Kelas Menengah Indonesia
Artikel () 29 Februari 2020 23:08:20 WIB
Kelas menengah di Indonesia jumlahnya sebanyak 52 juta orang dengan kriteria pengeluaran perbulan Rp 1,2 – 6 juta per orang tiap bulan. Data ini disampaikan oleh Badri Munir Sukoco di Harian Republika edisi 20 Februari 2020 dalam tulisannya berjudul, “Pacu Kelas Menengah”. Badri mengutip laporan Bank Dunia yang berjudul, “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” yang dipublikasikan pada 30 Januari 2020.
Badri menyatakan bahwa kelas menengah adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi sejak 2002. Pertumbuhan konsumsi kelas ini adalah 12 persen per tahun. Kelas menengah 2 adalah mereka yang berpendapatan 1,2 – 3,2 juta rupiah per orang. Dan kelas menengah 1 yang pendapatannya di atas 3,2 – 6 juta rupiah per orang per bulan. 90 persen kelas menengah adalah yang pendapatannya 1,2 – 3,2 juta per orang per bulan. Sedangkan yang ingin menjadi kelas menengah adalah yang pendapatannya per orang per bulan 532.000 – 1,2 juta rupiah (aspiring middle class), dan jumlahnya 115 juta orang.
Melihat data tersebut, nampaknya perlu upaya yang serius agar angka yang sudah ada ini justru mengalami penurunan. Misalnya 115 juta orang ada yang pendapatannya turun di bawah 530.000 perorang perbulan. Atau kelas menengah 2 yang merupakan 90 persen dari total kelas menengah ada yang turun pendapatannya di bawah 1,2 juta rupiah perorang perbulan. Demikian juga yang sudah berada di kelas menengah 1, agar tidak turun pendapatannya di bawah 3,2 juta rupiah per orang per bulan.
Agar tidak terjadi penurunan jumlah kelas menengah dan yang akan menuju kelas menengah, Badri mengusulkan konsep creating shared value. Yaitu perusahaan memberikan manfaat atau suatu nilai positif kepada masyarakat. Salah satu contoh sukses adalah, Intel yang telah melatih lebih 10 juta guru menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas lulusan.
Badri juga menulis perlunya reskilling revolution agar pekerjaan di masa depan bisa dilakukan dengan keterampilan dan keahlian. Reskilling revolution bisa dilakukan melalui creating shared value.
Maka ini artinya, setiap orang perlu melakukan persiapan dan antisipasi untuk masa depan mereka. Jika melihat keberadaan kelas menengah dan kelas menuju menengah yang perannya siginifikan mendorong pertumbuhan ekonomi, sudah sewajarnya pemerintah dan swasta bisa memikirkannya. Dengan demikian, kondisi ekonomi yang saat ini menghadapi masa sulit dengan adanya isu virus Corona bisa dipertahankan tingkat pertumbuhannya, dam jangan sampai turun drastis. (efs)
Referensi: Harian Republika 20 Februari 2020