunia sebelumnya.
Oleh karena itu, mari kita peduli akan wabah covid-19 ini dengan saling mengingatkan orang-orang terdekat kita, tetangga kita, maupun keluarga dan teman kita bagaimana cara menghadapinya. Dan juga saling tolong-menolong kepada mereka yang mengalami kesulitan akibat dampak penyebaran covid-19.
Kami mengapresiasi berbagai solidaritas sosial yang sudah muncul selama ini, baik yang digalang melalui grup whats app maupun media lainnya, untuk saling meringankan beban, terutama kepada kelompok yang kesulitan dan juga para tenaga kesehatan. Kami juga mengapresiasi seluruh elemen masyarakat baik di ranah maupun rantau yang telah melakukan berbagai upaya solidaritas sosial dalam menghadapi penyebaran covid-19 dan dampak ekonomi yang dialami saudara-saudara kita.
Kami mengajak seluruh masyarakat yang memiliki perhatian dengan cara lain seperti mengkritisi, meluapkan emosi, menyalahkan pihak-pihak tertentu, untuk peduli dengan kondisi yang akan dihadapi ke depannya. Yaitu peduli akan nasib keluarga dan saudaranya dengan saling mengingatkan. Wabah covid tidak pandang bulu menyerang siapa saja. Masih ada waktu untuk melawan covid-19 jika kita memiliki kepedulian bersama untuk menghadapinya. Ibarat berperang melawan penjajah, maka kita harus bersatu menghadapinya. Jika masih berpecah-belah, maka tidak akan menang melawan musuh.
Tak lupa, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “Hanya kepadaNya kami menyembah, dan hanya kepadaNya kami mohon pertolongan”. Demikian arti dari ayat ke-5 surat Al-Fatihah yang kita baca dalam salat kita. Tuhan akan menolong kita jika kita mau berubah.
Semoga dengan rajin berdoa hati dan pikiran kita menjadi tenang, tidak ketakutan melihat kondisi yang ada, serta tidak membeli barang kebutuhan dalam jumlah banyak. Dan kitapun harus tetap rasional. Jangan sampai jenazah pasien covid-19 yang mau dikubur ditolak dengan alasan yang tidak rasional dan mengada-ada. Dan jangan pula orang yang statusnya ODP, PDP dan positif dijauhi. Justru mereka harus dibantu agar bisa pulih dan sehat.
Semoga dengan kepedulian yang kita tunjukkan, semakin banyak masyarakat berubah pikirannya sehingga bisa menjaga jarak fisik dan sosial, menggunakan masker jika keluar, rajin mencuci tangan, dan hidup bersih dan sehat.
Menutup tulisan ini, saya mengutip kisah sukses 50.000 warga etnis China yang tinggal di Kota Prato Italia yang dimuat Republika (2/4/2020). Mereka dilaporkan tidak ada yang terkena covid-19. Padahal awalnya mereka menjadi sasaran ejekan dan kambing hitam karena dituduh sebagai pembawa virus. Namun aksi mereka berperan menurunkan tingkat infeksi seluruh kota hampir setengah dari rata-rata Italia.
Yang mereka lakukan adalah mengisolasi diri dan menutup kegiatan di luar ruangan. Jika keluar rumah menggunakan masker dan sarung tangan. Ketika orang-orang Italia masih banyak yang pergi berlibur dan memenuhi tempat hiburan dan wisata, para warga etnis China ini sudah tidak terlihat di bar, kafe, tempat wisata dan hiburan.
Insya Allah jika kita mau berubah, Allah Swt pun akan mengubah nasib kita menjadi lebih baik. Kepedulian kita akan menolong banyak orang. (Padek 1542020) by. Akral